⚠️ Tolong budayakan membaca dengan tertib dengan cara membaca sampai selesai di setiap bab nya , dan di larang boom like juga lompat bab 😊 ⚠️
Aletta Xaviera , gadis cantik yang hidup dengan kesederhanaan , yang harus rela bertransmigrasi kedalam tubuh Alettha Vanesha Aldebaran , seorang gadis cantik yang terlahir di keluarga konglomerat namun memiliki fisik yang lemah.
Mampukah Aletta menghadapi kehidupan dia yang baru?
Dan bisakah dia menghadapi masalah yang di tinggalkan oleh jiwa Alettha mengenai hubungan nya dengan sang tunangan.
Atau dia lebih memilih untuk menjadi dirinya sendiri hingga bertemu dengan seseorang yang mengubah hidupnya.
Penasaran?
Ikutin terus ceritanya ya ...😊
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon @adiramanis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Alettha ( 22 )
¥¥¥¥¥¥¥¥
Setelah kejadian di sekolah tadi , Alettha kemudian memutuskan untuk pulang , karena dia merasa kepalanya lengket akibat di siram jus oleh Elva tadi , jadinya dia ingin segera pulang agar bisa membersihkan dirinya.
Dan disinilah Alettha sekarang , duduk di sofa yang ada di kamarnya sambil memikirkan apa yang terjadi padanya barusan.
"Kenapa Elva bisa sekolah di sekolah mahal itu , apa dia nyuruh Bunda untuk bekerja keras lagi?"ucap Alettha yang penasaran dengan kehadiran Elva di sekolahnya.
Dan hal itu membuat Alettha menjadi khawatir dengan keadaa sang Bunda yang akan di suruh Elva untuk bekerja lagi , sebab dia sangat tahu seperti apa sifat Elva yang sangat pemboros itu, hingga membuat Alettha khawatir pada sang Bunda dan berpikir untuk menemui sang Bunda di kediamannya.
Namun niatnya dia urungkan saat melihat Altezza yang sudah masuk kedalam kamarnya.
"Kenapa lo masuk kamar gue tanpa ijin"marah Alettha saat melihat Altezza yang berjalan kearahnya.
"Aku sudah mengetuk pintu sejak tadi , tapi sepertinya kamu sedang memikirkan sesuatu hingga tidak mendengar suara ketukan pintu"ucap Altezza yang sekarang duduk berhadapan dengan Alettha , namun bukan di tempat duduk , melainkan di meja yang ada di depan sofa yang Alettha duduki.
"Bisa enggak sih .. kalau duduk jangan di meja?"ucap Alettha yang tidak suka melihat Altezza yang duduk di meja.
"Hanya untuk kali ini , sebab aku takut kamu akan pergi sebelum aku selesai bicara"
"Mau ngomong apa?"
"Kamu takut padaku?"
Satu kalimat yang membuat Alettha terdiam sambil memandang manik mata elang Altezza yang sekarang terlihat menenangkan.
Namun Alettha tahu jika di balik sikap tenangnya Altezza , ada tersimpan amarah hingga membuat Alettha tidak bisa sembarangan menjawab pertanyaan Altezza , sebab dia takut jika jawaban yang dia berikan mungkin akan membuat Altezza marah padanya , dan Alettha belum siap jika hal itu sampai terjadi.
"Memangnya kenapa tanya begitu?"sambil melihat kearah lain.
"Lihat aku kalau ngomong Lettha"ucap Altezza yang terdengar menyeramkan saat berbicara , hingga membuat Alettha merinding dan mau tidak mau melihat Altezza.
Sadar jika Alettha kembali takut padanya , membuat Altezza menghela nafas dan merubah raut wajahnya menjadi tenang lalu kembali menatap mata Alettha.
"Katakan padaku , apa Arkan dan dokter Gery mengatakan sesuatu padamu?"ucap Altezza lagi yang dia yakini jika perubahan sikap Alettha ada hubungannya dengan kejadian yang kemarin membuatnya masuk rumah sakit.
"Iya .."jawab lirih Alettha.
"Apa .. itu soal aku yang sedang sakit?"
Alettha terdiam sambil menatap Altezza , dan Alettha hanya bisa mengangguk kecil untuk menjawab pertanyaan Altezza barusan.
"Jadi kamu takut padaku karena sudah tahu soal itu?"
Dan lagi lagi Alettha hanya mengangguk membenarkan apa yang dikatakan oleh Altezza.
"Lalu apa maksud dari perkataanmu kemarin , yang kamu bilang jika aku akan membencimu saat tahu kamu bukanlah orang yang dulu aku cintai?"
Alettha terlihat menghela nafas untuk mengurangi rasa gugup dan takut yang dia alami sekarang , lalu setelahnya dia menatap Altezza dan berusaha untuk bersikap lebih berani untuk mengatakan apa yang ingin Alettha katakan.
"Gue , bukan Vanesha"ucap Alettha yang kembali diam untuk melihat respon dari Altezza , tapi saat melihat Altezza hanya diam tanpa ingin menyela perkataan nya , membuat Alettha kembali melanjutkan perkataannya.
"Sebenarnya gue hanya jiwa yang tersesat , dan sekarang mengantikan Vanesha yang memilih menyerah dengan penyakitnya , sebenarnya dia menyerah bukan karena itu saja , melainkan karena perlakuan kedua orangtuanya dan juga sang tunangan yang membuat Vanesha hanyalah beban bagi mereka"
"Karena itulah Vanesha memilih menyerah dan menyuruh gue untuk mengantikan dirinya , dan demi menghormati Vanesha , gue meminta sama kakek untuk memanggil gue Alettha yang juga sama dengan nama asli gue"
Jelas Alettha panjang lebar , yang sekarang melihat Altezza yang hanya diam sambil memperhatikan Alettha.
Hingga hal itu membuat Alettha jadi memiliki pikiran negatif mengenai Altezza yang akan marah padanya sebab apa yang terjadi pada dirinya.
"Gue tahu jika lo pasti tidak akan percaya hal di luar nalar seperti ini , hanya saja lo pasti sangat tahu mengenai perubahan sikap antara Vanesha dan gue"ucap Alettha lagi yang kemudian tertunduk karena tak sanggup lagi melihat mata Altezza.
Hingga saat terdengar suara ponsel Altezza , membuat atensi Altezza beralih ke ponsel yang berdering di sakunya , dan saat dia mengangkat panggilan itu , Alettha yang kembali melihat Altezza bisa melihat jika Altezza terlihat marah setelah menjawab panggilan itu.
Lalu Altezza terlihat langsung menutup panggilannya saat si penelpon belum selesai bicara , dan tatapannya kemudian beralih kepada Alettha yang juga sedang menatapnya.
"Kita bicara lagi nanti , dan jangan pergi kemana mana"ucap Altezza yang kemudian mengecup kening Alettha sebelum dia beranjak pergi meninggalkan Alettha yang masih memproses apa yang di lakukan oleh Altezza tadi.
"Apa apaan ini"ucap Alettha sambil memegang dadanya yang merasakan jika jantungnya terasa berdegup dengan kencang.
"Sial .. gue kenapa? tapi yang ini kenapa tidak sakit"ucap Alettha lagi yang berpikir jika jantungnya kembali sakit.
Dan karena tak ingin memikirkan apa yang terjadi tadi , sekarang Alettha malah beranjak untuk kebawah bertemu dengan bi Mery , dan mungkin dengan itu dia bisa melupakan apa yang terjadi tadi.
**€€€€€€€€€**
**Di tempat lain**.
Di salah satu gedung pencakar langit yang ada kota , seorang pria paruh baya terlihat duduk dengan angkuhnya di kursi kebesaran yang bukan menjadi miliknya.
"Bukankah tidak sopan masuk ke ruangan ku dan duduk di kursi kebesaran ku"ucap dingin seorang pemuda yang menatap tajam pria paruh baya di hadapannya.
"Ku pikir tidak ada salahnya berkunjung ke kantor keponakan sendiri"ucapnya tersenyum sambil beranjak dari duduknya.
"Sejak kapan kau menganggapku sebagai keponakan mu?"ucapnya sambil tersenyum remeh.
"Jangan kurang ajar Altezza , biar bagaimanapun aku tetap pamanmu , aku datang kesini hanya ingin mengatakan jika tunangan mu akan kembali dari London , dan paman harap besok kau bisa menjemputnya"ucap sang paman , Angga yang kemudian pergi dari ruangan itu.
Meninggalkan Altezza yang mengeraskan rahangnya sambil mengepalkan kedua tangannya , lalu setelahnya dia pergi dari kantor miliknya , hingga membuat sang asisten khawatir dengan sikap tuanya dan berakhir menghubungi kedua sahabatnya untuk bisa memantau tuanya yang sedang tidak baik baik saja.
**€€€€€€€€**