Sungguh malang nasib seorang pria miskin nan buruk rupa. Jonatan selalu dihina oleh sang mertua dan dia tak pernah mendapatkan cinta dari sang istri yang sudah satu tahun dia nikahi, bahkan mereka selalu tidur dengan terpisah.
Suatu hari, Jonathan tidak sengaja membunuh seorang preman demi melindungi sang istri, sehingga Jonathan harus dipenjara dan divonis hukuman mati. Nasib Jonathan semakin memilukan ketika dia harus kehilangan adiknya yang mati dengan cara yang sangat mengenaskan.
Disaat perjalanan dari pengadilan menuju lapas, tiba-tiba terjadi sebuah kecelakaan yang membuat Jonathan telah dikira mati, padahal sebenarnya dia ditolong oleh seorang pria yang mengaku bahwa dia adalah kepercayaan ayahnya.
Lima tahun berlalu, Jonathan kembali ke Indonesia mengubah identitasnya menjadi Rafael Wilson. Menantu yang dulu buruk rupa kini telah berubah menjadi seorang pria yang sangat tampan. Dan dia adalah sang penguasa di dunia kegelapan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DF_14, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27
"Huaaaa!" Terdengar suara tangisan Luna di dalam kamar, dia menangis terisak-isak. Walaupun kini dia sudah mengenakan pakaian lengkap, tapi dia masih merasa telah kehilangan harga dirinya, karena Jonathan telah melihat semua seluruh tubuhnya.
Luna masih duduk di atas ranjang, menyadarkan punggungnya ke headboard, sambil memeluk guling. Dia belum memiliki keberanian untuk keluar dari kamar.
Sementara Jonathan, dia masih melongo, semua lekuk tubuh Luna masih terbayang-bayang di pelupuk matanya. Dia merasakan seakan aliran darahnya berdesir begitu hebat, membuat tubuhnya kepanasan. Dia pria normal, jadi wajar saja jika dia merasa berhasrat ketika melihat tubuh Luna yang bak gitar spanyol itu terlihat jelas semuanya.
Tapi Jonathan harus bisa menahan hasratnya sebisa mungkin, dia bukanlah seorang pria yang suka menelan ludahnya sendiri. Dia tidak mungkin sudi menyentuh tubuh seorang wanita yang sangat dia benci.
Saat ini Jonathan sedang duduk di kursi sofa, dia sama sekali tidak fokus dengan acara televisi yang sedang dia tonton. Bahkan dia merasa matanya telah bermasalah, karena bayangan Luna yang sedang dalam keadaan tela-njang seakan-akan sedang menari-nari di layar televisi itu.
Jonathan pun mengacak-acak rambutnya, "Arrrgghh! Aku bisa gila kalau begini."
Jonathan sangat kesal ketika mendengar suara tangisan Luna di dalam kamarnya. "Mengapa dia harus menangis seperti itu? Apa karena dia tidak rela jika aku melihatnya? Lalu bagaimana dengan Arga? Apa cuma Arga yang boleh melihatnya?"
Padahal statusnya masih menjadi suaminya Luna, Jonathan merasa bahwa dia yang lebih berhak atas tubuh Luna daripada Arga. Walaupun dia tidak tahu sejauh mana yang telah dilakukan oleh Luna dan Arga, karena foto yang diberikan oleh Matteo kepadanya adalah foto Arga dan Luna sedang berpelukan disebuah taman.
Hanya saja Jonathan tahu pria seperti apa Arga, Arga bukanlah pria baik-baik. Dia pasti sudah merusak Luna selama mereka berkencan. Padahal Jonathan tidak pernah sekalipun menyentuh Luna, peregangan tangan pun tak pernah mereka lakukan.
Jonathan berjalan mondar-mandir di depan kamar Luna, dia semakin kesal mendengar tangisan wanita itu, padahal saat ini dia sangat merasakan lapar.
Jonathan segera masuk ke dalam kamar Luna, dia membanting pintu kamar tersebut dengan keras, membuat Luna kaget dan berhenti menangis.
Bruukk?
"Apa kamu sudah puas menangisnya? Sudah ku katakan jangan pura-pura sok polos, Luna. Pasti kamu sering melakukannya dengan calon suami kamu itu kan?" Jonathan berkata sambil berkacak pinggang.
Luna sangat tersinggung dengan apa yang dituduhkan oleh Jonathan kepadanya, dia pun melemparkan guling yang sedari tadi dia peluk kepada pria itu, "Kamu pikir aku wanita apaan heuh!"
Jonathan menepis guling yang dilemparkan oleh Luna kepadanya. Dia semakin kesal dengan ulah Luna yang sama sekali tidak terlihat takut kepadanya, dia segera berjalan mendekati Luna yang sedang duduk diatas ranjang.
"Kamu mau apa? Jangan mendekat!" teriak Luna.
Jonathan tak mempedulikan teriakan Luna. Dia menarik kaki Luna yang sedang melakukan pemberontakan kepadanya, lalu menggendongnya seperti karung beras.
"Lepaskan aku! Kamu mau bawa aku kemana?" Luna terus berteriak sambil memukul-mukul dada Jonathan, dan terus menggerak-gerakan kakinya.
Jonathan tak bergeming dengan pemberontakan yang dilakukan oleh Luna kepadanya, dia membawa Luna keluar dari kamar.
...****************...
"Kita kamu kemana?" tanya Luna kepada Jonathan yang sedang duduk disampingnya, saat ini mereka sedang berada di pesawat pribadi milik Jonathan.
"Ke Singapore." jawab Jonathan ketus dan sikapnya yang datar.
Luna mengerutkan keningnya, untuk apa Jonathan membawanya ke Singapura. "Mau apa kita kesana?"
Jonathan menghela nafas sebentar sebelum menjawab pertanyaan dari Luna, dia menyilangkan tangan di dada, lalu melirik penampilan Luna dari ujung kaki ke ujung kepala.
Luna segera menutup belahan dadanya yang nampak ada dua kancing kemeja yang dia kenakan nampak terbuka, lalu dia mendelik tajam kepada Jonathan.
"Aku sangat bosan melihat penampilan kamu, membuat mataku sakit. Karena itulah aku akan membelikan kamu pakaian. Bukan karena aku baik padamu, tapi aku tidak ingin penampilan kamu menyakiti pandanganku." Jonathan berkata dengan ekspresinya yang datar.
Di mansion memang sama sekali tidak ada pakaian wanita, sehingga Jonathan terpaksa harus membelikan pakaian untuk Luna.
Luna terperangah mendengarnya. "Kita akan pergi ke Singapura hanya untuk membeli pakaian?"
"Diamlah jangan banyak bertanya!" Jonathan berkata dengan nada membentak.
Luna pun segera mingkem, menuruti perintah dari Jonathan. Walaupun hatinya dipenuhi dengan tanda tanya, apakah Jonathan sebenarnya peduli padanya? Mengapa pria itu harus membelikan pakaian untuknya?
Sementara Jonathan, diam-diam dia memperhatikan Luna. Apakah hanya perasaannya saja, mengapa sekarang Luna berubah menjadi sedikit cerewet? Atau apakah mungkin sebenarnya dia memang tidak pernah mengenal kepribadian Luna yang sesungguhnya.
Jonathan segera mengalihkan pandangannya ke arah lain begitu teringat kembali dengan penampilan Luna yang tela-njang bulat di depannya saat berada di mansion tadi. Sangat jelas sekali bagaimana bentuk kedua bukit kembar Luna yang berwarna putih menggoda dengan pu tingnya yang berwarna merah jambu dan sesuatu di bawah perutnya yang begitu bersih dan indah tanpa ada satu pun rambut yang menghalanginya.
Jonathan menjadi panas dingin membayangkannya, dia segera berdiri, memutuskan untuk berpindah duduk. Dia tidak bisa jika harus duduk satu kursi bersama Luna.
"Kamu mau kemana?" tanya Luna kepada Jonathan yang tiba-tiba saja berdiri.
"Cari tempat duduk, aku tidak ingin duduk bersama wanita sepertimu." jawab Jonathan dengan nada ketus. Setelah berkata seperti itu Jonathan pun pergi meninggalkan Luna.
Luna pun mendengus kesal, dia sangat kesal sekali dengan sikap Jonathan yang selalu bersikap dingin padanya. "Sebenarnya kesalahan apa yang sudah aku perbuat padanya?"
Luna sangat berharap amnesianya akan segera sembuh agar dia tahu kesalahan apa yang telah dia perbuat kepada Jonathan. Dan yang paling dia nantikan adalah dia bisa mengingat siapa pria gendut yang selalu terlintas dipikirannya.