#SiMujur
Bejo Fajar Santoso, atau Jo, adalah pria berumur 25 tahun yang selama hidupnya selalu diliputi kesialan. Namun, hidup Jo berubah drastis setelah dirinya bertemu dengan Athena Dewi Sarayu, wanita yang disebut-sebut sebagai wanita paling beruntung abad ini. Cantik, kaya, sukses, dan memiliki pacar seorang pengusaha tampan, Tina punya segalanya. Tapi, keberuntungannya lenyap saat nasib sial Jo berpindah kepadanya!
Bagaimana nasib mereka selanjutnya? Dapatkah Tina mengembalikan keberuntungannya, atau akankah Jo akhirnya bisa merasakan keberuntungan seumur hidup? Ikuti kisah mereka disini!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon HANA ADACHI, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
22. Mencari Calon Suami
"Lo mau kan nikah kontrak sama Gue?"
Jo terdiam sejenak, kemudian ia menjawab dengan tegas. "Nggak mau Bu,"
"UAPA?!" Tina sampai bangkit dari duduknya mendengar jawaban Jo. "Lo nggak mau?!"
Jo menggelengkan kepalanya tanpa ragu.
"Lo gila ya?!" Tina sudah mencak-mencak. "Ini kesempatan sekali seumur hidup buat Lo bisa nikahin Gue! Gue itu Athena Dewi Sarayu loh, pemilik perusahaan Athena Beauty! Banyak cowok-cowok di luar sana yang pengen nikah sama Gue tapi nggak kesampaian, dan Lo malah menolak?! Lo bego, ya?!"
"Ya sudah, kalau gitu Bu Tina cari aja cowok-cowok lain itu," Jo menjawab santai.
"Jo!"
"Tenang, Tina, tenang," Yena berusaha menenangkan sahabatnya itu. Ia lalu menoleh ke arah Jo. "Apa alasannya Mas Jo?" Yena bertanya keheranan. Meskipun dia sendiri yang menyuruh Tina menanyakan pendapat Jo, nyatanya dia juga kaget saat mengetahui Jo menolak tawaran itu.
"Saya nggak mau menikah hanya karena kontrak Bu, saya ingin menikah karena cinta. Pernikahan kontrak berarti bermain-main dengan janji yang diikrarkan di hadapan Tuhan, dan saya nggak mau melakukan itu, saya masih takut dosa."
Tina dan Yena saling berpandangan. "Jadi maksud Mas Jo, Mas Jo hanya mau menikah kalau ada cinta?"
Jo mengangguk. "Betul,"
"Nggak masuk akal!" Tina menghempaskan tubuhnya ke atas sofa. "Sampai langit terbelah pun, mana mungkin gue bisa jatuh cinta sama Lo!"
Jo hanya mengangkat bahu, lalu kembali mengunyah kacangnya. "Itu terserah Bu Tina. Saya cuma mau menikah dengan seseorang yang benar-benar saya cintai dan yang mencintai saya."
Tina mendengus. "Yena, jangan buang-buang waktu kita dengan cowok kampungan ini. Sekarang, Lo cariin gue cowok-cowok keren di luar sana yang mau nikah kontrak sama Gue! Siapapun itu!" Tina lantas bangkit dari sofa sambil menghentakkan kakinya. Ia merasa kesal sekali karena Jo sudah menolak tawaran pernikahannya.
Huh, memangnya lo pikir gue nggak bisa cari cowok lain apa! Batinnya kesal.
...----------------...
"Namanya Setya Gunawan, dia adalah atlet sepak bola yang sangat terkenal. Baru-baru ini timnya berhasil meraih medali emas dalam pertandingan tingkat internasional," Yena membacakan profil kandidat calon suami pertama Tina.
"Bagus, gue suka atlet. Badannya pasti bagus," Tina menjawab keras-keras sambil melirik Jo yang berjalan di sampingnya. Berharap menemukan setitik kecemburuan di wajah lelaki itu. Tapi nyatanya Jo tetap lempeng-lempeng saja.
Mereka bertiga kemudian berjalan memasuki restoran mewah tempat pertemuan Tina dan sang atlet. Jo dan Yena duduk di kursi yang agak jauh dari mereka.
"Hai," Tina menyapa laki-laki kekar yang sudah menunggunya. "Aku Tina,"
"Hai," Setya bangkit dari duduknya dan langsung meraih tangan Tina, mencium punggung tangannya lembut. "Setya,"
Tina tersenyum. Lumayan, nilainya dalam hati. Wajahnya ganteng dan sikapnya gentleman.
"Kamu pasti udah tau siapa aku," Setya tersenyum lebar. "Wajahku sudah sering masuk di berita-berita nasional dan internasional karena prestasi tim yang aku pimpin,"
Tina mengangguk. "Yah, aku tidak terlalu suka sepak bola. Tapi aku pernah melihat wajahmu sesekali,"
"Kalau begitu, kamu harus melihat semuanya," Setya dengan semangat mengeluarkan tablet dari dalam tasnya, membuka kanal berita tentang dirinya sendiri.
"Lihat? Ini aku saat bertanding melawan Australia, ini saat aku di Korea Selatan, lalu yang ini..."
Setya terus menunjukkan semua berita tentang dirinya kepada Tina selama setengah jam tanpa henti. Tak lupa, lelaki itu juga memamerkan beberapa pencapaiannya di bidang sepak bola.
"Dan kamu tahu, saat aku mencetak gol itu, semua orang berdiri dan bertepuk tangan untukku," katanya sambil memperlihatkan foto-foto dari pertandingan terakhirnya.
Tina hanya bisa tersenyum kecut sambil berpikir, Ini orang mulutnya nggak capek apa ya? Dari tadi ngomong mulu.
"Terus, waktu kita lagi tanding itu—"
"Sorry, kayanya aku harus ke toilet," Tina memotong ucapan Setya dengan sengaja. "Aku kebelet banget," Lanjutnya sembari bergegas bangkit dari kursi.
"Oh, oke, aku akan tunggu di sini," Setya tersenyum dan membiarkan Tina berlalu dari hadapannya. Tapi tentu saja Tina berbohong. Bukannya pergi ke toilet, ia langsung melangkahkan kakinya keluar dari restoran. Yena dan Jo mengikutinya dengan keheranan.
"Ayo cepetan pergi dari sini, sebelum kuping gue meledak!" tukas Tina sambil buru-buru masuk ke mobil.
Esoknya, jadwal pertemuan Tina adalah dengan seorang profesor muda. Usianya baru 30 tahun, tapi pria itu sudah menjadi guru besar di sebuah universitas ternama.
"Kamu tahu, teori relativitas sebenarnya bisa dihubungkan dengan mekanika kuantum melalui...," Pria itu bicara panjang lebar.
Tina merasa kepalanya berputar-putar mendengar ocehannya. Astaga, ini kencan atau ujian fisika ya?
Dua hari kemudian, Yena kembali menjadwalkan kencan buta Tina. Kali ini kandidatnya adalah seorang pengusaha sukses yang tampan dan kaya raya. Tapi...
"Kita split bill aja ya. Oh, tadi kan aku udah bayar parkir, jadi bagian kamu 15 ribu rupiah," kata pria itu sambil mengeluarkan kalkulator.
Tina hanya bisa tertawa pahit. Pengusaha kaya kok pelitnya kebangetan. Amit-amit banget deh.
...----------------...
"Lo bisa nggak sih cari cowok yang bener dikit?" protes Tina pada Yena setelah pertemuannya dengan sang pengusaha berakhir. "Cowok kok nggak ada yang bener! Yang satu narsis banget, yang satu terlalu pintar, dan yang terakhir... ya ampun, mana ada pengusaha kaya yang pelit begitu," Tina memijat pelipisnya.
"Ya gimana," Yena mengangkat bahu. "Cuma mereka cowok-cowok yang sesuai sama kriteria kamu. Mereka tampan, punya kelebihan, dan nggak kampungan. Iya kan?"
"Tapi nggak ada satupun yang normal!" Tina bersungut-sungut. "Bisa botak Gue lama-lama kalau serumah sama salah satu dari mereka!"
"Ya udah sih, namanya juga nikah kontrak," Yena berkata santai. "Kamu bilang siapapun orangnya nggak masalah, kan?"
"Ya tapi tetep aja," Tina menghela napas panjang sambil melirik Jo yang kali ini sibuk mengunyah kentang goreng. Kenapa cowok itu kelihatannya nggak keganggu sama sekali sih?
"Hei Jo," Tina memanggil Jo dengan nada kesal. "Kenapa sih Lo nggak mau nikah sama Gue? Emangnya Lo sama sekali nggak tertarik ya sama Gue?"
Jo mengedipkan matanya beberapa kali sebelum menjawab pertanyaan Tina. "Saya tertarik kok Bu. Bu Tina itu cantik, modis dan mandiri. Sebagai laki-laki, saya juga merasa kalau Bu Tina itu menarik,"
"Terus kenapa Lo nggak mau nikah sama Gue, sih?"
"Ya karena saya nggak cinta sama Bu Tina,"
"Jadi kalau Gue bisa bikin Lo jatuh cinta, Lo bakalan mau nikah sama Gue?"
Jo berpikir sejenak, kemudian menganggukkan kepalanya ragu-ragu. "Mungkin?"
"Oke kalau gitu!" Tina menjentikkan jarinya kuat-kuat. "Dalam waktu dua minggu, gue pastikan Lo bakalan bertekuk lutut sama Gue! Bersiap saja!"
Jo dan Yena hanya bisa saling pandang.
Wkwkwk, Jo bikin masalah apalagi tuh? 🙈🙈🙈