Keisha seorang jurnalis baru yang naif berusaha menulis tentang grup boys band yang lama hiatus.
Ketertarikan antara mereka terjadi karena sejumlah kepentingan.
Apakah mereka tetap berjuang bertahan bersama jika akhirnya suatu rahasia kelam terungkap?
Ngga ada pelakor, ngga ada perempuan sirik. Yang ada hanya berusaha menggambarkan kekelaman hati manusia. Karya pertama author ini.. Bagian depannya author koreksi karena biar nggak ngambang.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sophie Nara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Vera hamil
Konser The Indigo berjalan dengan megah dan meriah. The Indigo kembali berjaya setelah lama mati suri. Reza pun lega karena dia sudah menuntaskan janji ke paman Thomas untuk bersedia tampil walaupun jadwal kegiatannya terseok seok. Untungnya perusahaan dalam posisi stabil sehingga tidak terlalu membebani pikirannya.
Penampilannya yang memukau telah mendongkrak penjualan produk-produk dari perusahaannya. Sejumlah tawaran mengalir juga ke seluruh anggota The Indigo untuk tampil di media sosial.
Euphoria kemeriahan konser agak mereda setelah 1 bulan kemudian di media sosial. Keisha sudah tidak diburu-buru Pak Pramono untuk mewawancarai terkait hal ini. Dia sekarang ditugaskan untuk membantu team Riski untuk membuat artikel tentang Bersih Sungai yang di canangkan pak Bupati yang sedianya dilaksanakan awal bulan besok.
Kesibukan itu tentu saja mempengaruhi intensitas pertemuannya dengan Reza.
Drrrt..
Pesan:
Pak Reza.
"Kei, video call bentar dong"
^^^Keisha. ^^^
^^^Masih jam kerja, Pak. Nanti aja pas istirahat. ^^^
Reza
Kangen. Kamu video call atau saya ke kantormu?
^^^Keisha^^^
^^^Om om pemaksa. Aku ke rooftop bentar.^^^
Keisha pamit ke Riski yang masih sibuk dengan draft wawancara ke beberapa instansi. Acara Bersih Sungai memang akan dikampanyekan besar-besaran.
"Ki, aku pergi bentar ya.."pamit Keisha yang langsung jalan ke tangga rooftop.
Rooftop The TimeNews memang tempat yang enak untuk menyepi. Dari atas terlihat kota tempat Keisha tinggal. Dan di timur jauh, Keisha bisa melihat bagian atas kantor Reza walaupun cuma terlihat titik jendela saja.
"Kei, ke kantor dong.. Aku kangen. Sibuk ke lapangan mulu kayaknya"ucap Reza sambil menatap Keisha.
"Besok aku free.. Mau dibawain apa?"
"Apa aja deh..yang penting mau itu"
Keisha tersenyum setelah video call an itu. Dia mulai beranjak dari duduknya ketika dari pintu Rooftop keluar Vera dan Riski.
Mereka langsung berjalan ke arah lain.
"Ve, tolonglah mengerti. Aku mau tanggung jawab."ujar Riski sambil mencium tangan Vera.
Vera membiarkan Riski mencium tangannya dan mengelus perutnya yang masih datar itu.
"Aku ngga butuh Ki. Sudahlah!"
"Tapi Ve, kamu itu lagi ha..mil."ujar Riski pelan walaupun Keisha masih bisa mendengarnya.
"Trus kenapa?"ucap Vera sambil tertawa dan melipat tangannya di depan dadanya. Dia membuang muka dan memilih melihat pemandangan daripada memperhatikan Riski yang berlutut di depannya.
"Jangan keras kepala begini Ve, Anak itu butuh bapak, Tolong mengertilah!"ujar Riski sambil berusaha memberikan pengertian ke Vera.
"Memangnya kamu yakin ini anakmu? Kamu tau aku Ki, aku ngga melakukan sama kamu saja. Itu tidak jadi soal juga. Yang pasti, bayi ini milikku."kata Vera sambil tertawa.
"Apakah punya Yodha, Ve?" tanya Riski sambil bangkit dari berlututnya.
"Entah, ngga penting juga bagiku. Yang penting bayi ini milikku!"tegas Vera santai seperti tidak ada beban di hidupnya.
Riski emosi dan langsung turun.
"Hai, Kei. Sudah lama disitu?" sapa Vera membalikkan badan ke arah Keisha yang dari tadi mematung. Keisha tadi bingung. Mau tetap disitu kemudian bersembunyi atau mau turun namun Vera ada di depan pintu turun. Akhirnya dia mematung saja.
"Eh iya mbak. Maaf klo jd nguping soalnya tadi bicaranya keras."ujar Keisha salah tingkah.
Vera tersenyum. "Makan rujak Kei?" kata Vera menawari rujak sambil duduk selonjoran.
Keisha dengan hati-hati duduk di sebelahnya. "Mbak hamil?"tanyanya sambil ikut mencomot rujak mangga muda itu.
Fffiuhhh asem n pedesss.
"Iya. Sudah 2 bulan rupanya. Anak ini besok menemaniku terus. Saya jadi punya keluarga disini!"kata Vera.
"Riski ya?"tanya Keisha. Terbayang suara Vera dan Riski yang sedang berpacu ketika saat itu sedang ditelpon Keisha.
"Bukan kurasa. Jika kamu bertanya apakah milik Yodha, aku juga tidak tau. Pergaulanku memang sebebas itu sih!" keluhnya.
"Besok mbak seorang diri membesarkannya. Apa itu tidak masalah?"tanya Keisha hati-hati. Dari pernyataan Vera ke Riski tadi, nampaknya Vera tidak ambil pusing dengan keadaannya yang tengah berbadan dua itu.
"Tidak juga. Daripada saling curiga ini anak siapa, abis itu harus tes DNA. Setelah itu dengan berdasar tes itu tanggung jawab di limpahkan? Ayah aku aja meninggalkan aku ketika masih kecil walaupun jelas di laporan tes DNA aku ini anak kandungnya."ujar Vera dengan jelas. Tampak ada rasa sakit dalam setiap ucapannya.
"Jika salah satu dari mereka tanggung jawab dengan menafkahi, its OK aku terima. Jika tidakpun, Aku baik2 aja." Vera tetap berkeras seperti itu dan bersikap santai seolah bukan masalah besar.
Keisha kembali ke kubikelnya. Dia menatap Riski yang menyedot thai tea boba dalam-dalam.
Kemudian Keisha menatap foto ibu dan dirinya ketika piknik 1 tahun yang lalu di pantai di dinding kubikel. Di sebelahnya, foto keluarganya ketika masih lengkap ketika ia masih berusia sekitar 9 tahun. Foto terakhirnya bersama Papanya. "Papa, aku berharap papa sebenarnya masih hidup!"desahnya lirih.