Menikah Dengan Gadis Desa.

Setelah meninggalkan kampus, Shaka mendapat telepon dari asisten Adi. pria yang bekerja sebagai asisten pribadi Shaka tersebut menyampaikan jika pagi ini ada meeting penting bersama klien. berhubung pagi tadi papa Arves baru saja berangkat ke kota S guna memantau perkembangan pembangunan perusahaan anak cabang di sana, maka mau tak mau Shaka lah yang harus menghandle meeting pagi ini meski rencananya ia baru akan mulai kembali bekerja minggu depan.

Mengingat jadwal meeting akan segera di mulai setengah jam dari sekarang, maka Shaka memutuskan mengajak serta Lilis ke perusahaan. Karena jarak antara perusahaan Arves group dan kampus hanya berkisar satu kilometer maka dalam waktu dua puluh menit mobil Shaka pun tiba di perusahaan.

Setelah ia dan sang istri turun dari mobil, Shaka meminta security untuk memarkirkan mobilnya di basemen gedung. Shaka merangkul pundak Lilis, memasuki gedung perusahaan.

"Selamat pagi tuan..... selamat pagi Nona...." security yang berjaga di depan pintu utama gedung membungkukkan badan.

"Pagi pak." jawab Shaka dengan diiringi anggukan sekilas, begitu pun dengan Lilis yang ikut menjawab sapaan dari salah satu pegawai suaminya tersebut.

Sepanjang melintasi lobby menuju ke arah lift yang akan membawa mereka ke lantai tertinggi gedung perusahaan, sepasang pengantin baru tersebut menjadi pusat perhatian dari beberapa karyawan. Tak sedikit yang memuji kecantikan lilis yang terlihat begitu serasi dengan bos mereka tersebut, tetapi tak sedikit pula yang menatap iri pada Lilis, yang kini telah menjadi nyonya Shaka Prayoga.

"Selamat pagi tuan.... selamat pagi Nona ..." Pria bernama lengkap Adiansyah atau lebih akrab di sapa asisten Adi tersebut nampak menyambut kedatangan tuannya itu di depan ruangan CEO.

"Pagi...."

Asisten Adi menyusul langkah Shaka memasuki ruang kerjanya. "Lima belas menit lagi meeting akan segera di mulai tuan, dan saat ini klien sudah berada di ruang meeting bersama sekretaris anda." asisten Adi melaporkan.

"Sebaiknya sekarang kau kembali ke ruang meeting, setelah mengganti pakaian saya akan segera menyusul."

Mengingat Pagi tadi ia sama sekali tidak berencana pergi ke kantor maka saat menemani Lilis ke kampus Shaka hanya mengenakan kaos putih yang dipadukan dengan jaket bomber American drill berwarna hitam, serta bawahannya celana jens yang senada dengan warna jaketnya. untungnya di ruang pribadinya, shaka selalu menyiapkan beberapa stel pakaian kerjanya untuk berjaga-jaga jika terjadi sesuatu kemungkinan, seperti saat ini contohnya.

Lilis mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru ruangan ketika Shaka mengajaknya masuk ke ruang pribadinya, sebuah ruangan yang masih berada di dalam ruang kerja Shaka. Tak jauh berbeda dengan kamar Shaka yang ada di rumah orang tuanya, kamar tersebut juga di lengkapi dengan satu tempat tidur berukuran king size, Lemari serta kamar mandi dengan fasilitas lengkap.

Sudah berapa wanita yang di ajak Shaka masuk ke kamar itu??? Apakah Tari termasuk salah satu diantaranya???? berbagai macam praduga yang bersarang di benak Lilis ketika berada di dalam kamar pribadi suaminya itu.

"Mas biasanya menggunakan ruangan ini untuk sekedar beristirahat jika sedang lelah ataupun lembur. Mas tidak pernah mengizinkan siapapun masuk ke ruangan ini, termasuk asisten Adi sekalipun. kamu orang pertama yang mas ajak masuk ke ruangan ini." sadar atau tidak, pernyataan Shaka ibarat angin segar bagi Lilis yang tengah di landa berbagai macam praduga tentang suaminya tersebut.

"Ohiya?????." dari iramanya, sepertinya Lilis tak percaya begitu saja dengan pengakuan Shaka.

Shaka yang sedang menanggalkan arloji dari pergelangan tangannya lantas mendekat pada Lilis. "Jangan bilang, kamu berpikiran mas pernah mengajak wanita lain ke sini???." dengan kedua alis saling bertaut Shaka berujar.

Diamnya Lilis semakin menguatkan Shaka akan dugaannya.

"Mas memang pernah menjalin hubungan yang cukup lama dengan mantan kekasih mas sebelumnya, tetapi mas bukan tipikal laki-laki be-jat yang tega mengajak anak gadis orang ke tempat tertutup, apalagi sampai berduaan hanya untuk melampiaskan has-rat." meskipun Lilis hanya diam saja, tetapi Shaka merasa perlu menjelaskan hal itu pada sang istri agar tidak ada kesalahpahaman di dalam rumah tangga mereka ke depannya.

Shaka membuka lemari pakaian untuk mengambil satu stel jas berwarna biru langit, kemudian mulai menanggalkan pakaiannya, menggantinya dengan stelan jas. Setelah merapikan rambutnya, Shaka kembali memasang arloji pada pergelangan tangannya.

Pandangan Shaka Fokus pada benda yang baru saja terpasang pada pergelangan tangannya tersebut. "Mas tinggal meeting sebentar, ya!!! Cup." pamit Shaka, menyaksikan waktu telah menunjukkan pukul setengah sepuluh, Lilis pun mengangguk mengiyakan.

Lilis masih menatap punggung Shaka hingga tubuh pria itu menghilang di balik pintu dan tak lagi terlihat. Ia mengakui bahwa suaminya itu memang memiliki wajah yang tampan, di tambah lagi dengan penampilannya yang berwibawa serta penuh karisma. Tipe pria idaman semua wanita, tidak terkecuali dirinya. Mengingat semua itu, apa mungkin jika Shaka belum pernah bertindak di luar batas terhadap seorang wanita, sedangkan kenyataannya banyak wanita yang bahkan merelakan tubuh mereka hanya untuk sekedar one night stand bersama pria tampan itu???.

Tidak ingin terlalu memikirkan sesuatu yang belum tentu kebenarannya, Lilis memilih menjatuhkan bobotnya di tepi tempat tidur, mengusap permukaan tempat tidur yang terasa begitu lembut, sebelum sesaat kemudian merebahkan tubuhnya di sana. niat awal hanya sekedar ingin rebahan, tapi sepertinya Lilis kebablasan hingga terlelap dengan begitu nyamannya.

Satu jam kemudian, Lilis merasa tidurnya terusik ketika tangan besar milik seseorang melingkar pada pinggangnya. bisa di pastikan tangan besar tersebut adalah milik suaminya, lagi pula siapa yang akan berani melakukan hal itu diruang pribadi Shaka. Lilis hendak bergerak namun urung, di saat pria itu semakin mengeratkan pelukannya. "Biarkan seperti ini dulu, sayang!!!!." ujar Shaka yang membenamkan wajahnya di tengkuk Lilis, menghirup aroma romantis wish yang menyeruak dari tubuh istrinya, aroma parfum kesukaan Lilis.

Awalnya masih aman, tetapi pada detik selanjutnya tubuh Lilis mulai menggeliat ketika tangan besar Shaka mulai tidak bisa dikondisikan. "Maaaas...." Lilis terdengar berseru ketika tangan Shaka mulai menelusup ke dalam kemeja yang dikenakannya.

"Hmt??."

Bukannya berhenti, Shaka justru merubah posisinya, mengungkung tubuh Lilis setelah merubah posisi tidur gadis itu terlentang. "Mas mau ngapain???." saking kagetnya dengan tindakan Shaka, pertanyaan konyol tersebut lolos begitu saja dari mulut Lilis.

"Ya mau mesra-mesraan lah sayang, masa mau main bola." kini jawaban Shaka yang terdengar konyol ditelinga Lilis hingga membuat gadis itu melebarkan senyum hingga memperlihatkan lesung pipinya.

"Cantiknya istriku." pujian Shaka berhasil menciptakan semburat merah di wajah Lilis.

"Gombal..." Lilis memalingkan wajahnya ke sembarang arah, menyembunyikan raut merona di wajahnya, dan itu membuat Shaka mengulum senyum dibuatnya.

"Sayang....." Shaka menuntun wajah Lilis agar kembali menatapnya. "Mas pengen, sayang." imbuhnya di saat pandangan mereka kembali bertemu. Tanpa menunggu jawaban dari sang istri, Shaka menyatukan bi_birnya dengan milik sang istri. ciu_man serta sentuhan lembut suaminya berhasil membuat Lilis mengeluarkan suara-suara indah yang semakin meningkatkan gai_rah yang sejak tadi bergejolak di dalam diri Shaka.

Jika di malam pertama mereka Lilis lebih didominasi oleh rasa sakit, kali ini berbeda, nampaknya Lilis sudah mulai menikmati bahkan mengimbangi permainan pa_nas suaminya, sampai tak kurang dari satu jam kemudian ucapan terima kasih terucap dari mulut Shaka, setelah pria itu berhasil menyemburkan be_nihnya di rahim sang istri.

Tanpa di ketahui oleh Shaka tenyata sudah beberapa kali sekretarisnya masuk ke ruang kerjanya, membawa berkas yang membutuhkan tandatangan pria itu selaku CEO.

"Sepertinya tuan Shaka sedang beristirahat. Letakkan saja berkasnya di atas meja!!!." titah Asisten Adi yang baru saja memasuki ruangan tuannya tersebut pada sekretaris Shaka, sebelum sesaat kemudian pria bertubuh tegap itu mengalihkan pandangannya kearah lampu yang berada di depan pintu ruangan pribadi Shaka. benda bulat kecil tersebut tengah menyala dan itu semakin meyakinkan asisten Adi jika saat ini pemiliknya sedang berada di dalam.

"Baik tuan." setelah meletakkan berkas di atas meja wanita itu pun pamit kembali ke meja kerjanya.

Jangan lupa tinggalkan jejak sayang-sayangku....!!! Setiap komentar positif kalian adalah penyemangat buat mommy....😘😘😘😘🙏🙏🙏🙏.