Menikah Dengan Gadis Desa.

Menikah Dengan Gadis Desa.

Gadis udik.

Di bawah guyuran air hujan yang mengalir cukup deras, Shaka mengemudikan mobilnya dengan perasaan kecewa bercampur gusar. Pria mana yang tidak kecewa dan hancur jika mengetahui kekasih hatinya bertunangan dengan pria lain, hal itu juga yang kini dirasakan oleh Shaka.

Pemuda itu terus melajukan mobilnya tanpa arah dan tujuan. sebagai seorang pria sejati baru kali ini Shaka menumpahkan isi hatinya melalui air mata. bukan hanya perpisahan yang membuat Shaka sangat terluka tetapi juga pengkhianatan. jika saja sang kekasih memilih berterus terang bahwa ia tidak lagi mencintainya, mungkin Shaka tidak akan terluka hingga sejauh ini, ketimbang harus mengetahui kenyataan jika ternyata selama ini sang kekasih menjalin hubungan dengan pria lain.

"Sial....." umpat Shaka menumpahkan kekecewaannya, pria itu memukul setir mobilnya yang kini tengah melaju membelah jalanan ibukota.

Dengan perasaan hancur, Shaka terus menambah kecepatan mobilnya hingga kemudian. "Argh...." teriakan seseorang berhasil membuat Shaka panik.

"Ceeeetttttt." suara ban mobil beradu dengan aspal terdengar nyaring ketika Shaka secara mendadak menginjak pedal rem mobilnya. Mungkin jika saat ini ia tidak mengenakan seat belt pada tubuhnya bisa di pastikan wajah tampan Shaka sudah beradu dengan kaca depan mobilnya.

"Oh tuhan....apa aku baru saja membunuh seseorang." Dengan perasaan panik sekaligus takut, gegas Shaka turun dari mobilnya hendak melihat apa yang telah terjadi di luar sana.

Seorang gadis berambut panjang dengan pakaian udik menurut pandangan Shaka, tengah berjongkok sambil memeluk lututnya.

Belum sempat Shaka berkata-kata, lokasi tersebut sudah dikerumuni oleh orang-orang yang penasaran dengan apa yang terjadi di sana, bahkan tak sedikit pengendara yang lain turut menghentikan laju kendaraannya untuk menyaksikan apa yang telah terjadi.

"Apa anda baik-baik saja, Nona???." salah seorang warga setempat mencoba menanyakan kondisi gadis yang masih terlihat syok tersebut, bahkan sikunya yang kini mengeluarkan darah segar sepertinya belum disadarinya.

"Te_tenang pak....saya tidak akan melarikan diri, saya pasti akan bertanggung jawab atas apa yang telah terjadi pada Nona ini." Shaka mengangkat kedua tangannya ke udara. Ia terlihat gugup ketika salah seorang bapak-bapak menatapnya dengan tatapan mengintimidasi.

"Memang sudah seharusnya anda bertanggungjawab atas tindakan ugal-ugalan anda di jalan raya!!!." tegas pria tadi dengan nada menyindir.

Shaka memang berkendara dengan perasaan kecewa bercampur emosi, tetapi tidak sampai membuat pria itu ugal-ugalan dijalan raya. Namun begitu Shaka memilih diam tak menepisnya , tidak ingin memancing tindakan anarkis warga terhadap dirinya.

Tanpa aba-aba Shaka mengangkat tubuh gadis yang memiliki berat badan sekitar empat puluh delapan kg tersebut masuk ke dalam mobilnya, hendak membawa gadis itu ke rumah sakit terdekat.

Dari balik bangku kemudi Shaka dapat mendengar gadis yang kini tengah duduk di bangku penumpang tersebut meringis kesakitan. menurut prediksi Shaka sepertinya luka gores ditangan gadis itu di akibatkan oleh pergerakannya sendiri akibat panik saat menyadari mobil Shaka semakin mendekat ke arahnya, bukan karena benar-benar tertabrak olehnya.

Dua puluh menit kemudian, mobil Shaka tiba di rumah sakit terdekat. sembari menunggu gadis itu mendapat penanganan pada lukanya di ruang IGD, Shaka memilih menghubungi Rusli, dan siapa sangka setelah setengah jam kemudian Rusli justru tiba di rumah sakit bersama Mama Vivi, ibunya Shaka.

"Apa yang terjadi, nak???? Di mana gadis itu???" Kini wajah cantik mama Vivi dihiasi raut cemas.

"Mama...."

"Sorry bro...." dengan perasaan bersalah, hanya itu yang terucap dari mulut Rusli ketika mendapat tatapan mematikan dari Shaka.

Tak lama kemudian, seorang dokter memanggil keluarga pasien dan mau tak mau Shaka mengaku sebagai wali yang bertanggung jawab atas pasien, mengingat ia sendiri tak tahu menahu tentang keluarga gadis itu.

Dokter mempersilahkan mereka masuk ke dalam untuk mengunjungi pasien.

Gegas mama Vivi memasuki ruang tindakan IGD tanpa menunggu putranya selesai berbicara pada dokter, saking cemasnya pada kondisi korban kecelakaan yang disebabkan oleh tindakan putranya.

"Bagaimana kondisi kamu nak??? apanya yang sakit???." baru saja tiba, mama Vivi sudah mencecar gadis itu. "Maafin anak Tante ya!!!." lanjut mama Vivi dengan perasaan bersalah ketika melihat perban yang melingkari pergelangan tangan serta siku gadis itu.

"Tidak perlu minta maaf Nyonya, lagi pula saya baik-baik saja. Hanya luka gores sedikit saja, sebentar lagi juga bakal sembuh." gadis itu mengulas senyum tipis.

Mama Vivi tertegun dengan jawaban gadis cantik yang kini duduk di tepi tempat tidur tersebut, padahal kenyataannya saat ini cukup banyak perban yang membalut bagian tubuhnya.

"Siapa nama kamu nak, dan di mana alamat rumah orang tua kamu???." kini mama Vivi telah mendaratkan bokongnya di tepi tempat tidur, di samping gadis cantik yang berpenampilan sederhana tersebut. Meskipun pakaian yang dikenakannya sangat sederhana namun tak mengurangi porsi kecantikan di paras wajahnya yang ayu. memiliki bentuk wajah yang oval, hidungnya yang mancung serta alis matanya yang terukir indah tanpa ukiran pencil alis sekalipun, di tambah lagi dengan warna kulitnya yang putih bersih membuat sosok gadis itu terlihat begitu cantik alami.

"Masih muda dan cantik." seperti itulah penilaian mama Vivi tentang sosok gadis dihadapannya saat ini.

"Lilis, nama saya Lilis, Nyonya." jawab Lilis sopan.

"Nama yang cantik, sama seperti orangnya." puji mama Vivi apa adanya.

Lilis kembali mengulas senyum tipis, meski dalam hati ia tidak merasa cantik seperti apa yang dikatakan oleh wanita paru baya dihadapannya itu.

Entah apa yang membuat Mama Vivi merasa begitu bersemangat hingga terus melontarkan berbagai macam pertanyaan pada gadis itu, hingga terlihat layaknya seorang penyidik yang tengah mengintrogasi seorang tersangka.

**

"Mama ngomong apa sih?? Ini bukan saatnya untuk becanda, mah." tentu saja Shaka berpikir ibunya sedang bercanda ketika meminta dirinya menikahi gadis udik bernama Lilis tersebut.

"Memangnya siapa yang sedang bercanda, Ka??? mama serius, kamu harus bertanggung jawab atas apa yang telah kamu lakukan pada gadis itu!!!." tegas mama Vivi.

"Oh astaga....." Shaka menangkup wajahnya frustrasi. "Mah.... Shaka hanya membuat gadis itu sedikit terluka dan itupun secara tidak sengaja bukannya telah menghamilinya, lalu kenapa mama meminta Shaka untuk menikahinya, mah????." wajah Shaka terlihat semakin frustasi. bagaimana tidak, beberapa saat yang lalu ia baru saja menyaksikan kekasih hati telah bertunangan dengan pria lain, dan kini tiada angin tiada hujan ibunya justru meminta dirinya menikah dengan gadis berpenampilan udik.

Sepertinya mama Vivi merasa jatuh hati dengan sikap Lilis sehingga wanita paru baya tersebut berinisiatif untuk meminta putranya menikah dengan gadis itu. Seperti dugaannya, Shaka dengan lantang menolaknya.

Shaka yang tidak habis pikir dengan permintaan konyol ibunya memilih berlalu menuju kamarnya. namun sebelum itu, Shaka menatap Lilis dengan tatapan tajam bak seekor elang yang ingin menerkam mangsanya hidup-hidup.

Selamat datang di karya baru mommy.... jangan lupa dukungannya ya....!!!!

Terpopuler

Comments

Mr. Ar**natha

Mr. Ar**natha

wkwkwkwk.. si Mommy bisa aja🤗
"yang mengeluarkan darah dan membengkak kan lengannya mom, bukan anunya.. perutnya nggak bakalan bengkak kok..kok akan harus tanggung jawab?" Gumam Shaka dalam hati

2024-06-01

4

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!