He Is Mine

Setelah memutuskan sambungan telepon dengan Abel, Mom Laura langsung menelpon anak sulungnya. Bodoamat jika Victor sedang sibuk, yang penting adalah Abel. Sekalipun Victor di pecat, dia akan tetap kaya, kan? Jadi tanpa pikir panjang Mom Laura segera menghubungi anaknya itu.

Dengan rasa malas tingkat dewa, Victor menuruti ucapan sang mommy. Dia pun mengganti seragam pelayannya dan minta izin untuk keluar sebentar. Untung saja boss nya tidak banyak tanya.

Victor menuju cafe Abel lebih dulu untuk mengambil bekalnya, setelah itu dia tancap gas menuju kediaman Abel. Hari ini Victor memakai motor ninja nya, jadi lebih cepat sampai.

Entah dari mana Victor tau alamat rumah Abel, tanpa bertanya pada si gadis, Victor sudah sampai di depan gerbang yang menjulang tinggi dan begitu mewah.

Rupanya Abel sudah menunggunya di teras. Gadis itu duduk di kursi roda yang mempermudahkannya dalam bergerak.

Victor pun segera menghampiri dan menyerahkan tote bag kecil itu.

"Lain kali jangan merepotkan orang," ucap Victor dengan nada datarnya.

"Terimakasih. Kak Victor boleh pergi." Jika biasanya dia memaksa Victor untuk singgah, kali ini dia terang-terangan mengusirnya.

Sebelah alis Victor terangkat mendengar ucapan gadis itu. Ya meskipun dia hendak pergi juga, tapi aneh rasanya jika Abel tak menawarinya untuk singgah lebih dulu.

"Kau mengusirku?" Pertanyaan itu terlontar begitu saja dari mulutnya.

"Ya... Kak Victor tidak akan mampir juga kan?" jawab Abel dengan nada ragu. Ia rasa tidak ada yang salah dengan ucapannya tadi karena Victor pasti tidak mau mampir.

Victor terdiam menatap Abel yang sedari tadi tak mau menatapnya. Hatinya tak terima dengan sikap gadis itu padanya.

Victor pun mengangguk. "Ya, kau benar," ucap Victor.

"Aku pergi," katanya lagi. Setelah itu dia benar-benar pergi dari hadapan Abel.

Pria memakai hoodie hitam itu melajukan motornya dengan kencang tanpa peduli dengan kendaraan yang berusaha menyingkir.

Siall! Harusnya aku senang. Batinnya.

Di balik helm full face nya mata elang itu menatap tajam ke depan.

Abel pun terdiam. Dia menunduk menatap tote bag kecil yang ada di pangkuannya.

"Harusnya aku memaksa Kak Victor singgah dulu tadi," ucapnya menyesal.

Abel pun meminta pelayan untuk mendorong kursi rodanya menuju ruang tengah. Untungnya dia cepat-cepat meminta kursi roda pada pelayan tadi, bersusah payah mereka menurunkan Abel dari lantai atas menuju lantai dasar menggunakan kursi roda itu.

Karena menghargai perjuangan Mom Laura membuatkan makanan untuknya, Abel pun langsung memakan makanan itu sambil menonton TV.

****

Malam harinya setelah makan malam, seperti biasa semuanya berkumpul di ruang tengah alias ruang keluarga.

Abel duduk di tengah-tengah kedua kakaknya sambil bermain game di ponselnya. Mulutnya menerima suapan kripik kentang dari Kenzo.

"Zayn, besok mommy mengundang Mala untuk makan malam bersama. Jadi jangan coba-coba beralasan lembur dan tidak ikut makan malam," ucap Mom Velyn.

Abel mendongak menatap kakaknya. "Semangat PDKT nya kak!" ucap Abel menyengir.

Gadis itu menoleh pada Kenzo. "Mana calon kakak iparku? Kenalkan padaku juga. Ah! Bagaimana kalau kakak undang dia juga untuk makan malam besok?" saran Abel.

Mom Velyn mengangguk setuju. Bahkan bibirnya tersenyum lebar.

"Mommy setuju!" ucapnya. Mom Velyn menatap daddy untuk meminta pendapat dan Dad Liam hanya menganggukkan kepalanya.

"Yes!" seru Abel dan Mom Velyn.

"Jangan lupa ya kak!" Tangan mungil itu menepuk-nepuk pundak kekar Kenzo.

Zayn dan Kenzo menghela nafas melihat ke antusiasan kedua wanita kesayangan mereka.

Mau apalagi? Mereka hanya bisa menurut saja. Ingin menolak pun rasanya tak mungkin.

Abel kembali fokus main game. Kenzo pun kembali menyuapi kripik kentang untuk adiknya.

****

Victor berdiri di depan pagar balkon kamarnya. Matanya menatap langit malam yang dihiasi bulan purnama. Bintang-bintang bertaburan membuat langit semakin indah.

Hari ini dia sengaja pulang lebih awal dengan alasan tak enak badan. Padahal hatinya yang sedang tak enak.

Victor kembali memutar kejadian beberapa hari lalu. Saat dia dan Abel berada di posisi yang begitu intim. Sepertinya dia sedang tidak waras waktu itu, hingga membuatnya tanpa ragu untuk melakukan hal yang di luar nalarnya.

"She is very dangerous," gumamnya masih dengan mata yang menerawang jauh ke depan sana.

Trans: (Dia sangat berbahaya)

"Aku bahkan tak pernah berpikir akan bertemu manusia aneh sepertinya," gumamnya lagi. Sedetik kemudian dia terkekeh kecil.

Manusia aneh, tapi berhasil membuatnya hilang kendali.

"Gadis itu benar-benar berbahaya."

Victor pun masuk ke dalam kamar dan menutup pintu balkon.

Besok dia masih harus bekerja. Ia tak ingin kesiangan hanya karena memikirkan si Anabel.

****

Mawar adalah wanita yang pernah satu sekolah dengan Victor. Wanita itu tergila-gila pada Victor, bahkan sampai mengikuti kemanapun Victor pergi.

Untungnya beberapa tahun kemudian, Mawar terpaksa ikut orang tuanya ke luar negeri dan tinggal di sana. Mendengar kabar itu, Victor sangat senang karena tak ada lagi yang mengganggunya.

Namun sialnya, Mawar tiba-tiba kembali dan malam itu adalah malam pertama kali Mawar kembali mengusik Victor setelah sekian lama. Hal itu membuat Victor kesal dan refleks membentak Abel dan mengeluarkan kata-kata yang tidak pantas.

Dan hari ini, pagi-pagi Victor sudah dibuat pusing oleh wanita itu. Entah darimana Mawar tau jika dirinya bekerja di restoran. Mawar datang hanya untuk mengunjunginya dan memaksanya agar mau makan malam bersamanya nanti.

"Aku tidak akan pergi sebelum kau mau menerima ajakan ku!" ketus Mawar. Dia pura-pura marah agar Victor mau menerima ajakannya.

Victor mengabaikannya dan segera berlalu ke dapur.

"VICTOR!" pekik Mawar membuat seluruh pengunjung pagi itu menoleh ke arahnya. Para pelayan pun langsung menatap Victor seolah pria itu yang bersalah.

Victor menggeram kesal. Dia masih terus melanjutkan langkahnya.

"Cris, urus dia," titahnya pada Cris yang berdiri di dekat pintu dapur.

"A-apa? Kenapa aku?" Cris linglung.

Victor hanya menatapnya datar dan segera masuk ke dapur tanpa menghiraukan Mawar yang mengejarnya.

"Victor!" panggil Mawar hendak menerobos masuk ke dapur, namun Cris segera menahannya.

"Maaf nona. Pengunjung tidak boleh masuk ke area dapur," tegur Cris sesopan mungkin.

"Kau tidak tau siapa aku, hah? Berani-beraninya kau melarang ku! Bahkan aku bisa membeli restoran ini kalau aku mau!" ucap Mawar dengan nada tidak terima.

"Peraturan tetap peraturan, nona. Jika anda masih nekat masuk, kami tidak segan-segan memanggil scurity," ucap Cris lagi.

Mawar menggeram kesal. Dia menghentakkan sebelah kakinya dan segera pergi dari restoran itu dengan wajah tertekuk.

Victor akhirnya bisa bernafas lega. Setidaknya pengganggunya sudah pergi. Untungnya Cris bisa mengusirnya.

"Dari mana kau dapat wanita sejenis itu?"

***

JANGAN LUPA PENCET JEMPOLNYA YAAA🥰🥰