Two Hearts One Love

Keesokan harinya.

"Fathia..." Panggil Hana setengah berteriak ketika baru saja masuk ke dalam kafe tempat Fathi bekerja paruh waktu. Beruntung kafe dalam keadaan tidak terlalu ramai sehingga teriakan Hana tidak mengganggu banyak orang yang berkunjung.

Fathia berjalan tergesa-gesa menghampiri Hana agar sahabatnya itu tidak kembali meneriakkan namanya.

"Ada apa? Kenapa pake teriak segala!" Sewot Fathia.

"Sorry deh..." Hana berkata seraya menarik tangan Fathia agar lebih dekat dengannya. kemudian Hana membisikkan sesuatu yang membuat Fathia terkejut.

"Ngga... Gue ga mau!" Tolak Fathia setelah mendengar bisikan Hana.

"Please Thia, kali ini aja. Please...." Mohon Hana sambil mengatupkan kedua tangannya ditambah wajah memelas nya.

"Kekasihmu sudah lebih dari 3... Kamu masih berencana untuk pdkt sama cowo lain?" Fathia yang kesal dengan keinginan konyol sahabatnya itu tanpa terasa berucap cukup keras sehingga pengunjung yang ada disana menatap bingung kearah Fathia.

"Ish.... Menyuruhku untuk tidak berteriak, tapi dirimu sendiri yang malah berteriak!" Sindir Hana.

"Itu juga karena salahmu yang punya pikiran ngawur!" Bela fathia yang merasa jika Hana lah penyebab dirinya ampai kelepasan bicara bernada tinggi seperti itu.

Fathia berjalan pergi meninggalkan Hana karena tidak ingin ikut-ikutan dengan rencana konyol sahabatnya itu.

"Thia,,,, kali ini saja! bantulah Sahabat cantikmu ini untuk bertemu dengan pangeran tampan itu lagi." Rengek Hana sambil terus mengekor tepat di belakang Fathia yang berjalan menuju arah dapur.

Fathia yang mulai jengah pun membalikkan tubuhnya menatap kearah Hana.

"Baiklah.... Tapi dengan satu syarat." Ucap Fathia.

Hanya tersenyum lebar, keinginannya untuk kembali bertemu pria tampan itu sepertinya akan tercapai.

"Apapun syaratnya.... pasti bakal gue penuhi." Dengan penuh percaya diri, Hana pasti menyanggupi apapun syarat yang diminta Fathia padanya.

"Jangan libatkan aku dengan urusan kalian nantinya."

Mendengar syarat yang Fathia ajukan, Hana pun terdiam. Hana kembali teringat dengan apa yang pernah terjadi 11 tahun silam. Tentang kesalahpahaman yang terjadi antara dirinya, Fathia dan Rendi Sebastian.

"Gue janji..... Kali ini gue ga akan bertindak bodoh seperti dulu!" Jawab Hana dengan wajah seriusnya.

******

Di sebuah ruangan mewah di kantor Narendra Group.

Reza tampak tengah fokus menatap layar laptop miliknya, sementara sang Sahabat sekaligus partner kerjanya malah tengah asyik berbalas pesan dengan seseorang yang membuat wajahnya berseri-seri.

Reza menatap sekilas raut wajah sang sahabat yang terlihat sumringah saat menatap layar ponsel di tangannya.

Dengan rasa kesal yang meluber karena Reza merasa bekerja seorang diri. Reza pun melempar sebuah pena kearah Lee hingga pena tersebut tepat mengenai dahi klimis Lee.

Refleks Lee pun mengaduh kesakitan karena lemparan pena yang Reza lakukan tepat mengenai dahinya.

"Aish ....." desis Lee sembari mengusap dahinya yang terasa lumayan sakit bahkan bekas pena tersebut menimbulkan sedikit warna kemerahan di kulit dahi Lee yang aslinya berwarna putih.

Lee memang lahir di negeri ginseng, karena Ayah Lee berasal dari negara itu, sementara ibunda Lee berasal dari negara tercinta ini. Namun Lee sendiri di besarkan di negara ini, karena saat Lee masih balita hingga remaja Ayah Lee tengah mengembangkan perusahaan keluarganya di negeri ini. Oleh sebab itu, Lee memiliki wajah dan kulit putih bersih seperti ayahnya namun fasih berbicara dengan bahasa negara tercinta kita.

Setelah lulus SMA. Lee memilih untuk tinggal dan berkuliah di luar negeri, itulah awal perkenalannya dengan Reza.

"Ganggu orang lagi senang saja, kau ini!" Keluh Lee dengan wajah kesalnya.

"Kerja...." Jawab Reza yang kemudian fokus kembali menatap layar laptopnya.

Lee pun akhirnya mengakhiri berbalas pesan dengan seseorang yang mengajaknya untuk bertemu malam ini.

*****

"Malam ini,,, bagaimana kalau kau temani aku bertemu gadis cantik di kafe depan." Ajak Lee saat Reza hendak membuka pintu mobil miliknya.

Reza memutar tubuhnya, menatap wajah Lee dengan sebuah tanda tanya di kepalanya.

"Apa.....? Kenapa melihat wajahku dengan tatapan seperti itu?" Tanya Lee saat melihat Reza menatapnya dengan tatapan penuh selidik.

"Bertemu dengan seorang gadis? Kamu yakin, Lee....?" Tanya Reza dengan wajah datar namun terlihat serius.

Lee menghela nafasnya kasar. Pria super menyebalkan yang berdiri di hadapannya ini, rupanya tengah menguji kesabaran Lee yang untungnya Selebar daun kelor. Bukan setipis tisu di belah 8.

"Tentu saja aku yakin ingin bertemu dengan gadis cantik. Aku ini masih normal tidak seperti mu yang bahkan........"

"Berisik.....! Aku akan menemani mu ke sana. Puas!" Potong Reza yang kemudian kembali memutar tubuhnya untuk membuka pintu mobil kemudian masuk kedalam mobil miliknya.

Sementara Lee, pria itu tersenyum lebar karena merasa puas bisa membuat si es balok itu mau menemaninya pergi malam ini.

Lee tidak tahu saja, alasan Reza sebenarnya kenapa sampai Reza mau menemaninya pergi bertemu gadis itu.

Flashback on.

Sepulang dari kantor, Reza yang merasa sangat lelah dengan kepala yang terasa berat membaringkan tubuhnya sementara diatas ranjang empuk di kamar unit Apartemennya. Reza bahkan belum sempat melepaskan pakaian kantornya apalagi membersihkan tubuhnya di kamar mandi.

Niat Reza hanya berbaring sejenak untuk meredakan rasa pening dan lelahnya, namun saking lelah dan pening nya kepala Reza, ia pun sampai tertidur di ranjang empuk nan besar itu. Hingga saat Reza terbangun keesokan paginya. Reza terkejut karena tubuhnya sudah tidak lagi memakai pakaian kantor seperti sebelum ia tertidur malam tadi.

Reza segera beranjak dari ranjang besar tersebut menuju kamar mandi, namun sebelumnya ia melihat jelas jika ada seorang gadis yang tengah tertidur pulas tepat di sampingnya.

Didalam kamar mandi. Reza merasa kesal dan kecewa terhadap dirinya sendiri yang begitu ceroboh hingga bisa tidur satu ranjang dengan gadis yang merupakan istri sahnya itu.

Tak hentinya, Reza merutuki kecerobohannya itu. Namun Reza masih berharap, dirinya dan gadis itu belum melakukan sesuatu yang bahkan seharusnya sudah ia lakukan sejak 10 tahun yang lalu.

Setelah puas menyalahkan kecerobohannya di dalam kamar mandi. Reza pun bergegas keluar dari kamar mandi untuk bertanya banyak hal pada istrinya itu.

Nayara tampak tengah merapihkan ranjang besar yang semalam telah ia tiduri bersama suami tercintanya. Untuk pertama kalinya setelah 10 tahun. Nayara dan Reza berbagi ranjang bersama. Jika teringat kembali hal itu, wajah Nayara pun berubah merona.

"Apa yang terjadi semalam?" Tanya Reza membuat Nayara sampai berjingkat kaget. Karena tiba-tiba Reza sudah berada di belakangnya.

Nayara memutar tubuhnya menatap wajah suaminya yang terlihat memerah seperti menahan amarah.

"Maksud Kaka?" Tanya Nayara yang masih belum paham dengan arah pertanyaan suaminya.

"Kenapa kita bisa tidur bersama di atas ranjang ini?" Tanya Reza dengan sorot mata tajam serta rahang yang mengeras.

Melihat wajah Reza yang semakin terlihat merah, dengan rahang yang mengeras. Nayara pun menjadi takut untuk sekedar menatap wajah Reza. Wanita yang berstatus istri namun masih perawan tingting itu pun memilih untuk menundukkan wajahnya. Guna menghindari tatapan tidak menyenangkan dari suaminya itu.

"Baju ku? kenapa baju ku bukan baju yang aku pakai semalam? Sebenarnya,,,, apa yang sudah kau lakukan padaku tadi malam?" Tanya Reza disertai bentakan pada Nayara.

Nayara semakin merasa takut, tubuhnya gemetaran dengan air mata yang mengalir di pipinya. Nayara tidak menyangka suaminya akan semarah itu padanya. Padahal Nayara hanya berniat membantu mengganti pakaian Reza dengan pakaian tidur dan mengelap tubuh Reza dengan air hangat agar Reza merasa nyaman saat tidur.

Sungguh, Nayara tidak melakukan apapun terhadap Reza. Kenekatan Nayara, hanya sebatas berani untuk berbaring tidur diatas ranjang tepat di samping suaminya yang tertidur nyenyak sejak semalam.

"Kenapa diam saja? Cepat katakan.... Apa yang sudah kamu lakukan padaku semalam? Dan apa yang sudah terjadi diantara kita?" Sekali lagi, Reza bertanya dengan suara tingginya. Rahang Reza tampak semakin mengeras dengan kedua tangan yang terkepal. Meski begitu. Reza berusaha untuk bisa mengontrol kemarahannya.

Mendengar pertanyaan Reza dengan amarah yang terkandung di dalamnya. Nayara pun berusaha menatap wajah Reza. Nayara harus menjelaskan apa yang terjadi semalam agar Reza tidak salah paham terhadapnya.

"Tidak terjadi apapun semalam! Naya hanya membantu Kaka mengganti pakaian. Itu saja, kak!" Jelas Nayara dengan derai air mata yang mengalir di pipinya.

Melihat air mata Nayara yang mengalir deras. Reza pun memalingkan wajahnya. Tak dapat dipungkiri, sekelumit rasa iba menghampiri perasaan Reza.

"Pergilah! aku sedang tidak ingin melihat wajahmu saat ini." Usir Reza.

Dengan derai air mata dan hati yang terasa pilu. Nayara pun berjalan perlahan menuju pintu keluar untuk menuruti perintah Reza.

*********

Sampai di sini dulu.

jangan lupa untuk selalu tinggalkan jejak berupa like dan. komentarnya. 🙏❤️