Kitty adalah gadis sederhana yang bekerja di toko keluarganya, menjual angsa bakar. Hidupnya berubah saat Calvin Hernandez, pria kaya dan dingin, mengajukan permintaan mengejutkan, "Jadi pacarku!" Meski hatinya sudah terpaut pada pria lain, Kitty menolak tanpa ragu.
Namun, Calvin tidak menyerah. Dengan segala pesona dan kekayaannya, ia mencoba memasuki dunia Kitty, menunjukkan sisi lembut yang tak terduga. Kitty berada di persimpangan sulit: setia pada cinta lamanya atau membuka hati untuk Calvin yang ternyata memiliki perasaan mendalam padanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon linda huang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Angsa Milik-ku
Calvin berada di toilet restoran, tiba-tiba ia merasa dadanya nyeri. Ia dengan cepat mengeluarkan botol obat dari sakunya dan menelan pil yang sudah menjadi temannya sejak penyakit jantungnya sering kambuh.
Rasa sakit itu datang dengan mendadak, membuatnya berkeringat dingin. Wajahnya basah karena keringat, dan ia harus menekan wastafel untuk tetap berdiri tegak."Jangan sekarang! Aku harus bertahan!" ucap Calvin, mencoba mengendalikan dirinya. Suaranya terdengar lirih, penuh cemas
Pikiran Calvin melayang ke peringatan yang diberikan oleh dokter pribadinya. Ia teringat percakapan terakhir mereka, kata-kata dokter yang terngiang-ngiang di kepalanya.
"Beberapa faktor risiko penyakit jantung antara lain gaya hidup tidak sehat, seperti makan makanan tinggi karbohidrat atau lemak, obesitas, jarang melakukan aktivitas fisik, serta kebiasaan merokok. Riwayat keluarga juga memainkan peran besar akan risiko penyakit jantung. Sementara ibu Anda memiliki riwayat penyakit jantung. Beliau harus meninggal karena penyakit ini. Oleh karena itu, saya menyarankan Anda harus menjaga kesehatan dan jangan kelelahan. Jangan terlalu tertekan dan hiduplah dengan santai. Jangan selalu sibuk dan fokus pada pekerjaan," kata dokter dengan nada serius yang menghantui ingatan Calvin.
"Nenekku juga meninggal karena serangan jantung. Apakah tidak ada cara untuk menyembuhkan?" tanya Calvin, saat itu penuh harapan.
"Transplantasi jantung adalah cara terbaik, namun mencari pendonornya sangat sulit. Donor jantung biasanya berasal dari orang yang baru meninggal dengan kondisi jantung yang masih baik, misalnya karena kecelakaan lalu lintas atau mati batang otak. Meski sudah menemukan donor, banyak faktor yang harus dicocokkan, seperti golongan darah, ukuran jantung, dan seberapa parah kondisi penerima donor jantung," jawab dokter, menambah berat beban di hati Calvin.
Calvin berdiri di depan cermin, melihat pantulan wajahnya yang pucat. Ia menarik napas panjang, mencoba menenangkan diri. Ia tahu bahwa hidupnya kini tergantung pada kemampuannya untuk menjaga kesehatannya, namun kadang-kadang kenyataan itu terasa seperti beban yang terlalu berat untuk ditanggung. Dengan tekad yang tersisa, Calvin menyeka keringat di wajahnya dan mencoba untuk menguatkan diri.
Sementara perdebatan antara keluarga Samuel dan Kitty masih berlanjut, suasana di ruang tamu semakin memanas. Wajah Samuel tampak tegang, sementara Kitty berdiri dengan dagu terangkat, tatapannya penuh perlawanan.
"Kitty, sejak kapan kamu mulai bicara kasar seperti ini?" Samuel memandang Kitty dengan kekecewaan. "Apakah kamu tidak sadar kalau kamu sudah berlebihan?"
Kitty menatap Samuel dengan mata berkobar. "Saat orang tuamu merendahkan aku, kau selalu diam saja," jawabnya dengan suara penuh kemarahan. "Dan saat aku menjawab mereka, kau tidak puas. Ingat, aku bukan siapa-siapamu. Tidak ada alasan aku harus sabar pada orang tuamu. Ketika manusia sudah beranjak tua dan tidak bisa menjaga sikap, kau sebagai anak harus mengawasi mereka. Apa lagi kalau di luar. Hati-hati saja jangan sampai lupa jalan pulang!"
Samuel mengepalkan tangannya, berusaha menahan emosi. "Kau...," suaranya bergetar, tapi dia menahan diri. "Minta maaf!" perintahnya dengan tegas.
Kitty mendengus, sinis. "Kalian hanya orang luar, kenapa aku harus minta maaf?" jawabnya, suaranya penuh dengan kebencian. "Aku tidak peduli mereka membantah kita bersama. Karena aku juga tidak berharap bisa bersamamu. Bersamamu hanya membuat hidupku seperti di neraka," lanjutnya, matanya menyala dengan kebencian yang mendalam.
Samuel terpaku sejenak, wajahnya berubah pucat. "Apakah karena Calvin Hernandez, sehingga kau berubah?" tanyanya, suaranya merendah dengan nada terluka.
Kitty tertawa kecil, namun tanpa kebahagiaan. "Iya," jawabnya dengan nada dingin. "Bersamanya menyadarkanku, ternyata di luar masih banyak pria yang jauh lebih baik darimu. Dia lebih melindungiku daripada kamu yang selalu mengorbankan aku," katanya, menatap Samuel dengan pandangan yang penuh kebencian dan kepastian.
"Angsa!" seru Calvin, sambil melangkah lebih dekat ke gadis yang dipanggilnya. Tatapan Calvin berubah lembut, seakan seluruh dunia di sekelilingnya menghilang.
Kedua orang tua Samuel, Billy dan Celine, memandang tak percaya pada adegan di depan mereka, jelas tidak menyangka pertemuan ini akan terjadi.
"Tuan Hernandez," sapa Billy dan Celine hampir bersamaan, mencoba bersikap sopan meski hati mereka dipenuhi dengan berbagai pertanyaan.
Calvin tidak menggubris sapaan itu, seolah mereka tidak ada di sana. Dengan lembut, ia menyentuh wajah gadis itu, menatapnya penuh perhatian. "Aku menunggumu, kenapa kamu lama lagi?" tanyanya dengan nada penuh kasih sayang, membelai pipi Kitty dengan lembut.
Suasana di ruangan itu berubah menjadi lebih tegang.Kitty, yang terlihat agak gugup, mencoba tersenyum. "Aku bertemu dengan mereka, makanya aku masih di sini," jawabnya, sambil melirik ke arah keluarga Samuel, berusaha menjelaskan situasinya.
Calvin berbalik, dan seketika tatapannya menjadi tajam dan dingin. Ia menatap langsung ke mata Billy dan Celine, seolah mengintimidasi mereka. "Ternyata kamu," katanya dengan nada mengejek. "Tidak kusangka kita akan bertemu di sini. Sekarang Angsa sudah menjadi pacarku. Lebih baik menjauh dan jangan mengganggunya lagi!" lanjut Calvin dengan nada tegas dan otoritatif, menegaskan posisinya dan haknya atas gadis itu.
Celine, yang merasa suasana semakin tidak nyaman, mencoba meredakan ketegangan. "Tuan Hernandez, maaf, kami dan Kitty tidak ada masalah apapun. Dia adalah teman dekat putra kami. Dan... kami hanya saling menyapa," jawab Celine dengan nada tenang, meskipun dalam hatinya dia merasa bingung dan sedikit terintimidasi oleh sikap Calvin.
Suasana semakin memanas di dalam sepanjang koridor, Alena, yang penasaran dengan hubungan Calvin dan Kitty, merasa tidak bisa lagi menahan diri. Ia memandang Calvin dengan mata penuh tanya dan sedikit keberanian, "Tuan Hernandez, apakah Kitty adalah pacarmu?" tanyanya, suaranya terdengar penuh rasa ingin tahu.
Calvin menoleh perlahan ke arah Alena, tatapannya berubah menjadi dingin dan tegas. "Aku tidak perlu menjawab pertanyaanmu," katanya, dengan nada yang tak terbantahkan.
"Jaga sikap kalian saat di hadapan pacarku!" lanjutnya dengan tegas, menekankan posisinya yang protektif terhadap Kitty.
Celine, yang merasa tidak nyaman dengan situasi ini, tidak bisa menyembunyikan rasa tidak suka di wajahnya. Dengan nada sinis, ia berkata, "Bagaimana bisa Kitty bersama Anda," matanya memandang tajam ke arah Kitty, seolah menilai gadis itu.
Calvin menanggapi dengan nada dingin dan penuh ketegasan. "Ukur diri sendiri ketika ingin merendahkan orang lain," katanya, suaranya penuh kekuatan. "Tidak bisa menghargai dan suka menghina. Sepertinya kerja sama kita dibatalkan saja!" Calvin berbicara dengan terus terang, membuat suasana semakin tegang.
Di saat yang sama, sebuah suara berat datang dari belakang mereka. "Siapa yang menyuruhmu membuat keputusan sendiri," suara itu milik Rusli, yang baru melangkah menghampiri mereka. Wajahnya tenang namun penuh otoritas.
Billy dan Celine segera merespons dengan sopan. "Tuan," sapa mereka hampir bersamaan, mencoba meredakan suasana dengan sikap ramah.
Calvin tidak tergoyahkan. "Aku adalah Direktur Utama perusahaan, tentu saja lebih berhak mengambil keputusan," jawabnya dengan tenang namun tegas. "Orang yang bersikap angkuh tidak bisa menghormati orang lain. Tidak layak bekerja sama dengan perusahaan besar kita," lanjut Calvin, menegaskan keputusannya.
Rusli mencoba menenangkan situasi, dengan nada bertanya yang lebih lembut. "Calvin, masalah Samuel dan Kitty tidak ada hubungan dengan kita, kenapa kamu melibatkan dirimu?"Calvin menarik napas panjang, jelas tidak puas dengan situasi yang berkembang.
"Setiap ucapan yang dilontarkan mereka aku telah mendengar semuanya," jawabnya, matanya menatap langsung ke arah Celine. "Masa lalu mereka memang bukan urusanku. Tapi sikap mereka yang akan menjadi masalah bagi masa depan perusahaan," lanjut Calvin dengan nada tegas.
Celine, yang merasa tersudut, mencoba membela diri. "Tuan, tidak seperti yang Anda katakan, hubungan kami dan Kitty sudah seperti ibu dan anak," katanya dengan suara yang berusaha tetap tenang.
Kitty, yang merasa tersinggung oleh pernyataan Celine, tidak bisa menahan dirinya lagi. "Siapa yang menganggapmu sebagai ibuku? Jangan libatkan aku," katanya dengan nada penuh emosi. "Bukankah tadi sangat sombong, kenapa sekarang malah menjadi pengecut," tambahnya, matanya penuh kemarahan.
Calvin melihat ke arah Kitty, kemudian kembali fokus pada Billy dan Celine. "Dengar baik-baik! Angsa ini sudah menjadi milikku dan tidak ada hubungan lagi dengan putra kalian. Jadi jangan mengusiknya lagi. Mengenai kerja sama, daftar nama perusahaan kalian akan kuhapus!" ucap Calvin dengan tegas, membuat keputusan yang jelas dan tak terbantahkan.
Kitty melirik tajam pada Calvin, merasa frustrasi dengan panggilan yang diberikan Calvin kepadanya. "Sudah kubilang namaku bukan Angsa. Malah menyebut Angsa di depan semua orang," batin Kitty, merasa kesal namun tidak bisa berbuat apa-apa di hadapan banyak orang.
ngehaluin mereka berdua bikin guemesss plus ngakak dengan kekonyolannya 😅😅😅
Pacaran ada batasan. Setelah menikah ya menikah bukan pacaran setelah menikah. Pacaran kan bisa putus kapan aja...beda dg menikah.... hmm.ya gitulah