Jerat Cinta Sang Ceo

Jerat Cinta Sang Ceo

BAB. 1

Seorang gadis berkulit putih dan rambut panjang sebahu, tengah duduk dengan gelisah menunggu kedatangan seseorang.

Ya, gadis itu bernama Alice.

Saat ini Alice sedang menunggu kedatangan kekasihnya yang baru saja kembali dari luar negeri untuk menyelesaikan studinya.

Setelah dua tahun menanti, akhirnya pujaan hatinya datang untuk melamarnya. Seperti janji yang sudah mereka berdua sepakati sebelumnya.

“Kenapa lama sekali. Padahal dia bilang pesawat tiba pukul tujuh lewat tiga puluh menit. Dan sekarang, sudah melebihi jam tersebut,” gumam Alice sedikit kesal.

Tidak mungkin ‘kan kekasihnya itu sedang membohongi dirinya? Karena Zack selalu memberinya kabar, aktifitas apa saja yang sedang dia lakukan di sana.

“Semoga Zack menyukai hadiah dariku.” senyuman manis terukir dari kedua sudut bibir Alice. Apalagi saat ini di tangan kananya ada sebuah kotak kecil berwarna hitam, hadiah di hari spesial kekasihnya.

Bosan menunggu, Alice mencoba menghubungi Zack. Memastikan apakah kekasihnya itu baik-baik saja atau tidak.

Namun, ponsel Zack yang beberapa saat lalu masih aktif sekarang tidak bisa dihubungi sama sekali.

“Apa-apaan ini? Kenapa malah tidak aktif? Bukankah dia yang menyuruhku datang tepat waktu? Sekarang malah dia yang menghilang seperti di telan bumi.” Alice menggerutu.

Senyum yang beberapa detik lalu terukir, menghilang. Sudah hampir setengah jam lamanya, gadis itu berada di sana seperti orang bodoh.

Bosan menunggu, Alice memutuskan untuk mencari keberadaan Zack, dan masih terus berusaha untuk menghubunginya kembali.

“Eh, tersambung?” gumam Alice. Kedua matanya mengedar kesana kemari sambil menunggu jawaban dari Zack.

Bagi Alice, menunggu adalah sesuatu yang paling membosankan dalam hidupnya.

“Kenapa malah dimatikan!” seru Alice menyimpan kembali ponselnya ke dalam tas. “Dia benar-benar sudah membuat mood ku hancur hari ini dan—”

Alice tak melanjutkan ujarannya saat dia melihat sosok pria yang begitu sangat di rindukannya selama ini sedang memeluk mesra seorang wanita.

“Zack...”

Tatapan hangat Zack pada wanita itu amat sangat berbeda dari tatapan Zack kala bersamanya.

“Sayang, aku sudah menunggumu sejak tadi. Kenapa lama sekali?” tanya wanita itu dengan nada sedikit manja.

“Maafkan aku honey, pesawatku mengalami sedikit masalah. Jadi terpaksa aku harus menunda penerbangan,” jawab Zack seraya menarik pinggang wanita mendekat lalu mengecup mesra bibirnya.

“Aku sangat merindukanmu, Zack.”

“Me too, honey.” Zack kembali mencium bibir wanita itu, bahkan kali ini lebih gila dari sebelumnya. Tanpa rasa malu mereka melakukan hal itu di depan umum.

Alice tercengang sembari menutup mulutnya tak percaya, saat melihat sosok wanita yang mendapatkan perlakuan begitu lembut dari kekasihnya.

Ya, wanita itu adalah Viona—sahabatnya.

“Zack, please! Jangan lakukan di sini. Aku malu.” Viona menggigit bibir bawahnya sendiri, menahan desa han ketika tangan nakal Zack sudah meraba dan masuk ke dalam kaos tipisnya.

“Lalu kamu mau kita melakukannya dimana, hum?” Zack berbisik lirih seraya merengkuh pinggang Viona.

“Aku sudah memesan kamar hotel. Bagaimana kalau kita pergi kesana malam ini? Aku janji akan memuaskan kamu sampai pagi.” Viona bicara dengan nada berbisik, sengaja memancing sisi liar seorang Zack.

Kucing bodoh mana di dunia ini yang menolak saat di suguhi ikan segar?

Zack adalah pria normal, tentu saja dia akan dengan senang hati menerima tawaran dari Viona.

“Baiklah, kita pergi sekarang,” ucap Zack, menggenggam tangan Viona dan mengajaknya pergi ke hotel.

Sedangkan dari kejauhan, Alice hanya menatap keduanya dengan tangan terkepal tanpa bisa melakukan apapun. Alice tidak ingin mempermalukan dirinya sendiri di depan banyak orang.

Apalagi memergoki kekasihnya yang sedang berselingkuh. Benar-benar menggelikan! Membayangkannya saja sudah membuat Alice muak.

“Oh astaga! Ingin rasanya aku mencakar wajah mereka berdua. Pantas saja selama ini dia mengabaikan aku dan lebih memilih wanita kerempeng itu!” Alice geram.

Akhirnya, Alice memutuskan untuk mengikuti mereka berdua diam-diam. Sembari mengawasi kemana taksi itu membawa Zack dan Viona pergi.

•••••

Setelah lima belas menit perjalanan, taksi Alice berhenti di depan sebuah hotel. Alice cepat-cepat turun sebelum kehilangan jejak.

Alice mengintai sepasang penghianat itu. Mereka berdua terlihat memasuki sebuah kamar hotel yang sepertinya sudah di pesan jauh-jauh hari sebelumnya oleh Viona.

Tapi, dengan bodohnya, mereka lupa menutup pintunya.

Atau mungkin saja mereka berdua memang sengaja melakukannya? Karena posisi kamar yang mereka tempati berada di ujung dan satu-satunya.

Memikirkan itu membuat Alice semakin muak. Mereka sudah seperti sepasang suami dan istri saja, pikirnya.

“Seharusnya kamu tidak mengikuti mereka. Apa sih yang kamu pikirkan? Sudah jelas bukan, pria brengsek itu tidak mencintaimu lagi?” Alice menghapus air matanya yang sejak tadi mengalir membasahi pipi.

Meski selama ini dia terlihat seperti gadis yang tegar, namun sebenarnya hati Alice sangat lemah dan rapuh.

Alice memutuskan untuk masuk dan mengendap-endap. “Ada dimana mereka, kenapa tidak ada di sini,” gumamnya.

Bukannya mendapat sambutan hangat, Alice malah mendengar suara lak nat yang keluar dari bibir keduanya. Memenuhi setiap sudut ruang kamar.

“Kenapa kamu lebih memilih Alice? Aku yang selalu bisa memuaskan mu di atas ranjang. Bukan dia!” Viona terlihat kesal mengingat pria yang saat ini sedang bersamanya masih menjalin hubungan dengan Alice—sahabatnya.

Padahal, Viona sudah meminta Zack untuk segera memutuskan hubungannya dengan Alice. Tapi, pria itu masih saja mempertahankannya sampai sekarang.

“Berhenti membicarakan wanita itu saat kita sedang bersama!” Zack mempercepat gerakannya. “Selama ini, aku hanya memanfaatkannya saja. Dia selalu menolak jika ingin ku sentuh. Benar-benar kuno sekali cara berpikirnya itu!”

“Kamu yakin karena itu?”

“Ya!” tegas Zack.

Tanpa mereka sadari, sejak tadi Alice mendengar apa yang keduanya bicarakan dengan hati hancur berkeping-keping.

Awalnya, Alice berniat ingin merayakan ulangtahun kekasihnya itu bersama. Namun, semuanya pupus seketika saat melihat dengan mata kepalanya sendiri, Dua orang yang begitu berarti dalam hidupnya, mengkhianatinya.

“Kalian benar-benar menjijikan!” lirih Alice.

Selama ini Alice sudah memberikan semua pada Zack. Kecuali satu, tubuhnya. Alice belum siap melakukannya. Dia hanya sedang menunggu waktu yang tepat.

Suara tepuk tangan dan langkah kaki seorang wanita berjalan mendekat, membuat mereka berdua reflek menoleh dan langsung mengakhiri kegiatannya.

“A—alice?” Zack menurunkan paksa Viona dari atas tubuhnya, lalu bangkit. “Sejak kapan kamu ada di sini, sayang?” tanya Zack sedikit gugup seraya menelan saliva nya dengan susah payah.

Zack berharap jika Alice tidak mendengar semua percakapannya tadi. Kalau sampai itu terjadi, bisa dipastikan Alice akan meminta putus dan meninggalkannya untuk selamanya.

Selama ini, Alice adalah ladang uangnya. Bisa dikatakan, Zack menjalin hubungan dengan Alice hanya demi bertahan hidup.

“Mulai detik ini juga kita berakhir dan jangan hubungi aku lagi!” teriak Alice seraya menendang milik Zack.

“Argh, sayang! Apa yang kamu lakukan!” pekik Zack sedikit menunduk memegang bagian bawah perutnya yang terasa sakit luar biasa.

“Rasakan itu! Aku harap dia tidak akan pernah bangun lagi!” Alice memalingkan wajahnya. Kini, tatapannya tertuju pada Viona yang masih diam seakan tak memiliki rasa bersalah sama sekali padanya.

“Zack!” Viona yang tidak tega melihat prianya kesakitan, hendak turun dan membantunya.

Namun, belum sempat Viona melakukannya, Alice sudah terlebih dulu menarik rambutnya. Membuat Viona mengaduh kesakitan.

Alice kemudian menampar pipi kanan kiri Viona berulang kali tanpa belas kasihan.

“Hentikan, Lice!” Viona mendongak, bermaksud membalas perbuatan Alice.

Tapi, lagi-lagi Viona kalah telak karena Alice sudah terlebih dulu mendorongnya, hingga Viona terjatuh di pelukan Zack.

“Itu adalah hukuman untuk pengkhianat seperti kalian!” Alice tersenyum sinis. Dia berbalik dan meninggalkan kedua pasangan itu.

“Alice, tunggu! Kita harus bicara. Ini tidak seperti yang kamu lihat.” Zack cepat-cepat memakai celana pendeknya, berlari mengejar Alice.

•••••

Alice berjalan menuju lift, tanpa peduli dengan teriakan Zack yang masih terus memanggil namanya. “Lihat saja, aku akan membalas perbuatan kalian nanti!”

Terlalu fokus berlari menghindari Zack, membuat Alice tanpa sengaja menabrak seseorang.

“Aww!” Alice mengusap dahinya.

“Kamu taruh dimana matamu itu, hah?!” sentak pria tersebut, menatap Alice dengan tatapan datar dan tajam.

Bukannya meminta maaf pada pria itu, Alice malah fokus pada Zack yang semakin mendekat ke arahnya.

“Kenapa kamu diam saja? Menyingkir lah dari hadapanku. Kamu menghalangi jalanku, Nona!” pria itu mendorong pundak Alice.

Alice menarik tengkuk leher pria itu dan sedikit berjinjit agar posisi mereka sepadan. “Bolehkan aku pinjam bibirmu, Tuan?”

Pria itu membelalak. “A—apa kamu bilang?! Bibir mph...” pria itu langsung terbungkam saat Alice menempelkan bibir mereka.

“Sial! Ciuman pertamaku direnggut wanita asing ini?!” gumam pria itu, namun hanya dalam hati.

Terpopuler

Comments

Yuni Setyawan

Yuni Setyawan

baru mulai baca Thor,dan marathon pastinya🤭👍

2024-06-28

2

jenny

jenny

asyiiikkk... launching lagi setelah menghilang ditelan bumi. 😁

semangat kak Mey

2024-06-21

1

Eva Karmita

Eva Karmita

aku mampir ini cerita Alice dan Arthur kan yg sempat di hapus dulu ya

2024-06-21

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!