NovelToon NovelToon
Soulmate

Soulmate

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta pada Pandangan Pertama / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Karir / Persahabatan / Romansa / Teman lama bertemu kembali
Popularitas:1.6k
Nilai: 5
Nama Author: sJuliasih

Perjalanan kisah romansa dua remaja, Freya dan Tara yang penuh lika-liku. Tak hanya berasal dari latar belakang yang berbeda, mereka juga harus menelan kenyataan pahit saat harus berpisah sebelum sempat mengutarakan perasaan satu sama lain. Pun mereka sempat saling melupakan saat di sibukkan dengan ambisi dan cita-cita mereka masing-masing.

Hanya satu yang akhirnya menjadi ujung takdir mereka. Bertemu kembali atau berpisah selamanya!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sJuliasih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 10

Tak ingin semakin terintimidasi dengan tatapan Tara, segera Freya memalingkan wajah dari lelaki itu.

"Kalo memang sedari awal lo nggak mengizinkan gue buat ikut kelompok belajar lo, bilang Frey! Lo nggak perlu bohongi gue kayak gini." Tara terlihat marah. Dan hati Freya semakin sakit mendengar ucapan Tara.

"Apa sih salah gue sampe lo bersikap kayak gini? Lo tau Frey, gue paling benci di bohongi!" sambung Tara yang di akhiri helaan nafasnya yang berat.

Hanya suara hati Freya yang mampu menjawab. "lo nggak salah apapun Tar. Takdir aja yang memang nggak setuju kalo kita dekat satu sama lain."

Sedangkan mulut gadis itu masih memilih bungkam. Membiarkan Tara dan isi kepalanya menerka yang bukan-bukan tentang dirinya.

"Sorry Tar." akhirnya hanya kata itu yang terlontar dari bibir ranum Freya.

Lalu gadis itu pun mengajak kedua sahabatnya yang sejak tadi terdiam mematung, pergi dari hadapan Tara. Sebelum berlalu, Freya sama sekali tak berani menatap atau menoleh ke arah Tara. Ia melewati Tara begitu saja, seolah orang asing yang tak di kenalnya.

Freya tak ingin rasa bersalahnya semakin membesar. Untuk itu, ia tidak bisa berlama-lama berada di dekat Tara.

Sebenarnya Tara sama seperti dirinya, sama-sama korban dari keegoisan dan keangkuhan Baskara. Hanya saja, Tara masih belum menyadari hal itu. Menganggap semua yang terjadi adalah kesalahan Freya.

***

Di kediaman keluarga Mahendra...

Baskara tengah menikmati makan malam bersama istri dan juga Tara, anak bungsunya. Berbeda dari biasanya, Tara tampak tak berselera dengan hidangan yang tertata di atas meja.

Entahlah, semua terlihat hambar baginya. Bahkan makanan kesukaannya saja tak menarik lagi di matanya. Ia hanya memikirkan Freya.

"Tadi guru les privat kamu nelpon papa, katanya hari ini kamu bolos. Benar Tara?!" Baskara membuka suara.

Tara tak menjawab, ia hanya menatap piring di hadapannya dengan datar.

"Jangan bilang kalau gadis itu yang membuat kamu bolos!" tuduh Baskara tanpa merasa bersalah.

"Maksud papa siapa?" tanya Tara seraya menoleh ke arah Baskara.

"Gadis penerima beasiswa yang tak tau diri itu. Siapa lagi!" cerca Baskara.

Seketika Tara meletakkan sendok yang di pegangnya dengan kasar. Hingga membuat Mely, mamanya tersentak.

"Freya yang papa maksud nggak tau diri? Tau apa papa soal Freya?!" sekak Tara. Sakit sekali rasanya gadis yang ia sukai di sudutkan seperti itu.

Baskara pun tersenyum sinis. "Kenapa kamu jadi membela anak tukang laundry rendahan itu? Lebih baik jauhi gadis itu. Dia tidak cocok masuk ke circle pertemanan kamu, Tara." paparnya.

"Pa!" bentak Tara tak terima.

"Udah lah pa, kok jadi pada ribut begini sih?" Mely berusaha menjadi penengah.

"Asal papa tau, bukan profesi orang tua Freya yang rendahan. Tapi papa, pola pikir papa yang primitif itu yang rendahan. Bukan karna secara materi papa lebih unggul, terus papa jadi jauh lebih baik dari mereka. Enggak pa, menurut Tara justru papa itu jauh di bawah mereka!" Tara langsung bangkit dari duduknya dan meninggalkan meja makan.

"Tara!" bentak Baskara berharap anak bungsunya itu menghentikan langkahnya. Namun Tara yang sudah terlanjur kecewa dengan papanya sendiri memilih abai dan berlalu.

"Biar mama yang bicara sama Tara, pa." ujar Mely sambil memegang tangan suaminya yang bergetar menahan amarah.

Baskara tak mengiyakan atau pun melarang Mely. Ia hanya terdiam, mengatur nafasnya yang memburu cepat. Tanpa menunggu respon dari Baskara, Mely bergegas menyusul Tara.

"Tara, ini mama." Mely mengetuk pintu kamar Tara yang terkunci rapat.

Dengan langkah malas, Tara berjalan ke arah pintu. "Mau ngapain ma?" tanyanya.

"Mama mau bicara sama kamu." jawab Mely yang membuat Tara langsung membuka pintu kamarnya.

Mely segera masuk ke kamar anak bungsunya itu walau belum di persilahkan. Ia memilih duduk di pinggiran kasur tepat di samping Tara.

"Ma, Freya itu cewek baik. Dia juga cerdas makanya bisa dapet beasiswa dari sekolah." papar Tara meski Mely belum bertanya apapun.

Mely mengelus punggung Tara dengan lembut seraya menyimpulkan senyum di wajahnya. "Kamu suka sama Freya?" tanyanya.

Tara terdiam sejenak.

"Tara, siapa pun gadis itu, bagaimana pun latar belakangnya, selagi menurut kamu dia yang terbaik dan bisa membahagiakan kamu, mama pasti akan selalu mendukung keputusan kamu." ucap Mely dengan lembut.

"Ma..." Tara menoleh dan menatap mamanya dengan sedikit berkaca-kaca.

"Sayang, mama nggak pernah melihat kamu seantusias ini saat membahas seorang gadis. Bahkan tadi, mama sempat kaget waktu kamu marah karena papa menjelekkan gadis itu.

Mama yakin, gadis bernama Freya itu pasti spesial buat kamu. Dan mama tau, seorang Tara Dirga Mahendra tidak mungkin sembarangan menyukai seorang gadis." perkataan Mely bak air es yang memadamkan api di hati Tara. Mely kembali melemparkan senyum kepada anak bungsunya itu.

"Jadi kalo Tara nikah sama Freya, mama setuju?" tanya Tara serius.

Seketika Mely terkekeh pelan. "Anak mama kenapa ngebet banget sih pengen nikah?"

"Tara takut kehilangan Freya, ma." jawab Tara tulus.

"Kalau jodoh nggak bakalan kemana kok, Tar. Sekarang sekolah aja dulu yang bener. Kamu pikir nikah itu cuma modal materi?"

Tara menyeringai seraya menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

"Yaudah, kamu istirahat gih sana. Jangan mikirin Freya terus. Kalau kamu beneran sayang sama dia, kamu harus jadi orang sukses. Supaya kedepannya kamu bisa membahagiakan Freya."

Ternyata benar, kesulitan dan kemudahan itu komplit satu paket. Kesialan dan keberuntungan juga selalu sejalan. Dibalik tersiksanya Tara memiliki seorang papa yang berhati dan berpemikiran minus, ia juga merasa beruntung karena memiliki seorang mama berhati malaikat seperti Mely.

Tara mengangguk seraya membalas senyum sang mama. Setelah memberi sedikit wejangan kepada putranya, Mely pun segera keluar dari kamar Tara. Anaknya itu butuh istirahat, terlebih pikirannya yang lelah harus rehat sejenak.

***

Keesokannya saat di sekolah, secara tak sengaja Freya dan Tara kembali berpapasan. Alam semesta tampaknya ingin menyatukan kedua insan yang tengah di landa asmara itu.

"Frey...." lirih Tara seraya menatap lekat wajah gadis di hadapannya.

Freya menunduk, tak ingin melihat Tara. Akan semakin sulit jadinya untuk merelakan Tara, jika wajah tampan lelaki itu terus terpatri di ingatannya.

"Lo cantik banget hari ini, Frey. Gue suka!" ujar Tara tanpa malu-malu lagi.

Pipi Freya pun mulai bersemu, jantungnya kembali berdebar kencang.

'Gue harus kabur, nggak bisa gue kayak gini.' batin Freya. Ia mencoba mengabaikan Tara dengan berlalu begitu saja dari hadapan sang ketua osis tampan nan rupawan itu.

Dengan langkah terburu-buru Freya menjauh dari Tara. Walau sebenarnya ia masih ingin tinggal dan berada di dekat Tara.

Freya pikir, Tara akan memilih pergi setelah di acuhkan begitu saja. Namun nyatanya, lelaki keras kepala itu malah mengejar langkah Freya. Tara pun mencekal lengan gadis itu agar mau menghentikan langkahnya.

"Gue tau alasan lo menjauh dan menjaga jarak dari gue. Bokap gue kan yang nyuruh lo ngelakuin hal itu?" Tara langsung mengutarakan keresahan hatinya.

"Ini nggak ada hubungannya sama bokap lo." sahut Freya tak jujur dan tak berani melakukan kontak mata dengan Tara.

"Ck... mau berapa kali lo bohongi gue, Frey?" nada suara Tara sedikit meninggi, hingga beberapa siswa yang lewat menoleh ke arah mereka lalu saling berbisik.

"Tara, please.... lepasin tangan gue." pinta Freya.

"Gue nggak mau!" Tara tak mau kalah.

"Kenapa lo jadi egois gini sih, Tar?!" sekak Freya dan memberanikan diri menatap Tara.

Tara terdiam. Bukan karna ucapan Freya. Melainkan ia ingin menyelam lebih jauh ke dalam netra gadis itu. Bukankah mata adalah jendela hati? Tara ingin mengetahui apa yang sebenarnya di sembunyikan oleh gadis berbandana putih itu.

Sadar Tara tak bergeming menatapnya, lekas Freya memalingkan wajah seraya menarik paksa lengannya dari genggaman Tara. Sekali ini Tara mengalah, membiarkan Freya berlalu begitu saja.

Freya pun kembali ke kelasnya usai mengembalikan buku ke perpustakaan. Baru saja ia hendak duduk di kursinya, Andre sudah lebih dulu memanggilnya.

"Kenapa Ndre?" tanyanya seraya menghampiri meja Andre.

Andre tak langsung menjawab. Ia sibuk mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan kelas memastikan tak akan ada orang yang mendengar percakapan mereka.

"Lo sama Tara gimana?" bisiknya pelan.

"Ya... ya mau nggak mau gue harus nurutin kemauan bokapnya." jawab Freya tak kalah pelan.

"Gue kira lo bakalan kekeh mempertahankan perasaan lo ke Tara." sambung Andre.

"Nggak lah Ndre. Gue nggak mau kalo Tara, maupun gue jadi kena masalah. Gue pengen hidup anteng di sekolah ini sampe lulus nanti."

Andre berdecak pelan. " Bilang aja kalo lo sebenarnya takut sama bokapnya Tara. Iya kan?!"

Freya menghela nafas pelan sebelum menoleh ke arah Andre. "Sumpah Ndre, yang lo bilang tentang bokapnya Tara waktu itu bener." ujarnya.

"Yang mana?!" Andre sama sekali tak mengingat ucapannya kemaren.

"Ck... gampang banget lo lupa. Itu loh, yang lo bilang bokapnya Tara killer. Bahkan tatapannya aja buat jantung nggak aman."

"Oh yang itu?! Udah ngerasain kan lo sekarang?"

Freya mengangguk pelan. "Kemarin aja gue hampir pingsan waktu di sidang sama bokapnya Tara."

Bukannya iba, Andre malah terbahak dengan puasnya. Freya yang melihatnya hanya bisa memberengut kesal. Bersamaan dengan itu, Hana dan Risa masuk ke kelas setelah puas menikmati makan siang di kafetaria.

"Kenapa lo Ndre? Girang banget lo kayak abis menang lotre." celetuk Hana seraya duduk di kursi yang berada di depan meja Andre.

"Si Freya guys, syok berat dia abis ketemu sama bokapnya Tara!" jelas Andre lalu kembali tertawa.

"Emang sekiller apa sih bokapnya Tara?!" tanya Risa penasaran.

"Lo berdua tau kan Pak Zul yang guru matematika itu?"

Hana dan Risa mengangguk serempak.

"Pak Zul mah lewat guys. Lebih parah bokap Tara soalnya." sambung Freya.

"Beh, parah lo Frey. Calon menantu durhaka lo." Andre semakin memperkeruh suasana hati Freya.

"Calon menantu apaan. Orang nggak di restui juga." sahut Freya tak bersemangat.

Freya pun menghela nafas berat seraya memasang wajah memelas berharap di kasihani oleh ketiga sahabatnya.

"Sabar ya Frey, hidup terkadang emang berat." Andre menepuk bahu Freya sambil cengengesan.

Sama halnya dengan Andre, Hana dan Risa pun tak bisa menahan tawa. Bersamaan, ketiganya pun menertawai nasib calon menantu yang tak di restui itu.

***

1
korokoro
kaget banget Tara, jangan nakal main cubit pipi aja/Scowl/
Julia H: namanya juga modus kak🤭
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!