BADANMU ITU KAYAK GAPURA DESA!
Itulah kalimat yang sering di dengar Berryl, seorang wanita karir bertubuh gemuk yang selalu berpenampilan sederhana dan nerd.
Ia selalu tak beruntung dalam kehidupan sosialnya. Wanita itu acap kali mengalami pembullyan dan pengkhianatan.
Dihina, direndahkan dalam lingkungan kerja, bahkan difitnah oleh orang yang ia percaya. Parahnya, keluarga sang suami ikut memperlakukan nya dengan semena-mena.
Pada akhirnya, Berryl berusaha bangkit, ia bertekad akan membalas semua perlakuan buruk yang ia dapat.
Akankah Berryl berhasil membalas mereka semua?
Hallo Readers, saya ingin menginfokan bahwa novel PEMBALASAN ISTRI GENDUT merupakan novel yang pernah saya rilis di akun saya yang lain dengan nama pena Zindvl. Novel ini sudah saya hapus di akun lama dan saya rilis kembali di akun baru saya dengan nama pena Dae_Hwa yang memiliki makna mutiara yang berkilau. Saya harap di akun baru ini, saya dapat berkilau bak mutiara yang indah ✨
Mohon dukungannya 👊🏼
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dae_Hwa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PIG 29
Merinding, sumpah aku merinding. Enam kamera tersembunyi di temukan dalam apartemen ku. Di pintu masuk, ruang tamu, ruang makan, dapur, kamar, bahkan kamar mandi. Tubuhku bergetar, aku benar-benar takut ...!
"Hah, apa yang harus aku lakukan? Video-videoku tidak akan tersebar di internet, kan?" tanyaku dengan suara bergetar. Renata lekas memelukku.
"Semuanya akan baik-baik saja. Malam ini, tidur lah tidur di apartemen ku, Ryl. Besok kita ke kantor polisi untuk melaporkan ini," ucap Calix.
"Enak aja, enggak enggak enggak! Kak Berryl bakal ikut aku pulang, tempat ini sudah gak aman," protes Alby.
"Boleh, tapi tanggung sendiri jika penguntit itu mengikuti kalian sampai ke rumah. Aku berani jamin, dia akan menyelusup ke rumah kalian demi mencari Berryl. Sudah pasti akan ada tragedi di rumah kalian, kan?"
Benar juga ucapan Calix, bisa-bisa papa dan mama masuk dalam marabahaya.
Ku lirik Alby, wajah adikku itu sangatlah cemas.
"Jadi, gimana solusinya?" Alby menggigit ujung bibirnya.
"Aku punya rencana," jawab Calix, sorot matanya sangatlah tajam.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Malam ini, jantungku sangat berdebar. Berdebar karena takut? Ah tidak, ku rasa jantung ini berdebar karena Calix menemaniku tidur. Mungkin karena ini pertama kalinya aku tidur berduaan dengan pria yang bukan muhrim ku. Meskipun pria itu tidur menggunakan kursi kecil, melabuhkan kepalanya di sisi ranjang. Tetap saja dadaku bergetar.
Udah kayak gak ada sofa saja di apartemen ini sampai harus tidur di kursi, tapi, bahaya juga jika dia tidur sendirian di sofa luar. Sepertinya dia benar-benar cemas.
Ah, adikku juga tadi sangat cemas, begitu juga dengan Renata. Tapi, jika mengingat mereka berdua, begitu menggemaskan. Tidak ku sangka, Renata sangat bar-bar menyambut adikku yang baru masuk bekerja sebagai cleaning servis di sana, lebih tepatnya, menjadi juniornya. Sudah ku duga, Renata akan bersikap kasar, karena dia sangat membenci orang yang di terima kerja melalui jalur orang dalam. Untung saja Renata cepat mengetahui bahwa Alby adalah adik kandungku, jika tidak, Alby bisa-bisa mengalami trauma, ha ... ha ...!
Ah, rasa takut sedikit berkurang. Apa lagi yang harus ku ingat demi meringankan rasa takut ku ya?
Ah, ya, Calix!
Aku tidak menyangka jika teman yang di maksud Alby, itu Calix. Teman yang di gembar gembor tinggal di gedung yang sama denganku. Siapa sangka, Alby dan Calix ternyata berteman baik? Dunia ternyata tak seluas itu.
BIB ... BIIB ... TRIIING!
"Siapa yang menekan pin pintu tengah malam begini? Alby ..? Apa dia belum pulang? Apa ada yang tertinggal?" gumamku, suara ku sedikit lebih nyaring.
Bau! bau busuk ini muncul lagi ...!
Aku mengguncang jemari Calix, tapi pria tampan itu tak merespon. Apa dia benar-benar tertidur? Aku berusaha mengguncang lebih kuat lagi, akan tetapi, tubuhnya malah ambruk ke lantai.
Seiring tubuhnya yang ambruk ke lantai, aku jelas mendengar suara orang tertawa cekikikan.
Pintu kamar tidak di tutup, apa Calix lupa?
Aku melihat sekelebat bayangan hitam di ruangan tengah.
"S-siapa di sana?" Suaraku bak tercekat di tenggorokan. Aku segera bangkit dari tidurku.
"Kamu lupa sama Abang, Ryl? Apa karena bajingan yang tengah tertidur pulas itu?" sahut pria bertubuh besar di ambang pintu.
"B-bang Jiwo?!" tebak ku, karena suaranya begitu mirip.
"Ternyata memang benar kita di takdirkan hidup bersama, Dik Berryl. Buktinya kamu sampai hafal suara abang. Segitu cinta nya kah engkau padaku, Dik?" Pria itu semakin mendekati ku.
"Jangan mendekat! K-kenapa kau seperti ini padaku?" Air mataku tak tertahan, aku terisak. Takut, aku sangat takut.
"Tenang lah, Dik. Bersabarlah sebentar, ini semua abang lakukan demi kebaikan mu. Kita ditakdirkan bersama, hanya saja kamu tidak mengetahuinya, Dik."
Meskipun di dalam gelap, aku dapat melihat pria itu tengah menyeringai. Sungguh menyeramkan!
"Aku sudah memperhatikanmu sejak awal kamu datang kemari. Aku benar-benar terpikat dengan tubuh gemuk mu, kita sangat serasi kan? Lihatlah lemak yang bergelayut di perut ku ini. Tapi, dua bulan ini kau begitu nakal, kenapa kau menurunkan berat badanmu? Apa demi pria jelek ini?"
Bugh!
"Bangun lah, Calix ...!" jeritku ketika Bang Jiwo menendang tubuh Calix yang sejak tadi tak bergerak.
Bang Jiwo tertawa terbahak-bahak. "Bangun? Apa kau tidak menyadari bahwa pria itu kini lumpuh? Atau ... bahkan, jangan-jangan dia sudah mati?"
"Kau apakan dia, Bang?!"
"Ah, kalian benar-benar polos. Saat kalian merusak semua kamera tersembunyi itu, saat itu lah aku masuk kemari dan menyuntik semua air mineral di dalam lemari pendingin nya dengan ekstrak bunga Hemlock."
"E-ekstrak bunga Hemlock?"
"Ya, kau pasti mengetahui tentang bunga ini kan? Karena aku tau, kau sangat menyukai bunga."
Hemlock? Seingatku, Hemlock mengandung alkaloid coniine, yang memiliki struktur kimia dan sifat farmakologi mirip dengan nikotin. Bukankah Coniine dapat mengganggu kerja sistem saraf pusat? Konsentratnya yang tinggi juga dapat dengan mudah merusak sistem pernafasan, bahkan menyebabkan kematian.
"B-bagaimana denganku? Kenapa aku masih baik-baik saja?"
"Bukankah adikmu tadi membawa air mineral kesukaan mu kemari? Aku tau, kamu hanya meminum air mineral dari gunung Alpen. Sesuai dugaanku, kamu tidak akan menyentuh air di dalam lemari pendingin itu."
Memang sih, sebulan ini aku hanya mengkonsumsi air mineral dari gunung Alpen. Itu karena orang tuaku yang berlebihan, mereka tidak ingin aku meminum air mineral sembarangan. Padahal, bagiku rasanya sama saja. Ah, sempat-sempatnya aku memikirkan hal ini. Aku menatap kembali tubuh Calix yang masih bergeming di lantai.
Air mataku kembali membasahi pipi, aku benar-benar menyusahkan.
"Calix ... B-bangunlah," isak tangis ku semakin kencang, hingga suaraku terbata-bata.
"Dia pasti sudah berada di pintu neraka," ejek Bang Jiwo. "Sekarang, ayo kita ke rumahku, Dik. Rumah impian kita. Sekarang, kamu pasti ketakutan, tapi, nanti kamu pasti akan mengerti dan akan semakin mencintai ku. hi ... hi ...!" Bang Jiwo semakin menyeringai, membuatku semakin ketakutan. Tubuh besar itu kini sudah berdiri di tepi ranjang dan mencengkram erat lenganku.
Ah! siapapun ... tolong aku ...!
*
*
*
Semalam sama hari ini, Author up yang rada horor dikit ya, menyambut MALJUM 😆
Malam ini Author up gak sampai 1000kata, jadi rada singkat. Author lagi atit 🤧
Selamat membaca buat para Readers 🧡