NovelToon NovelToon
Sisi Lain Dari Pagar Sekolah: Pengalaman Dan Penyesalan

Sisi Lain Dari Pagar Sekolah: Pengalaman Dan Penyesalan

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen / Romantis / Teen School/College / Slice of Life
Popularitas:3.4k
Nilai: 5
Nama Author: Atikany

Aku punya cerita nih, soal dunia ku yang banyak orang bilang sih kelam, tapi buat ku malah keren dan penuh dengan keseruan. Aku punya circle, sebuah geng yang isinya anak-anak yahut yang terkenal jahil dan berani. Seru abis pokoknya! Mereka itu sahabat-sahabat yang selalu ada buat ngelakuin hal-hal yang bikin adrenaline kita ngacir.

Kita sering hang out bareng, kadang sampe lupa waktu. Dari yang cuma nongkrong asyik di tempat-tempat yang biasa kita tongkrongin, sampe yang agak miring kayak nyoba barang-barang yang sebenernya sih, yah, kurang direkomendasiin buat anak muda. Tapi, yah, lagi-lagi itu semua bagian dari mencari identitas dan pengalaman di masa remaja.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Atikany, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Part 16

Di tengah keasyikan kita gambar pemandangan sambil ngobrol-ngobrol santai, suasana tiba-tiba berubah gara-gara kehebohan yang datang dari arah meja Salsa.

Tawa Salsa terdengar aneh, beda dari biasanya, bikin beberapa dari kita yang denger langsung merinding.

"Bu, Salsa dan Wulan kesurupan," teriak Diana tiba-tiba, suaranya campur aduk antara takut dan khawatir.

Kelas yang tadinya tenang dan santai langsung jadi kacau. Beberapa dari teman-teman mulai berisik, ada yang berteriak-teriak kecil, dan ada juga yang langsung menjauh dari mereka berdua.

Tapi, seperti biasa, di setiap kelas pasti ada aja yang penasaran dan malah mendekat untuk lihat lebih jelas apa yang terjadi. Gurunya yang tadinya asyik main HP langsung kaget dan langsung mendekat ke meja Salsa dan Wulan, berusaha menenangkan keadaan sambil mengecek apa yang sebenarnya terjadi.

"Mereka mulai caper lagi,"

Miranda memang tipe yang blak-blakan dan gak suka kalau ada yang terlalu mencari perhatian, alias 'caper'.

Sementara dia, Fifin, dan Hanum mulai mendekat, Caca dan Davina juga tampak bergabung dengan Salsa dan Wulan, tapi suasana tiba-tiba berubah saat Gilang menarik tanganku.

"Disini aja, jangan deket-deket," sarannya dengan nada yang agak serius.

Dia membawaku kembali ke tempat dudukku, dan tanpa banyak bicara lagi, aku langsung duduk. Gilang seolah tahu ada sesuatu yang bisa mengganggu di sana.

"Tapi penasaran," ucapku, mencoba melongok ke arah keramaian itu, tapi Gilang dengan sengaja menghalangi pandanganku.

Gilang hanya menggeleng sambil menatap ke arah kerumunan yang semakin besar di sekitar Salsa dan Wulan.

"Nggak usah ikut-ikutan. Mending jaga jarak aja, biar guru yang ngurusin. Kita nggak tau itu beneran apa cuma gimik mereka berdua."

Aku masih penasaran, tapi juga sadar bahwa mungkin Gilang benar. Menghindar dari kerumunan bisa jadi pilihan yang lebih aman, terutama kalau memang hanya trik perhatian belaka.

Namun, rasa ingin tahu itu tetap menggoda. Dari tempatku, aku bisa melihat Miranda, Fifin, Caca, Davina dan Hanum yang mulai berbicara dengan nada yang cukup serius.

Kelas lagi rame banget. Tadi pas Bu Rima mulai baca Ayat Kursi, badan mereka bergerak-gerak ga karuan, tangannya kaku-kaku, teriakannya bikin bulu kuduk berdiri. Tapi untunglah setelah beberapa menit yang terasa kayak setengah abad itu, mereka jadi tenang lagi.

Gilang yang dari tadi cuma nyimak sambil sesekali nyengir, tiba-tiba ngomong, “Mereka enggak mungkin kesurupan,” dengan nada yang nyoba nahan tawa.

Muka garangnya yang biasa bikin anak-anak yang suka ribut di kelas langsung ciut, kali ini terlihat—entah kenapa—jadi lebih lembut. Heran juga, lihat dia dari sisi yang beda, aku kok malah jadi... suka? Ya ampun, jantung aku kenapa ya, kok bisa-bisanya tiba-tiba deg-degan gini.

“Kok mikir gitu?” aku nyoba tanya, sambil sembunyi-sembunyiin deh perasaan yang mulai campur aduk ini.

“Bucaan Bu Rima ada yang salah,” jawab Gilang.

Kami saling tatap lagi, dan aku merasa ada yang... beda. Mata kami kayaknya ngunci, ga bisa lepas. Tiba-tiba dia mendekat dan dengan entengnya naruh telapak tangannya yang besar itu di dahi ku, kayak lagi ngukur suhu tubuh ku.

Gilang melihat kebingungan di wajah ku dan langsung bertanya dengan nada khawatir, "Lu takut ya? Sampe muka lu merah dan kerasa panas gitu."

Aku, yang bener-bener ga ngerti apa yang sebenarnya terjadi, cuma bisa bengong dengan ekspresi plonga-plongo.

Gilang ga berlama-lama dengan kebingungan ku, langsung ngusul, "Yuk, mending kita ke UKS aja."

Gilang terus ngomong dengan nada serius sambil manggil Harun yang kebetulan lewat di dekat kita, "Run, kalo Bu Rima tanya, bilang aja gua bawa Alisa ke UKS. Kayaknya dia demam."

Harun, tanpa banyak tanya, cuma ngangguk dan bilang, "Oke."

Dengan itu, Gilang langsung menarik tangan ku. Kita berdua langsung menuju ke UKS, melewati koridor yang sepi karena masih jam pelajaran. Beberapa murid memang terlihat di lapangan, sibuk dengan pelajaran olahraga.

Gilang terus memimpin jalan, sementara aku masih mencoba mengerti apa yang sebenarnya terjadi dan kenapa tiba-tiba jadi ke UKS.

\~\~\~

Begitu sampai di UKS, tanpa banyak bicara lagi, aku langsung rebahan di salah satu tempat tidur yang ada. Sementara itu, Gilang mulai ngobrol dengan Bu Narti, penjaga UKS.

Aku enggak terlalu denger apa yang mereka omongin karena pikiran ku lagi melayang-layang dan rasanya otak ku udah kayak di-blender.

Setelah beberapa saat, Gilang mendekat ke tempat tidur dan bilang, "Alisa, aku balik kelas dulu ya," dengan nada yang cukup serius.

Aku cuma bisa mengangguk dan balas, "Oh, iya. Makasih, ya."

Gilang cuma senyum tipis terus dia langsung cabut, meninggalkan aku sendirian di sana.

Tak lama setelah itu, Bu Narti datang mendekat ke tempat ku rebahan. Dengan suara lembut, dia bertanya, "Mbaknya udah sarapan?"

"Udah, Bu," jawab ku.

Bu Narti melanjutkan dengan nasihat, "Lagi musim hujan harus jaga kesehatan, ya."

Aku cuma bisa mengangguk sambil berusaha mendengarkan dia. Bu Narti kemudian memeriksa suhu tubuh ku dan tekanan darah, terus memberikan beberapa tablet obat yang langsung ku minum begitu diberikan.

Setelah minum obat, aku memutuskan untuk rebahan lagi, mencoba merilekskan badan dan pikiran yang tiba-tiba jadi kacau.

Aku baru aja mau coba buat tidur dan menenangkan diri ketika tiba-tiba tirai di sebelah tempat tidur ku dibuka.

Sambil mengerling ke kanan, aku mencoba ngelihat siapa yang ada di sebelah ranjang ku, dan ternyata itu Rian.

Kami berdua saling tatap cukup lama, mata ku menangkap ekspresi kebingungan di wajahnya.

"Lu sakit?" tanya Rian dengan nada yang terdengar agak kaku.

Itu pertanyaan yang mungkin keluar dari kekhawatiran atau cuma kepo.

"Em," aku cuma bisa menjawab sekenanya sambil mengalihkan pandangan dari matanya dan menarik selimut sampai leher, mencoba menyembunyikan kegelisahan ku.

"Serius?" Dia terdengar kaget.

Rian kemudian bangkit dari tempat tidurnya dan mendekati ranjang ku, tapi dia cuma berdiri di samping ranjang, menatap ku tanpa banyak gerakan.

Tangannya seakan-akan ingin ngecek suhu tubuh ku, tapi dia terlihat ragu, mungkin takut keliatan enggak sopan atau terlalu mengganggu.

Sikapnya itu malah bikin suasana jadi agak canggung. Rian terlihat seperti dia ingin membantu atau setidaknya menunjukkan empati, tapi enggak yakin harus ngapain.

"La, lu ngapain disini?" tanyaku.

Rian menyunggingkan senyum kecil saat aku tanya dia ngapain ada di sini.

"Bolos," jawabnya singkat, tapi ada semacam kejujuran yang santai dalam suaranya.

Dia langsung menarik sebuah kursi ke samping ranjang ku dan duduk, tampak nyaman seakan ini ruang tamu rumahnya.

Dia kemudian melontarkan pertanyaan ke aku, "Lu udah pernah bolos?" Nada bicaranya ringan, kayak ngajak ngobrol biasa aja.

"Belum," jawab ku dengan jujur.

Seumur hidup aku sekolah, aku belum pernah sekali pun bolos. Aku juga tipe yang selalu berusaha ngikutin aturan dan enggak pernah bikin masalah sampai kena omelan guru.

"Anak baik," komentarnya, masih dengan nada yang santai, tapi sekarang ada semacam penghargaan dalam suaranya.

Dia menahan senyumnya, tapi tetap aja lesung pipitnya yang ikonik kelihatan, menambah kesan ramah di wajahnya.

1
Amelia
halo salam kenal ❤️🙏
Atika Norma Yanti: salam kenal juga ya😄
total 1 replies
Anita Jenius
5 like mendarat buatmu thor. semangat ya
Anita Jenius
seru nih mengangkat masalah pembullyan.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!