Niat hati ingin merayakan ulangtahun bersama kekasihnya yang baru kembali dari luar negeri, Alice malah memergokinya sedang berselingkuh dengan sahabatnya sendiri.
Alice yang kecewa memutuskan hubungan mereka secara sepihak dan berniat balas dendam pada kekasihnya itu.
Tanpa sengaja, Alice dipertemukan dengan Arthur CEO di tempat kerjanya yang baru yang ternyata adalah sepupu jauhnya.
Alice terpaksa meminta bantuan Arthur dengan satu syarat, Alice harus mau menjadi wanitanya.
Akankah Alice menyetujui permintaan gila Arthur demi membalas dendam pada mantan kekasihnya? Ataukah malah terjerat dengan pesona Arthur?
Usahakan jangan nabung bab ya... terima kasih...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Meyda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB. 22
"Mom, Dad! Kemari, Arthur tidak ada di kamarnya!" teriak Kaisar, panik mencari keberadaan sepupunya.
Grey dan Vanessa bergegas naik ke ats, menghampiri Kaisar yang nampak gelisah. Mondar mandir di depan kamarnya seperti orang bodoh.
"Ada apa? Siapa yang tidak ada di kamar?" sahut Grey. "Ini masih pagi dan kamu sudah membuat keributan seperti ini. Kurang kerjaan!" kesalnya, menatap nyalang Kaisar.
"Arthur, Dad. Dia nggak ada," jawab Kaisar dengan wajah penuh rasa bersalah. Karena ulahnya, Arthur pergi dari rumah.
Semalam, Arthur memang tidur di kamar Kaisar. Namun, saking lelahnya Kaisar tidur lebih dulu. Dan saat terbangun, Kaisar sudah tidak menemukan keberadaan Arthur.
Kaisar takut, Arthur melakukan hal yang tidak-tidak, apalagi kemarin di mereka sempat bertengkar.
"Cari yang benar!" tegas Grey.
"Daddy, bisa kan bicaranya pelan-pelan. Telinga Mommy sakit mendengar Daddy terus berteriak!" sahut Vanessa, mengusap punggung Grey.
"Aku sudah mencarinya, Dad. Dia tidak ada!" Kaisar beranjak dari kamar dan menuju kamar Arthur. Memastikan kalau dia benar-benar tidak ada. "Daddy periksa saja sendiri kalau tidak percaya!"
Grey menghela nafas. Duduk di tepi ranjang sembari memijat pelipisnya yang terasa pusing. Grey yakin, Arthur pergi karena mendengar percakapan mereka semalam.
"Padahal, Daddy pikir kamu dan Arthur sudah akur. Tapi nyatanya Arthur malah ngambek."
"Sudahlah. Kalian tinggal menghubungi ponselnya saja." Vanessa menyarankan untuk menelfon Arthur.
Kaisar bergegas masuk ke kamarnya, mengambil ponselnya.
"Bagaimana?" tanya Vanessa.
Kaisar menggeleng pelan. "Tidak aktif."
Grey menghela nafas. Jika Arthur hilang, itu tidak akan mungkin. Mana ada penculik yang akan menahan pria manja seperti Arthur.
"Kalian tunggu di sini. Daddy akan menghubungi semua teman-teman Arthur dan juga rekan bisnisnya," ucap Grey. Terlihat sekali kalau pria itu yang lebih khawatir pada Arthur dibandingkan dengan Kaisar.
Kaisar meremas ponselnya. Ia tersenyum kecut. Dadanya sesak, melihat begitu besarnya perhatian Grey untuk Arthur. Jika Kaisar yang menghilang, akankah Grey khawatir seperti ini?
"Astaga! Apa-apaan ini?" teriak Vanessa. Wanita itu sudah berada di lantai bawah. Ia berniat membuka pintu dan terkejut melihat seorang gadis muda sedang tertidur pulas di lantai.
Yang membuat Vanessa shock, gadis itu masih mengenakan seragam sekolah. Seragam yang sama seperti milik putranya, Kenan.
"Bangun, Nak." Vanessa menepuk pelan pipi gadis itu. Karena tak kunjung bangun, Vanessa menggoyangkan pundak perlahan.
"Eh, ternyata udah siang, ya?" gumam Kayla sembari mengerjapkan mata polosnya berulang kali.
"Kamu siapa? Apa yang kamu lakukan di sini?" tanya Vanessa.
Kayla menoleh dengan dahi berkerut ketika melihat Vanessa. "Siapa wanita cantik ini?" batin Kayla.
Tak sabar menunggu gadis itu bicara, Vanessa terpaksa menarik pergelangan tangannya dan membawanya masuk ke dalam.
Vanessa yakin, jika gadis itu adalah salah satu teman Kenan. Apalagi semalam, Kenan sempat berkata kalau dirinya bersama seorang perempuan.
"Kaisar, Kenan! Kemari kalian! Jelaskan ini semua pada Mommy!" teriak Vanessa.
Kayla reflek menutup kedua telinganya. "Apa ini yang dimaksud the power of emak-emak?" gumamnya dalam hati.
"Tadi Kaisar dan sekarang istriku. Sebenarnya ada apa dengan kalian?!" Grey menuruni anak tangga lalu mendekati sang istri.
Disusul oleh Kaisar dan juga Kenan yang berjalan di belakangnya. Wanita itu nampak menatap kedua putranya bergantian.
Kenan menelan ludahnya dengan susah payah melihat Kayla berdiri di samping ibunya. "Mampus! Gue lupa kalau semalam ninggalin Kayla sendirian di luar. Habis gue dimakan singa jantan dan singa betina," batin Kenan meronta, membayangkan apa yang akan terjadi padanya nanti.
"Apa diantara kalian ada yang bisa menjelaskan semua ini?" tanya Vanessa menekan setiap ucapannya.
Kaisar nampak biasa saja. Karena memang diantara dia dan Kayla tidak ada hubungan seperti yang Vanessa pikirkan. Hanya sebatas guru dan murid. "Maaf, Mom. Aku sibuk," sahutnya.
"Ken juga mau siap-siap ke sekolah. Takut terlambat," jawab Kenan, menghindari tatapan Vanessa.
Sementara Kayla, gadis itu mengumpat ke arah Kenan. Bukankan semalam Kenan yang meninggalkannya? Kenapa sekarang cowok itu acuh padanya?
"Mau kemana? Mommy belum selesai bicara!" pekik Vanessa.
Kaisar dan Kenan saling melemparkan tatapan. Kedua saudara itu seakan sedang menyalahkan satu sama lain.
"Sejak kapan Mommy mengajarkan kalian untuk lari dari tanggung jawab?"
Grey mengernyit. "Maksud kamu apa, sayang?"
"Kenapa Daddy masih bertanya? Jika ada seorang gadis masuk ke rumah seorang pria dengan keadaan seperti ini, kalau bukan hamil apa namanya?" wanita itu bicara panjang lebar. Membuat ketiga pria itu melotot.
"Hamil?" pekik mereka bersamaan.
"Ya, hamil!" ucap Vanessa. "Mommy yakin gadis ini datang ke rumah dan bahkan sampai tidur di depan pintu hanya untuk meminta pertanggung jawaban dari salah satu putra kita. Kalau kurang jelas, lebih baik kita ke dokter saja, bagaimana?"
Kaisar mengusap wajahnya kasar. Belum selesai masalah Arthur, kini muncul masalah baru yang berkaitan dengan Kayla—murid didiknya sendiri.
"Mommy sepertinya salah paham. Kayla itu sahabat aku dan juga murid bang Kai." akhirnya Kenan membuka suara.
Namun, kalimat terakhirnya membuat Kaisar melayangkan pukulan ke punggungnya.
"Bilang apa kamu, hum?"
Kenan nyengir. Pengucapannya memang benar, kan?
"Nggak mungkin Kayla hamil, Mom. Belum aku apa-apakan kok," sahut Kenan lagi.
Vanessa menepuk jidatnya sendiri. Kenapa bisa ia mempunyai putra seperti Kenan.
*****
"Lo ikut gue!" Kenan menarik pergelangan tangan Kayla, mengajak gadis itu ke halaman belakang rumah.
"Mau kemana, Ken?" Kayla pasrah, mengikuti langkah kaki Kenan yang membawanya menjauh dari mereka bertiga.
Sesekali, Kayla melirik Kaisar yang nampak acuh padanya. Kayla tidak menyangka jika Kenan adalah adik Kaisar.
"Lepas, Ken! Sakit tahu!" Kayla menepis tangan Kenan. "Lo buat tangan gue luka!"
"Sekarang lo jelasin sama gue, kenapa lo bisa ada di bar semalam. Dan lebih gilanya lagi lo hampir maen sama om-om botak!"
Gadis itu tercengang. Jadi Kenan melihat semuanya? Melihat apa yang dia lakukan di dalam klub malam?
"Jawab gue! Lo ngapain di dalam sana, hah?!" sentak Kenan tak sabaran. "Lo malah bikin gue penasaran gini dan..."
"Gue jual diri, puas lo?!" sahut Kayla, memotong ucapan Kenan. "Gue mau bantu kakak gue, nyari biaya buat operasi ibu yang lagi sakit," lanjutnya, berhasil membuat Kenan diam seribu bahasa. Tentunya dengan rahang mengeras.
Ya, Kayla tahu kalau selama ini, Alice bekerja banting tulang untuk memenuhi kebutuhannya juga biaya berobat ibu panti.
"Jual diri lo bilang? Lo gila! Masih ada cara lain, lo bisa kerja. Nggak harus jual tubuh lo!" Kenan tak menyangka jika seorang Kayla akan melakukan hal serendah ini.
"Anggap gue emang udah gila! Gue nggak tega lihat kakak gue nanggung semua ini sendirian."
"Kalau gitu berapa harga tubuh lo, biar gue yang beli!" sahut Kenan.
𝘬𝘦𝘯 𝘮𝘯 𝘬𝘬