Aluna mencintai Erik pada pandangan pertama. Pada pria yang berprofesi sebagai asisten pribadi kakak iparnya tanpa peduli pria itu sudah memiliki seorang tunangan. Terlebih tunangan Erik adalah wanita yang telah menjadi orang ketiga dalam hubungannya dengan mantan tunangannya dulu yang bernama, Nick.
Rasa cinta dan dendam yang dirasakan Aluna, membuat wanita itu bertekad untuk merebut Erik.
Dengan kecerdikan dan sifat manipulatifnya ia berhasil merebut Erik, dan menjadikan pria itu sebagai suami sekaligus asisten pribadinya.
Bagaimana kisah rumah tangga Aluna dan Erik? Apakah akan berlangsung selamanya ataukah kandas?
Erik yang masih mencintai tunangannya, akankah bertekuk lutut pada Aluna? Atau sebaliknya, Aluna akan lelah berjuang dan melepaskan Erik?
Follow
Ig mom_tree_17
Tik Tok Mommytree17
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy tree, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab11
Erik berjalan memasuki Club tempat dimana ia dan Aluna membuat janji. Pria itu berjalan dengan tergesa karena sudah tidak sabar untuk bertemu Aluna, bertemu dengan wanita yang sudah membuat kariernya hancur tak bersisa.
"Kenapa harus ditempat ini?" umpat Erik dengan kesal sembari menyusuri ruangan yang dipenuhi oleh pria dan wanita yang tengah melepas penat mereka dengan menghabiskan waktu dengan bersenang-senang. "Itu dia ..."
Erik berjalan mendekat pada wanita yang tengah duduk di depan meja bar. Dilihatnya Aluna tengah berbicara dengan salah satu bartender yang melayani, dengan sesekali tertawa bahagia. Sungguh rasanya Erik ingin sekali mencekik wanita itu, yang bisa-bisanya tertawa bahagia setelah membuat hidupnya berantakan.
"Aluna..." Sapa Erik tanpa embel-embel Nona.
Ia merasa sudah tidak perlu menghormati wanita tersebut, karena Erik tidak lagi bekerja di perusahaan milik kakak ipar wanita itu. Terlebih lagi Aluna sudah menghancurkan kariernya.
"Oh.. rupanya kau sudah datang, duduklah!" Aluna menunjuk kursi disampingnya.
Dengan malas Erik pun duduk di samping Aluna, tanpa melepaskan tatapan tajamnya pada wanita tersebut.
"Mau minum apa?" Aluna mendorong gelas sloki yang berisi minuman yang sudah ia siapkan sejak tadi tepat di depan Erik.
Erik menatap gelas tersebut dengan menghela napas, bisa-bisanya wanita itu menawarkan dirinya ingin minum apa tapi disaat yang bersamaan minuman untuknya sudah disiapkan. Jadi untuk apa wanita tersebut menanyakan, jika ujung-ujungnya tidak ada pilihan untuknya.
"Aku datang kemari bukan untuk minum."
Aluna tersenyum tipis, sudah dapat ia duga pasti Erik tidak akan mau menerima minuman darinya.
"Jadi kau datang kemari untuk apa? Jangan bilang kau merindukanku?" ucapnya dengan menggoda, membuat kemarahan Erik semakin menumpuk.
"Apa mau sebenarnya? Kenapa menghancurkan hidupku?" tanya Erik dengan dingin dan tentunya dengan kemarahan yang tertahan, karena tidak mungkin ia meluapkan kemarahannya pada seorang wanita.
"Kau masih bertanya apa mau ku?"
Aluna turun dari tempat duduknya, menghampiri Erik dan tanpa ragu mengusap rahang keras pria itu dengan tangannya.
"Aku menginginkanmu," bisik Aluna dengan sensual. "Menikahlah denganku."
Erik menggelengkan kepala sembari mengusap wajahnya kasar. Sungguh ia tak menyangka Aluna bersikeras dengan keinginannya, wanita itu kembali melamarnya setelah ia menolak berulang kali.
Erik bingung, sebenarnya ada apa dengan Aluna? Kenapa wanita itu begitu menginginkan untuk menikah dengannya. Padahal ia yakin Aluna bisa mendapatkan pria yang lebih tampan dan tentunya lebih kaya darinya, mengingat wanita tersebut sangat cantik dan dari keluarga terpandang.
"Aku tidak bisa, aku sudah memiliki tunangan." Erik menolak dengan tegas untuk kesekian kalinya.
Aluna yang masih berdiri dihadapan Erik tertawa. "Kalau begitu pergilah!" ia kembali duduk sembari meminum minumannya.
Tidak, Erik tidak bisa pergi sebelum membuat wanita itu mencabut apa yang sudah diperbuatnya, agar ia bisa kembali mendapatkan pekerjaan.
"Kau boleh meminta apapun, tapi tidak dengan menikah."
Aluna menatap Erik setelah sebelumnya berpura-pura mengusir dan tidak mempedulikan pria itu.
"Kau sepertinya sangat butuh pekerjaan."
Erik yang ditanya hanya diam saja. Jelas ia butuh pekerjaan, karena sebentar lagi akan menikahi tunangannya. Tidak mungkin bukan mereka menikah dengan status nya yang pengangguran. Akan ia beri makan apa anak orang.
"Bagaimana kalau kau bekerja denganku, menjadi asistenku?"
"Apa? Kau bercanda, ya?" tanya Erik dengan terkejut.
Oh ayolah, menjadi asisten Aluna sama saja mencari penyakit. Bagaimana bisa ia bekerja dengan seseorang yang ingin dijauhinya, seseorang yang aneh dan keras kepala. Bisa-bisa Erik terkena jantungan setiap harinya. Dan yang paling ditakutkan Erik, iman nya bisa runtuh mengingat sikap wanita tersebut yang sangat agresif, dan selalu memprovokasinya.
Seperti yang dilakukan Aluna tadi dengan mengusap rahangnya, terlebih tatapan menggoda dan bisikan sensual wanita itu. Dengan kecantikan dan pakaian minim juga ketat yang dikenakan Aluna, tentu saja membuat jiwa liar di dalam dirinya tergoda.
"Aku serius, jika kau tidak mau aku tidak memaksa." Aluna mengalihkan tatapannya, berpura-pura mengabaikan Erik kembali.
Sementara itu Erik yang bingung dengan tawaran yang diberikan Aluna, mencoba berpikir sembari memesan satu minuman pada bartender.
Ya, ia memilih membeli minumannya sendiri dari pada meminum pemberian Aluna. Tanpa menyadari Aluna yang duduk disampingnya tengah tersenyum penuh arti pada bartender yang ada dihadapan mereka.