Raya naksir dosen baru di kampusnya, dan kebetulan dosen itu juga yang dijodohkan dengannya. Tapi sayang, dia harus memperjuangkan perasaannya, karena suaminya berhati sedingin kutub selatan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ratu Asmara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
HARUSKAH SEMUANYA BERAKHIR?
"Mbok, saya mau cerita, tetapi tolong jangan sampai cerita saya didengar oleh siapapun. Terutama mama Tyas." Raya mengawali kalimatnya sambil mengaduk kopi yang ada di cangkirnya dengan sendok kecil.
"Silakan, Nyonya. Silakan ceritakan apa yang mengganggu pikiran Nyonya Raya. Saya akan menjaga rahasia ini dengan baik, Nyonya." Mbok Siti menyampaikan kalimatnya dengan lembut. Dia tampak begitu tulus, ingin mendengarkan keluh kesah Raya.
"Tadi mas Bagas langsung pergi setelah mendapatkan pesan dari pacarnya, Mbok." Raya menceritakan kejadian itu dengan lirih.
Mbok Siti yang mendengarnya langsung terkejut. Kedua matanya melebar, dengan satu tangan menutupi mulutnya yang setengah terbuka.
"Pacar? Apa maksud Nyonya Raya, pacar tuan Bagas itu non Kinan?"
Sekarang giliran Raya yang terkejut. Dia tidak menyangka kalau asisten rumah tangganya ternyata mengenal Kinan.
"Jadi, Mbok Siti kenal sama Kinan?" Raya justru balik bertanya.
"Jelas kenal, Nyonya. Tuan Bagas, dan non Kinan pacaran cukup lama. Walaupun mereka belum sempat ke tahap pengenalan orang tua, keduanya sudah terlihat serius. Bahkan mereka membeli rumah ini bersama untuk ditempati setelah mereka menikah nanti."
"Rumah ini, Mbok? Jadi ... rumah ini dibeli oleh mereka berdua?"
"Astaga! Seharusnya saya tidak mengatakan soal ini. Aduh, maafkan saya, Nyonya. Saya sudah diwanti-wanti sama tuan Bagas untuk tidak mengatakan soal ini ke Nyonya."
"Saya tidak masalah, Mbok. Apapun itu, saya lebih suka mengetahuinya, walaupun itu membuat hati saya sakit. Apa benar yang saya dengar tadi?"
Raya mencecar mbok Siti. Dia merasa apa yang didengarnya tentang asal-usul rumah yang ditempatinya bersama dengan Bagas merupakan hal yang sangat penting.
"Iya, Non. Itu benar. Tuan Bagas membelinya bersama non Kinan. Mereka juga yang mendesain isinya. Saya bekerja bersama tuan Bagas semenjak mereka membeli rumah ini. Jadi saya tahu, bagaimana mereka mempersiapkan rumah ini untuk ditinggali bersama."
Raya tertawa kecil. Dia kemudian menatap mbok Siti dalam.
"Berarti saya di sini posisinya menjadi orang ketiga ya, Mbok. Menurut Mbok Siti, kalau saya mundur saja, dan membiarkan mas Bagas bahagia bersama Kinan, apa itu salah? Saya tidak mau menjadi batu penghalang untuk mereka, Mbok."
Mulut Raya mengatakan ingin merelakan Bagas agar dia bahagia bersama Kinan, tetapi hatinya jelas berbeda. Raya sangat mencintai Bagas, dan perasaan itu tidak bisa dia hapus begitu saja.
Mbok Siti mengulurkan tangannya, dan mengusap-usap rambut Raya lembut. Melihat majikannya itu membuat mbok Siti teringat anak gadisnya yang ada di kampung. Sebagai orang yang sudah berumur, dan sudah berpengalaman dalam mengarungi kehidupan, mbok Siti paham dengan apa yang Raya rasakan.
"Nyonya, entah dengan cara apa dua orang dipersatukan oleh pernikahan, itu sudah takdir. Ketika seorang lelaki mengucapkan janji suci pernikahan, dia secara tidak langsung sudah tahu kalau dia bertanggung jawab atas istrinya. Jangan terburu-buru memutuskan, karena belum tentu tuan Bagas akan memilih non Kinan."
Mbok Siti berusaha memberikan masukan. Dia tahu, Raya masih terlalu muda untuk menghadapi rintangan pernikahan semacam ini. Raya membutuhkan seseorang yang bisa membuatnya menghadapi masalah ini dengan kepala dingin.
"Saya sudah tidak terlalu berharap, Mbok. Prinsip saya, saya akan mengejar seseorang mati-matian, tidak peduli apapun, kecuali dia sudah memiliki pasangan. Saya tidak ingin merebut mas Bagas dari Kinan. Mungkin memang sudah seharusnya perjuangan saya cukup sampai di sini."
Raya tersenyum kecut. Dia pasrah, tetapi hatinya juga terluka. Rasa cintanya terhadap Bagas sudah terlalu dalam, tetapi fakta yang dia ketahui memaksanya untuk mundur.
Mbok Siti menatap Raya iba. Di sisi lain, wanita paruh baya itu juga bangga dengan prinsip yang dipegang oleh Raya. Wanita yang menjaga harga dirinya untuk tidak menjadi pengganggu dalam hubungan orang lain.
"Kalau memang Nyonya Raya akan mengambil keputusan itu, lalu bagaimana dengan pihak keluarga Nyonya? Kalian baru menikah beberapa hari, bukankah itu akan menyebabkan rumor yang tidak baik kalau pernikahan kalian diakhiri dalam waktu dekat?"
"Mbok, hal apapun yang kita lakukan pasti akan mendapatkan komentar dari orang-orang di sekeliling kita. Entah itu hal baik, atau hal buruk. Mereka tidak tahu apa-apa tentang hidup saya, lalu mengapa saya harus peduli. Untuk urusan keluarga, nanti saya akan menjelaskan pada orang tua kami. Saya yakin, mereka pasti akan mengerti. Di sini, saya juga tidak akan membela diri."
Mata mbok Siti memerah. Dia tahu siapa yang lebih lama hadir dalam hidup Bagas, tetapi Raya memiliki tempat yang spesial di hatinya. Dia sopan kepada setiap orang, termasuk dirinya yang hanya asisten rumah tangga. Berbeda dengan Kinan yang lebih acuh. Wanita itu hanya bersikap baik saat berada di hadapan Bagas.
"Kalau boleh jujur, saya tidak ingin Nyonya Raya berpisah dengan tuan Bagas. Di mata saya, Nyonya merupakan pasangan yang tepat untuknya. Kalau bisa, tolong pertimbangkan lagi keputusan Nyonya."
Raya meneguk isi cangkirnya, sebelum dia kembali menyuguhkan senyuman ke arah mbok Siti. Dia mengulurkan satu tangannya, dan menumpangkannya ke atas tangan mbok Siti.
"Mbok, mungkin memang menurut Mbok saya ini yang terbaik untuk mas Bagas, tetapi tidak dengan dia. Mas Bagas lebih tahu dengan siapa dia bahagia. Kita tidak boleh egois, Mbok. Jujur, saya juga tidak ingin kehilangan mas Bagas secepat ini. Sayangnya, saya mau tidak mau harus memilih meninggalkan dia."
"Sabar ya, Nyonya. Kalau memang tidak berjodoh dengan tuan Bagas, semoga Nyonya Raya mendapatkan jodoh yang terbaik," ucap mbok Siti mendoakan.
"Aamiin. Terima kasih banyak ya, Mbok. Kalau begitu saya ke atas dulu. Sepertinya saya sudah lebih baik."
"Silakan, Nyonya. Selamat beristirahat."
Raya pun mengucapkan selamat malam pada mbok Siti sebagai balasan. Wanita itu membawa cangkir kopi yang masih berisi setengah ke lantai atas. Raya sebenarnya berbohong. Dia sama sekali tidak mengantuk. Langkahnya mengantarkannya kembali ke balkon.
"Mas, apa malam ini kamu akan menginap di rumah kekasihmu? Aku tidak bisa membayangkan apa saja yang akan kalian lakukan bersama. Kalau kamu memang bahagia sama dia, aku akan merelakan kamu, Mas."
Raya berucap pelan. Ada tetesan bening yang mengalir dari kedua netranya. Hanya karena cinta, Raya yang biasanya tegar sekarang berubah menjadi perasa. Dia yang tidak pernah meneteskan air mata, sekarang menangis hanya karena satu nama, Bagas.
Raya merogoh saku piyamanya. Dia mengambil ponselnya dari dalam sana. Wanita itu mencari kontak ibunya, dan mulai membuka kolom obrolan.
"Ma, besok Raya mau ketemu mama di kafe depan kampus. Ada hal penting yang harus Raya bahas. Tolong rahasiakan pertemuan kita dari papa ya, Ma. Ini sangat penting."
Raya yang memulai, maka Raya juga yang akan mengakhiri. Wanita itu menatap ke arah langit yang tanpa bintang. Butir-butir air mata kembali berjatuhan. Haruskah semua berakhir seperti ini?
kinan pantas dpt yg lebih baik darinya😀
ndang gass kinan ...
tp klo bagas pintar hrsnya bagas sadar dgn sikap kinan sprti it berarti dia bkn wanita baik2.kesannya kinan itu jalang beneran yg lg kegatelan minta digaruk ama trenggiling thor....
dosen kok kelakuannya minim akhlak balik aj ke tk lajut sekolah mondok 😁😁😁
mo bagas ngapain aj ma pacarny raya g peduli yg penting dia ttp fokus kuliah d berteman dg spapun.happy slalu saat di dpn bagas.
menurut ak stlh ap yg sdh raya ketahui dr si bibik.mending raya pergi dari rumah itu tp hrs izin bagas dulu.klo memang akn meneruskan pernikahany baikny jauhi bayang2 mantan.apalg it rmh suaminy hasil beli ber2 ama mantany.scr tdk lgsng raya sama aj ikut menzolimi mantan suaminy krn sdh tau.kecuali mantany sdh mengikhlaskany.dr pd nanti dihujat mantan pak su mending raya melipir keluar dr rmh it d cari hunian sendiri entah itu ngekos at ap .yah....emang raya g salah tp tetap dia akn ikut terseret krn kelakuan suaminy yg g punya ketegasan d tanggung jawab pd keputusan yg diambil.aliase pengecut berkedok berbakti nurut sama orang tua .tp yg ad penjahat yg akn menyakiti banyak hati terutama istri d para orang tua bila sdh tau semua yg terjd