Oleh orang tuaku, aku di jadikan sebagai pelunas utang dan menikahkan ku dengan seorang pria kaya. Tidak ada cinta di antara kami. Suatu malam, tanpa sengaja, aku melakukan one night stand dengan bos ku hingga aku harus mengakhiri rumah tangga ku yang masih berumur jagung.
Ternyata, kejadian malam itu adalah jebakan. Jebakan balas dendam yang membuatku terluka dan trauma.
Lima tahun berlalu, aku bertemu lagi dengannya, bertemu dengan pria yang malam itu membuatku tak berdaya karena sentuhannya. Pria yang sangat aku benci dan ingin aku lupakan.
Tapi pertemuan itu kembali membuatku terseret oleh pesonanya.
Mampukah aku tetap membenci atau justru aku malah jatuh cinta padanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon farala, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 22 : Kejujuran Ludwig
Gerrard POV.
Langkah kakiku terhenti, aku baru saja menggeser pintu dan hendak melangkah keluar, tapi Ludwig membuatku berdiri mematung dengan perasaan campur aduk.
" Emilia hamil."
Deg...
Tubuhku seketika oleng, netraku berkunang kunang. Apa ini?
Cukup lama aku tidak bisa berkata kata, hingga Ludwig kembali mencecar ku. " Itu adalah anakmu. Kau tau perlu ragu, karena aku tak pernah menyentuhnya."
Kepalaku bak kejatuhan batu besar, sakit sekali.
Ku coba menenangkan diri. Aku kembali menghampiri Ludwig yang duduk tenang tanpa terganggu sedikitpun. Sepertinya dia memang percaya jika aku akan kembali.
" Balas dendammu kau jatuhkan pada orang yang salah Gerrard, kau menghancurkan hati seorang wanita sebaik Emilia. Kenapa kau tidak berpikir ribuan kali untuk melakukan tindakan tak bermoral itu? Harusnya Wyn, dia yang bertanggung jawab atas apa yang terjadi dengan Laura. Emilia tidak ada kaitannya dalam usaha balas dendammu."
Aku terdiam. Tak ada yang bisa ku katakan.
" Aku datang hanya untuk meminta agar kau berhenti. Sudah cukup Gerrard. Hentikan kegilaanmu." Ludwig pun beranjak dari duduknya. " Aku pergi."
" Apa dia tau?" Tanyaku.
" Tidak, aku tidak memberitahunya. Bahkan sampai kami bercerai pun, dia sama sekali tidak tau kalau aku dan Wyn bersaudara. "
" Terima kasih." Ucapan terima kasih itu tiba tiba saja meluncur dari mulutku tanpa aku tau untuk apa ucapan itu sebenarnya. Apa aku bersyukur karena dia tidak mengetahui jika aku membuatnya masuk dalam daftar balas dendam ku? Ataukah aku bersyukur karena dia mengandung anakku? Entahlah, aku masih bingung.
Kulihat kening Ludwig mengernyit saat aku mengucap dua kata dengan makna rasa syukur itu. Aku yakin jika diapun bingung dengan maksudku. Tapi akhirnya dia lebih memilih pergi tanpa menjawabnya.
Ludwig sudah pergi sekitar tiga puluh menit lalu, tapi aku masih duduk di tempat yang sama. Arthur bahkan datang menghampiriku karena terlalu lama menungguku keluar dari restoran.
Kembali kata kata Ludwig berputar di ingatanku. " Itu adalah anakmu. Kau tau perlu ragu, karena aku tak pernah menyentuhnya." Ku pijit pelipis ku, kepalaku jadi semakin sakit.
Aku sama sekali tidak meragukan jika memang itu adalah anakku. Aku masih ingat rasanya, bibir indah itu begitu manis saat aku menciumnya. Betapa bergairahnya diriku saat mencumbui setiap jengkal tubuh mulusnya. Dan yang membuatku sangat terkejut adalah, akulah pria pertama untuknya.
Tapi yang menjadi masalah, aku tidak siap dengan ini semua. Bukan tidak ingin memiliki anak, hanya saja tidak seharusnya ini terjadi. Aku jadi merasa sangat bersalah pada Laura. Bagaimana caraku menghadapinya kelak? Aku hanya perlu membalas Wyn melalui wanita itu. Dan setelah membuat Wyn hancur karena kegagalan cintanya, aku akan pergi meninggalkannya. Namun, ini di luar kendaliku. Kenapa semua jadi kacau?
" Tuan, sudah waktunya kembali ke kantor. Masih ada rapat dengan vendor lokal dan akan berlangsung dalam satu jam ke depan."
Lamunanku buyar di selingi helaan nafas panjang. " Cari tau keberadaan Emilia Smith di London sekarang juga!"
" Baik tuan."
*
*
Emilia POV
Aku bisa bernafas lega setelah berhasil mengecoh pria yang duduk di sebelahku dalam pesawat tadi. Berbagai cara aku lakukan agar bisa lepas dari mata lihai nya.
Kini aku sudah membaringkan tubuh lelahku di sebuah hotel yang lumayan jauh dari bandara.
Jam menunjuk pukul sebelas malam dan aku sudah bersiap untuk tidur ketika tiba tiba saja pintu kamarku di ketuk dari luar.
Aku tidak langsung membukanya, ku tunggu beberapa saat. Wajar jika aku menaruh curiga. Sejak dari Munich aku sudah di ikuti orang tak di kenal, tentu aku harus lebih waspada.
" Siapa?"
Tak ada jawaban. Tapi ketukan pintu itu tak kunjung berhenti, Aku ketakutan.
Di tengah rasa takutku, tiba tiba ponsel yang ku letakkan di atas tempat tidur tiba tiba berdering. Aku mengintip siapa gerangan yang menghubungi ku. Setelah ku lihat namanya, buru buru aku mengangkat panggilannya.
" Buka pintunya."
Aku termangu, ku tatap ponsel dan pintu bergantian. Panggilan sudah berakhir beberapa detik yang lalu. Aku pun tidak punya pilihan lain selain membiarkan tamu tak di undang itu untuk masuk.
Ludwig menatapku tak berkedip.
" Boleh aku masuk? Aku janji tidak akan lama."
Tak ku jawab permintaannya dengan mulutku, tapi ku buka pintu itu lebar lebar agar dia masuk.
Dia duduk di kursi sementara aku lebih memilih duduk di pinggiran tempat tidur yang sedikit berjauhan darinya.
" Kau kehabisan uang? Kenapa kamarmu kecil sekali?" Katanya sembari mengedarkan pandangannya memindai sekeliling kamar yang baru saja ku sewa beberapa jam lalu.
" Kau mengikuti ku?" Ku ajukan pertanyaan yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan perkataannya barusan.
" Ya."
" Kenapa kau melakukannya?"
" Untuk membuatmu aman."
Aku tersenyum smirk. " Tindakan mu itu justru membuatku ketakutan."
" Maafkan aku. Tapi aku berkata jujur."
" Kau tidak perlu menekankan padaku, bukti nyata ada, anak buahmu mengikuti sudah lebih dari seminggu."
Keningnya mengernyit." Seminggu?"
" Ya, kau pikir aku bodoh?"
Ku lihat wajahnya mulai terlihat serius." Dengarkan aku baik baik Emi."
Aku memperbaiki posisi dudukku.
" Pergilah sejauh yang kau bisa, tinggalkan Jerman dan Inggris. Karena dia pasti akan menemukan keberadaan mu."
" Siapa yang kau maksud?" Aku mulai gusar. Sepertinya ada yang dia sembunyikan dariku.
" Hidupmu sedang tidak baik baik saja Emi."
Aku bangkit dan melangkah menghampirinya. " Jangan membuatku takut Ludwig!" Ucapku setengah berteriak.
Melihatku yang berdiri tegak di hadapannya, Ludwig pun bangkit dan mensejajarkan tubuhnya denganku. " Wyn, Gerrard, kau tidak boleh dekat dengan keduanya. Semua demi kebaikanmu."
Aku menatapnya tak percaya, dari mana dia tau aku mengenal kedua pria itu? Kalau Gerrard, aku pernah melihat keduanya bercengkrama di acara perusahan ku. Tapi dari mana dia tau kalau aku mengenal Wyn?
" Bagaimana kau bisa tau aku mengenal kedua pria itu?"
" Tidak ada yang kebetulan di dunia ini Emilia. Jangan terlalu naif."
" Jelaskan padaku."
" Ayah dari calon bayimu adalah Gerrard Chaddrick, dia adalah sahabat baikku. Tapi aku menyarankan mu untuk menghindarinya. Kalau perlu tidak usah bertemu sekalian. Kalau kau butuh biaya untuk anakmu kelak, kau bisa menghubungiku, jangan pernah meminta bantuan Gerrard ataupun Wyn."
Deg..
" Aku juga berharap tidak pernah bertemu lagi dengannya, kau tidak perlu khawatirkan aku. Dan mengenai anakku, Tuhan pasti akan membantuku." Ucapku tajam.
" Bagus, tapi kau harus tetap waspada, karena aku yakin beberapa hari ke depan, Gerrard pasti akan datang mencari mu."
" Tunggu, kenapa aku merasa ada yang salah di sini? Untuk apa dia datang mencari ku? Jangan membuatku bingung Ludwig."
" Emilia, kau di jadikan target balas dendam keluarga Muller."
" Muller? Keluarga dari mana lagi itu Ludwig? Sudah cukup aku tersiksa dengan keadaanku sekarang jangan menambahnya lagi."
" Aku tau, tanpa kau jelaskan pun aku sangat mengerti keadaanmu, tapi kau harus dengarkan baik baik apa yang akan aku katakan. Mungkin ini adalah hal terakhir yang bisa aku lakukan untukmu."
Aku menatap tajam wajah Ludwig yang tampak segan untuk mengatakan apa yang ada dalam pikirannya. Perlahan kedua tangannya terangkat dan memegang bahu kanan dan kiri ku.
" Quantum Mayors, perusahaan tempatmu bekerja adalah milik keluarga Muller, dan penerusnya yang masih belum di ungkap ke publik adalah.... Gerrard Chaddrick."
" A-Apa?" Aku tercekat, tenggorokanku seperti tak di aliri saliva.
" Jadi selama ini?"
" Ya, dia menyamar menjadi finance manager di perusahaannya sendiri. Untuk apa? Seperti yang ku katakan tadi, tidak ada yang kebetulan di dunia ini. Dia mencari mu, mencoba mendekatimu untuk membuat mu menderita."
" Tapi, apa salahku?"
...****************...
Emmy dlm bahayaaaa
pura2nya sungkan Pd Emmy padahal hati bersorak Sorai 😂
🤓🤓🤓🤓
up nya rutin dong kak ,sama kyk cnta zara,nih cerita juga bagus 🙏🏻👍🫰🏻
btw, semangat nulisnya dan sehat selalu /Kiss//Kiss/
semoga Gerrad bisa terus melindungi Emilia dari bahaya..
maka dia benar-benar monster
mati! 😃😁
selama wyn blm di kasih syok terapi hidup Emy tidak akan tenang kayanya
kabar Ludwig gimana zaaa