NovelToon NovelToon
Bersamamu Menjadi Takdirku

Bersamamu Menjadi Takdirku

Status: sedang berlangsung
Genre:nikahmuda
Popularitas:93.2k
Nilai: 4.8
Nama Author: Windersone

YAKIN GAK MAU MAMPIR?
***
Berkaca dari kehidupan rumah tangganya yang hancur, ibu mengambil ancangan dari jauh hari. Setelah umurku dua tahun, ibu mengangkat seorang anak laki-laki usia enam tahun. Untuk apa? Ibu tidak ingin aku merasakan kehancuran yang dirasakannya. Dia ingin aku menikah bersama kak Radek, anak angkatnya itu yang dididik sebaik mungkin agar pria itu tidak melakukan kesalahan yang sama seperti yang dilakukan oleh suaminya, ayahku, padanya. Namun, ibu lupa, setiap manusia bukan binatang peliharaan yang bisa dilatih dan disuruh sesuka hati.

Meskipun aku hidup berumah tangga bersama kak Radek, nyatanya rasa sakit itu masih ada dan aku sadari membuat kami saling tersakiti. Dia mencintai wanita lain, dan menikah denganku hanya keterpaksaan karena merasa berhutang budi kepada ibu.

Rasa sakit itu semakin dalam aku rasakan setelah ibu meninggal, dua minggu usai kami menikah. Entah seperti apa masa depan kami. Menurut kalian?

Mari baca kisahnya!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Windersone, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Sehancur-Hancurnya

🦋🦋🦋

Sedang enak-enaknya mengaduk masakan di wajan, keberadaan kak Radek membuatku kaget. Pria itu tiba-tiba sudah berdiri di sampingku sambil menarik atasanku bagian bawah bertingkah seperti anak kecil. Tubuhku tersentak kaget dibuatnya, hampir memukulnya menggunakan sendok cekung yang ada di tangan kananku.

“Bisa tidak bersuara? Kamu membuatku kaget,” memarahinya dengan wajah kesal.

“Kenapa tidak memberitahuku kalau pria itu mencuri uangmu dan sempat memantau rumah?” tanya kak Radek dengan wajah datar.

Aku menghela napas dan melanjutkan aksiku mengadukan masakan di wajan.

“Bukan masalah besar,” ketusku. “He,” dengkusku. “Calon mertua datang begitu pagi menjenguk menantunya. Sangat menyentuh,” kataku, berusaha menyembunyikan rasa cemburu.

“Cemburu?” tanya kak Radek, tersenyum ringan.

Kulepaskan sendok dari tanganku begitu saja dan mengarahkan badan ke arah kak Radek berdiri di sisi kiriku. Kedua tanganku mendarat di pinggang dan memperhatikan tubuhnya dari ujung kepala hingga ujung kaki dengan mata menyipit.

“Apa yang harus aku cemburukan? Banyak aku temui pria jauh dari tubuh ini di luaran sana. Yang pasti, mereka bisa menghargai orang lain,” ucapku, sengaja menyindir sikapnya selama ini.

Kak Radek menciptakan jarak di antara kami dengan melambangkan mundur beberapa langkah, lalu memperhatikan badannya sendiri. Kemudian, menatapku dengan dahi mengernyit bingung.

"Maksud kamu, apa?" tanyanya dengan sorot mata cukup dalam yang membuatku sadar maksudnya.

Maksudku bukan begitu, aku tidak bermaksud membandingkan tubuhnya dengan pria di luaran sana. Kata-kata yang keluar dari bibirku di bagian awal hanya ngelantur.

"Maksudku, banyak orang yang lebih tampan di luaran sana," terangku.

"Baiklah. Hmm ...." Kak Radek kembali mendekati dengan tangan mulai diangkat nain dan menegang kalung yang menggantung di dadaku.

"Kamu dapat dari mana kalung ini?" tanya kak Radek, menyorot kalung pemberian bapak-bapak malam itu.

"Kepo," jawabku sambil menepis tangannya.

Kak Radek menarik kalung itu dari leherku dan menatapnya lebih dekat. Fokus sekali matanya menatap kalung itu, membuatku baru sadar kalau tadi pria ini memperhatikan kalung tersebut, bukannya dadaku yang membuatku berpikir sedikit negatif.

"Pacarku." Aku merampas kalung itu dari tangan kak Radek.

"Pacar? Kamu belum lulus kuliah, kenapa pacaran? Selesaikan dulu kuliahmu, baru pacaran," timpal kak Radek, menatapku dengan sorot mata marah.

"Anak SD saja sudah pacaran zaman sekarang, mengapa aku tidak boleh? Aku juga bukan siapa-siapa mu. Hari ini hari terakhir aku bekerja di sini, ingat janjimu, gajiku. Setelah, jangan sampai kita bertemu lagi," tegasku dan lanjut memasak.

Masakan yang sudah matang aku salin ke mangkuk, menyajikannya dengan gerakan kesal ke atas meja. Kemudian, aku membuka celemek di tubuhku dan melemparkannya ke atas salah satu bangku kosong.

Bergegas aku keluar dari rumah itu, menyudahi rasa bosan yang selalu muncul saat aku berdebat dengan pria itu.

"Galuh!" panggil kak Radek.

Kuabaikan seruan pria itu memanggilku. Kaki aku lanjutkan keluar dari dapur, lalu menghampiri tas di atas meja, dan keluar dari rumah itu.

Setelah keluar dari gerbang rumah, Raga memanggilku. Aku berlari kecil menghampiri pria itu dengan senyuman, keberadaannya di sana karena aku yang menghubunginya. Sebelum menaiki motor Raga, aku menoleh ke belakang, memperhatikan rumah dan melihat kak Radek sudah berdiri di pintu rumah.

Aku memeluk Raga, menciptakan interaksi begitu dekat agar kak Radek mengira aku dekat dengan Raga seperti anggapan teman-temanku di kampus.

"Kamu kenapa?" tanya Raga, bingung.

"Bukan apa-apa. Let's go!" Bahu kanan Raga aku tepis sambil duduk di atas motornya.

***

"Aku tidak bisa menunggu lagi. Aku positif hamil. Bagaimana ini? Jika Papa tau, aku bisa dibunuh." Kudengar seseorang berbicara dari salah satu bilik toilet di kafe Barisan tempatku bekerja, bilik itu tepat berada di sisi kanan di mana aku juga berada di salah satu bilik lain.

Telingaku sedikit mendekati dinding pembatas di antara kami, berusaha mengenali suara yang terdengar familiar di telingaku ini. Rasanya suara ini milik kak Karina.

Bergegas aku membuka pintu bilik tempatku berada setelah mendengar suara pintu bilik di sebelah dibuka. Setelah keluar, aku hanya melihat wanita itu baru keluar dari pintu utama toilet setelah melemparkan sesuatu ke dalam tong sampah. Aku tidak bisa melihat jelas wajah wanita itu. Tetapi, melihat warna pakaian, itu sama persis dengan warna pakaian kak Karina pagi tadi.

Aku menghampiri tong sampah, melihat tes pek di sana, dan mengambilnya. Garis dua terlihat di sana, menunjukkan pemiliknya tengah berbadan dua.

"Kak Karina hamil?"

Seketika kakiku melemah sampai hampir terjatuh. Untungnya, aku bergantung di genggaman pintu. Dada ini rasanya sesak, ada rasa kecewa yang menguras segala perasaanku, menarik air mata keluar dengan ekspresi tidak menduga kalau kekasih kakakku itu hamil.

"Kak Radek menghamili Kak Karina?" tanyaku pada diriku sendiri.

Aku menegakkan tubuh, berusaha berpikir positif dan menganggap wanita tadi bukan kak Karina. Untuk memastikan, bergegas aku keluar dari toilet sambil menyeka air mata dan berlari kecil menuju kafe sambil memainkan mata. Wanita yang berjalan memunggungiku itu terlihat baru keluar dari pintu kafe, menghampiri sebuah mobil yang sangat aku kenal, itu mobil kak Karina.

Benar saja, wanita itu benar kak Karina. Ketika aku hendak mengejarnya, mobil itu berlalu pergi dari halaman kafe dengan kecepatan kencang. Tinggallah aku berdiri di tengah halaman kafe dengan perasaan hancur sehancur-hancurnya.

"Itu sebabnya Kak Karina ingin cepat menikah?" tanyaku, masih tidak percaya.

"Selamat malam," ucap seseorang dari belakang, membuat memutar badan ke belakang, dan melihat kak Radek berdiri dengan senyuman di belakangku.

Perasaan ini semakin tidak bisa aku tahan. Tanganku menamparnya keras sampai ada bekas di pipi kanan kak Radek.

"Brengsek! Kamu pria paling menjijikan yang pernah aku lihat, yang pernah aku temui," tuturku dengan penuh penekanan dalam kemarahan yang mungkin bisa terlihat jelas olehnya dari wajahku.

"Maksud kamu, apa?" Pertanyaan itu keluar dengan sedikit emosi darinya.

PLAKK!

Kembali aku menampar pipi kanannya sampai kak Radek mungkin merasakan gerahamnya kaku. Pria itu mendelik, menatapku dengan emosi yang masih ditahan olehnya.

"Ka--," Perkataannya terpotong karena tanganku kembali menamparnya sebelumnya perkataannya selesai.

"Galuh!" benaknya, keras sampai orang-orang yang ada di sekitaran kami kaget dan menyorot kami.

"Pria brengsek!" Aku memukuli dada kak Radek dalam tangisku.

Pasha berlari keluar dari kafe bersama beberapa orang. Pria itu menarikku, menahanku dengan tingkah kasurku kepada kak Radek yang hanya diam menatapku dalam kemarahan yang dipendam. Aku tahu mengapa kak Radek begitu, pria ini tidak bisa menahan kemarahannya sendiri jika sampai dikeluarkan olehnya.

"Galuh," panggil Pasha, berusaha menyadarkan ku dari amarah sambil memelukku dan menarikku dari belakang.

"Jangan pernah muncul di hadapanku lagi. Jangan pernah memperlihatkan wajah menjijikkan mu itu di hadapanku. Jika aku sampai melihatnya, aku akan membunuhmu," teriakku dalam kemarahan dan tangisku tanpa peduli rasa malu diperhatikan oleh banyak orang.

Aku sudah seperti monster di hadapan mereka.

Tubuhku rasanya mulai lemah dan tenggorokanku rasanya sudah kering karena berteriak. Kakiku tidak bisa berdiri lagi rasanya dan kepalaku sakit.

"Lepas!" Aku lepaskan pelukan Pasha dari tubuhku.

"Jangan pernah muncul di hadapanku, ingat," ucapku pada kak Radek sambil mengarahkan jari telunjuk.

Kakiku melangkah sedikit gontai di tepi jalan dalam kesedihan seperti orang tidak waras. Mereka yang ada di halaman kafe memperhatikanku, begitu juga dengan kak Radek.

"Apa yang terjadi?" tanya Pasha kepada kak Radek yang kudengar dari jarak beberapa meter.

"Galuh!" Suara kak Radek terdengar berteriak memanggilku.

Seseorang memukul kepala bagian belakangku, sepertinya menggunakan kayu. Pandanganku mulai buram dan berakhir gelap bersama tubuh ini tumbang.

1
Arya Bima
masih misterius...
Yan ika
smg hepi ending
Epi Suryanti Fadri
mana kelanjutan nya
Bertalina Bintang
semoga ibundanya lekas sembuh dan sehat kembali y thor. Aamiin...
Ig: Mywindersone: Aamiin ...
Terima kasih.
total 1 replies
Desi Natalia
semoga lekas sembuh ibunya author
Ig: Mywindersone: Aamiin.
Terima kasih. 🥰
total 1 replies
Bertalina Bintang
kok belum ada kelanjutannya thor
Ig: Mywindersone: Nanti Up. Beberapa hari ini lagi di rumah sakit soalnya. Nungguin ibunya Othor.

sabar menunggu ...!
total 1 replies
Bertalina Bintang
menunggu next...🥰
Tinny
semoga mereka baik2 sajaa
Mulyana
lanjut
Yan Ika Dewi
Next
Mulyana
lanjut
Tinny
sangat membagongkan😂
dag dig dug dorrrr
Tinny
update teruss thorr biar ga bolak balik lagi kyak setrikaan nengokin noveltoon ga muncul2.. bagua banget ceritanya
Bertalina Bintang
kok belum ada nextnya thor?
Bertalina Bintang
belum post nextnya thor
Tinny
kapan update thor
Bertalina Bintang
weeew... uhuuuiii...
Hafizah Al Gazali
thor buat mereka berdua bahagia yaaa,sdh cukup galuh menderita thor,kasian galuh
Bertalina Bintang
bolak balik nunggu klanjutannya
Hafizah Al Gazali
ceritamu penuh dgn misteri thor,vi aku sukaaaa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!