Terpaksa Menikahi Bos Galak

Lucas berangkat sendiri dengan mobilnya. Namun Alex sudah standby di dalam mobil yang berbeda. Dia pun mulai mengikuti mobil sang Bos dari kejauhan.

Sesampainya di restoran bintang lima, Lucas pun turun dan melangkah masuk. Di mejanya yang sudah di pesankan oleh ibunya, terlihat seorang gadis cantik bertubuh bak gitar spanyol. Namun semua itu tak membuat Lucas tertarik sedikitpun.

"Hai, selamat malam, Tuan Lucas!" Sapa gadis cantik itu saat melihat kedatangan Lucas, Lisa pun reflek berdiri dengan senyuman manisnya dan mengulurkan tangannya.

"Malam Lisa, panggil saja aku Lucas jangan pakai, Tuan." ucap Lucas sambil mengulurkan tangannya dan tersenyum berusaha ramah.

Dan dari meja yang agak jauh, nampak Alex yang sedang mengabadikan momen tersebut tanpa membuat gerakan yang dapat menimbulkan kecurigaan. Karena semuanya itu nantinya akan di kirimkan langsung pada Nyonya besar. Ya, hal - hal yang selalu membuat Nyonya besar merasa senang saat melihat anak semata wayangnya mau menuruti perintahnya itu.

Lucas dan Lisa pun mulai memesan makanan mereka. Dan Lisa kini terus saja berceloteh agar terlihat ramah dan bisa menarik perhatian dari Lucas. Namun hal itu nyatanya hanya di tanggapi dingin oleh Lucas. Dan ya, saat kamera dari Alex yang tak membidik ke arahnya. Lucas kembali bersikap dingin.

Rasanya Lucas sudah merasa bosan dengan harus bersikap pura - pura kepada para wanita yang selama ini berkencan dengannya. Setelah Lucas menghabiskan makanannya. Lucas pun mulai berterus terang pada wanita yang ada di hadapannya itu.

"Baiklah Lisa, sekarang aku minta tolong agar kamu berhenti bersikap manis seperti itu padaku. Aku tau, sebenarnya kau itu tidak tertarik kepadaku. Kau melakukan ini demi membantu perusahaan ayahmu, bukan? Berhentilah berpura-pura." ucap Lucas langsung berterus terang kepada Lisa.

"Apa maksudmu, Lucas? Aku ini sedang tidak berpura - pura, dan aku tulus mencintaimu. Aku tahu, pada awalnya Ayahku yang sudah memaksaku untuk melakukan pertemuan ini. Tapi setelah melihatmu dan mulai mengobrol denganmu aku sudah mulai menyukaimu." ucap Lisa mencoba berucap untuk jujur.

"Kalau itu tidak penting untukku. Yang aku tekankan itu adalah niat awalmu. Ya, siapa juga yang tidak suka denganku karena aku itu pria yang sangat kaya raya di tambah dengan visualku yang tampan." ucap Lucas sambil menjelaskan sedikit kenarsissannya itu.

"Oke, aku minta maaf. Jika menurutmu aku sudah berbuat hal yang tidak menyenangkan kepadamu. Maafkan aku, Lucas." ucap Lisa berkata dengan raut wajah kesedihannya.

"Dasar manusia sombong. Mentang - mentang kau kaya, kau seenaknya berbicara. Lihatlah Lucas, aku pastikan akan membuatmu jatuh cinta padaku. Apapun resikonya aku pasti akan membuatmu bertekuk lutut kepadaku." ucap Lisa di dalam hati.

Sedangkan Lucas yang sudah tidak ingin bertele-tele lagi pun langsung berbicara akan niat sebenarnya kepada Lisa. "Baiklah. Nanti kamu bisa sampaikan kepada ayahmu, agar di hari Senin nanti untuk datang ke kantorku. Aku akan membantu mengatasi perusahaan milik keluargamu itu. Sehingga Ayahmu itu tidak usah bersusah payah lagi untuk menjodohkan mu denganku!" Ucap Lucas, sambil memandang ke arah Lisa yang kini sedang menundukkan wajahnya tanpa bisa berkata - kata.

Mendengar ucapan Lucas yang merendahkan dirinya, membuat Lisa ingin sekali memukul kepala Lucas. Andaikan saja Lucas bukan pemilik perusahaan besar Asia Group, pasti sudah di lakukan Lisa tadi. Setelah selesai berbincang Lucas pun hendak beranjak meninggalkan Lisa.

"Tunggu, Tuan Lucas Dirgantara. Aku itu tidak akan pernah menyerah untuk membuatmu jatuh cinta kepadaku. Ingat itu!" ucap Lisa berapi-api dan kemudian berlalu pergi. Sedangkan Lucas hanya tersenyum menanggapinya.

"Ayo Alex kita pulang aku sudah lelah. Kamu sudah melakukan apa yang aku minta, bukan?" tanya Lucas memastikan kepada Alex. Jika Alex sudah melakukan tugasnya dengan baik.

"Sudah Bos. Saya sudah melakukannya seperti biasa." sahut Alex sambil mengikuti langkah Lucas.

***

Safea merebahkan tubuhnya di ranjang. Setelah ia selesai mandi. Safea pun mulai mengecek ponselnya, lalu menekan beberapa nomor hingga terdengar suara nada sambung.

"Hallo..." jawab seseorang dari sebrang sana yaitu Neneknya Safea.

"Hallo, Nek. Nenek apa kabar?" Safea bertanya pada Neneknya itu.

"Nenek baik, Safea. Kamu kapan pulang ke kampung? Nenek dan Kakek kangen sama kamu." ucap Neneknya Safea berkata dengan nada sedih pada cucu perempuannya itu.Membuat Safea menjadi iba.

"Iya,Nek. Sekarang Safea sedang sibuk banget. Pasti nanti Safea akan pulang ke kampung untuk mengunjungi Nenek dan Kakek." Safea menjawab jujur apa adanya. Karena memang saat ini pekerjaannya sedang sangat banyak.

"Kamu ini kerja terus." ucap Neneknya Safea. Dan Safea pun sudah bisa menebak akan arah pembicaraannya Neneknya itu.

"Iya, Nek. Safea juga bakal berusaha agar tidak sibuk biar Safea bisa cepat cari pacar buat cepet kawin?" Ya, itu adalah jawaban yang selalu di ucapkan oleh Safea, jika Neneknya itu sudah mengomeli tentang pekerjaannya.

"Seenaknya aja bilang kawin. Yang bener itu nikah dulu baru bisa kawin, Safea." Neneknya langsung menyela perkataan dari Safea hingga membuat gadis itu mengernyit.

"Memang apa bedanya sih, Nek?" tanya Safea bingung.

"Ya bedalah."

"Iya, Nek. Pokoknya Safea itu bakal secepatnya cari pacar biar bisa nikah ya, Nek?" Safea lebih memilih untuk mengalah daripada berdebat dengan Neneknya itu.

"Nah itu baru bagus, kamu itu memang harus cari pacar secepatnya." ucap Neneknya Safea yang terlihat begitu senang saat mengatakan hal itu kepada cucunya agar secepatnya untuk mencari pacar.

"Iya Nek Iya."

"Ya sudah, kamu istirahat dulu ya. Nenek tahu kamu pasti capek, kan?"

"Iya, Nek. Selamat malam,Nek."

Safea meletakkan handphonenya di atas nakas di samping tempat tidurnya. Dan bersiap untuk tidur.

***

Sesudah sampai di rumah, Lucas pun langsung bergegas menuju kamar anak semata wayangnya, Viona yang ternyata masih belum juga tidur.

"Sayang, besok pagi kamu ada rencana mau kemana?" tanya Lucas dengan nada lembut pada Viona.

"Kenapa Papih tanya itu?" Viona menjawabnya sambil acuh.

"Kamu marah karena Papih gak tepatin janji buat jemput kamu di sekolah?" Lucas bertanya lagi dengan nada suaranya yang semakin lembut.

"Sering seperti itu, udah biasa tuh." jawab Viona datar.

"Ayolah sayang, jangan seperti itu. Papih kemarin tiba - tiba ada urusan yang mendadak." ucap Lucas memberikan alasan.

***

Hay... hay! Kalian yang sudah baca Bab ini jangan lupa kasih like nya dong untuk author.D

Kalau ada yang mau ngasih 🌷atau ☕ juga boleh kok hehehe. Seperti biasa author juga mau mengingatkan pada para reader ku. Yuk, kasih sajen vote nya untuk author. Komentarnya juga jangan sampai ketinggalan ya.