Berawal dari jebakan berujung menikah paksa. Sesuatu yang tak pernah terbayangkan sebelumnya. Satria guru Matematika yang datang setelah mendapatkan ancaman dan secarik kertas dengan bertuliskan alamat. Tak mengira jika kedatangannya ke rumah salah muridnya akan merubah status menjadi menikah. Terlebih murid yang ia nikahi terkenal cantik namun banyak tingkah.
"Ayu!"
"Nama aku Mashayu Rengganis, panggil aku Shayu bukan Ayu! Dasar guru Gamon! Gagal move On!"
Mampukah Satria menghadapi tingkah istrinya?
Dapatkah keduanya melewati masa pengenalan yang terbungkus rapi dalam ikatan pernikahan? Atau menyerah di saat cinta saja enggan hadir di hati keduanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon weni3, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tiba-tiba Sewot
Visual Mashayu Rengganis
Visual Satria Purnama
Setelah jam istirahat selesai kini jadwalnya Satria mengajar di kelas XII IPA 2 . Sebelum masuk Satria menarik nafas dalam-dalam dan mengukir senyum saat semua murid menyapa, khususnya para siswi yang selalu galfok melihat guru muda dan tampan.
"Mulai dech heboh!" Mashayu menatap jengah teman-temannya yang begitu antusias dengan kedatangan Satria.
"Shay, ini guru kalo mandi pake sabun muka merk apaan ya? Mulus banget itu muka, bersih, glowing, kayaknya semut kalo nempel di wajahnya auto kepleset. Katanya belum punya istri, bisa kali ya kalo aku daftar." Arita tersenyum manis menghadap ke depan dengan terus memandang gurunya yang sedang menyiapkan materi.
"Kelihatannya aja tidak punya, laki-laki mah begitu. Eh tau-taunya di rumah sudah punya buntut, kamu lihat aja KTPnya atau kamu tanya Pak sudah kawin apa belum?"
Entah mengapa Mashayu tiba-tiba sewot melihat banyak teman wanitanya yang begitu mengidolakan Satria. Bahkan dia mendengar banyak bisikan harapan dan pujian yang tertuju pada suaminya.
"Jika kalian tau sikap aslinya, di jamin kalian muak."
"Kok kamu sewot gitu sich Shay? Santai saja! Mau sudah kawin kek belum kek, tetap saja Pak Satria idaman. Ku tunggu dudamu Pak," lirih Arita dengan senyum tidak jelas dan itu membuat Mashayu gerah.
Satria mulai menyampaikan materi dan menjelaskan dengan detail. Seperti hari pertama mengajar di kelas ini, hari ini pun nampaknya semua berjalan dengan mulus tanpa kendala. Dia pun senang melihat anak muridnya nampak tidak kesulitan mencerna dan antusias bertanya setiap kali mereka tidak mengerti. Tetapi lebih banyak pertanyaan datang dari para siswi yang niatnya sekalian pendekatan biar lebih akrab.
Satria pun nampak ramah dan selalu menebar senyuman, tetapi itu justru membuat gadis yang duduk di bangku nomor dua dari depan meja guru nampak bad mood melihatnya. Gadis itu pun hanya diam dan tidak mengajukan pertanyaan bahkan menatap pun enggan.
"Maju dan kerjakan soal yang ada di papan tulis!" ucap Satria yang kini sudah berdiri di samping meja Shayu dengan kedua tangan masuk ke dalam saku celananya.
Mashayu melihat soal itu dengan teliti, kemudian tanpa banyak bicara dia segera beranjak dari duduknya lalu mengambil spidol untuk mengerjakan. Satria cukup heran dengan sikap Shayu yang terlihat berbeda. Gadis itu kembali duduk tanpa membuka suara setelah mengerjakan soal di papan dengan benar. Satria menoleh lagi ke arah Shayu yang tidak mau menoleh ke arahnya.
Terlihat tidak menyimak tetapi bisa menjawab lima soal sekaligus dengan benar tanpa menyisakan satu soal pun untuk temannya yang lain. Padahal maksud Satria hanya satu saja yang Mashayu kerjakan, tapi ternyata malah dibabat habis olehnya dalam waktu singkat.
"Jawaban dari teman kalian benar semua ya."
"Shayu di lawan."
"Miss sempoa dia Pak!"
"Diam-diam otak jalan dia Pak."
Beberapa siswa sahut menyahut memuji Shayu, mereka tidak heran dengan kepintaran gadis itu.
"Setidaknya ada yang bisa dibanggakan dari sikap usilnya, tapi kenapa gadis nakal itu diam saja?"
Satria kembali menerangkan soal yang Mashayu jawab hingga pelajarannya selesai dan pria itu kembali ke ruang guru untuk persiapan mengajar di kelas selanjutnya.
Sampai di jam pulang Mashayu masih terlihat anteng, tak ada comelannya yang membuat ketiga sahabatnya mengelus dada seperti yang ia lakukan sebelumnya. Mashayu melihat ada Arta yang sudah berdiri di depan kelas. Sepertinya setelah tadi pemuda itu menyerahkan jabatan sebagai ketua OSIS, Arta bebas dari rapat yang selalu membuatnya sibuk, hingga tidak ada waktu pulang bareng Mashayu.
"Arta tuh!" tunjuk Arita.
"Hmmm biarin aja, mau bareng kali." Mashayu segera melangkah keluar kelas begitupun dengan ketiga sahabatnya.
Cakra tiba-tiba merangkul tubuh Mashayu lalu dengan sengaja mendekatkan wajahnya pada gadis itu. Arta yang kesal segera menarik Mashayu dan menggenggam tangannya, membuat Cakra tersenyum miring melihat perlakuan Arta yang terkesan tidak suka.
"Masih aja kamu cemburu sama aku, jelas-jelas aku sahabatnya dan lebih lama mengenal dia dari pada kamu."
"Tapi bukan berarti kamu bisa menyentuh dia begitu saja, aku pacarnya tidak akan terima Mashayu disentuh oleh sembarang pria." Arta berucap dengan nada agak tinggi, baginya sudah menjadi hak dia sebagai pacar untuk melarang Shayu terlalu dekat dengan teman cowok.
"Baru pacar tapi posesifnya mengalahkan suami!"
Mashayu melepas genggaman tangan Arta, sepertinya dia harus segera pergi dari sana sebelum Cakra keceplosan apa lagi sudah membawa-bawa nama suami. Bisa kacau jika sampai hal itu terbongkar.
"Ayo pulang! Mau bareng tidak? Kalo tidak aku tinggal!" ucap Mashayu dengan menatap sengit keduanya dan segera melangkah menuju parkiran.
Arta menatap kesal Cakra yang tersenyum meremehkan. Cakra tau jika Mashayu takut dia membongkar rahasianya, tetapi sebagai adik ipar yang baik dia bertugas untuk mengingatkan.
"Hati-hati Mbak, jangan mau diajak mesum!" seru Cakra membuat Mashayu menoleh ke belakang karena seruannya cukup kencang.
Mashayu segera masuk ke dalam mobilnya disusul oleh Arta yang duduk di kursi kemudi. Sebenarnya hari ini Arta membawa kendaraan sendiri dan akan mengantar pulang Mashayu dengan menggunakan kendaraannya. Berhubung Mashayu yang kadung ngambek membuat pria itu terpaksa mengikuti kekasihnya tanpa protes.
"Mau makan dulu tidak?"
"Langsung pulang saja, sudah mau hujan!"
Arta menghela nafas panjang lalu meraih tangan Shayu, "kan kita naik mobil, meskipun hujan tidak akan membuat kita basah."
"Aku mau istirahat, capek. Tuh hujan kan, deres lagi. Pas banget buat istirahat apa lagi nanti malam harus belajar buat ulangan besok. Ayo jalan!" Mashayu tidak ingin pulang terlambat dan membuat Ibu di rumah menjadi khawatir. Apa lagi belum pamit dan tadi pagi berangkat dengan tergesa. Beruntung dia lebih dulu ke rumah Arta untuk mengantar pulang pria itu, jadi Arta tidak tau jika ia telah tinggal di rumah Cakra.
Hujan turun dengan deras membuat Arta sedikit menurunkan kecepatan mobilnya, dia pun sudah tidak lagi protes karena tidak ingin Mashayu malah merajuk. Baru beberapa meter dari gerbang sekolah, Mashayu melihat sosok Guru Gamonnya tengah mendorong motor.
"Eh itu Pak Satria bukan sich?" tanya Shayu yang terus memperhatikan hingga mobilnya melewati sang suami.
"Iya, mungkin mogok makanya nuntun." Arta seakan tidak peduli, dia terus melajukan mobil tanpa memperdulikan gurunya yang kini basah kuyup karena kehujanan. Mashayu pun kembali duduk dengan benar dan menatap ke depan.
"Kenapa? Mendadak seperti perhatian gitu?" tanya Arta yang melirik Shayu.
"Nggak usah ngarang dech. Fokus ke depan!" ketus Shayu dengan perasaan tidak enak.