Nama ku Andine, aku adalah salah satu ketua geng preman cewek yang di segani. Hidup ku berantakan. Ayah ibu ku cerai, kakak- kakak ku tidak peduli dengan ku. Mess-up lah pokok nya. Jadi wajar saja jika jalan ini yang aku tempuh akhir nya.
Pertarungan antar geng, itu mah soal biasa bagi ku! Siapa sih yang tidak tahu Andine. Mau itu cowok atau cewek, aku tidak peduli. Kau menjadi musuh ku? Maka siap-siap kau akan ku hajar.
Hingga suatu ketika sebuah kecelakaan terjadi pada ku. Motor yang biasa aku kendarai tiba- tiba saja Rem nya Blong, Dan aku tidak sengaja menabrak seorang anak SMA yang sedang melintas di depan ku. Jalanan licin karena saat hujan di tambah lagi motor yang tidak dapat aku kendalikan, membuat aku tidak bisa menghindari nya.
Dan BOOOOM! Tidak ada yang aku ingat lagi setelah nya. Namun satu hal yang pasti, saat aku terjaga aku bukan diri ku lagi. Tiba - tiba aku malah sudah masuk ke tubuh siswa SMA yang aku tabrak tadi?
Apa yang sedang terjadi? Ini bukan tubuhku!!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kak UPe, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 30- ALIF?
Saat akan memasuki kantin sekolah, Alice melepaskan pegangan tangannya dari putranya. Dia takut putra yang beranjak dewasa itu malu jika bergandengan tangan dengannya.
Tapi siapa sangka Alan malah mengambil kembali tangan sang ibu dan meletakkannya ke posisi semula.
"Loh?" seru Alice kaget tidak menyangka dengan apa yang Alan lakuan.
"Loh apaan, ma?" Tanya Alan pada sang mama. Dia saat ini benar- benar cuek dengan banyak mata yang melihat ke arah mereka ketika mereka masuk ke kantin. Secara kan anak bujang jarang banget nih yang mau digandeng tangannya ama ibu mereka. Apalagi di tempat rame.
"Kamu gak malu, Lan?" bisik Alice ke putranya.
"Malu kenapa ma? Mama itu kan mama aku. Wajarlah kalau mama gandeng tangan aku kayak gini. Kecuali yang gandeng tangan aku tuh tante tante gak jelas baru aku malu." Jawab Alan sekenanya.
Alan ini memang selalu saja punya banyak jawaban. Entah siapa yang sebenarnya dia tiru nya. Alice kah atau Rey? atau jangan - jangan kakek buyut nya dari sebelah Rey.
Bicara soal kakek buyutnya ALan, Alice jadi teringat saat pertama kali dia bertemu dengan kakek buyutnya Alan.
"Loh? mama kok malah senyam senyum sendiri?" Tanya Alan pada ibunya.
"Mama tiba - tiba ingat kakek buyut kamu. Kamu besok ikut sama mama ya, Lan? Mama mau nyekar ke makam kakek Robert." Ucap Alice yang jadi sedih karena kakek yang sangat menyayangi nya itu kini sudah tiada.
Walau pun Alicia hanyalah istri dari cucu Robert Arthur, tapi Robert sangat menyayangi Alice. Malah mungkin lebih sayang ke Alice ketimbang ke cucu Robert sendiri.
"Ya, besok Alan temani mama nyekar ke kubur kakek buyut. Hmm, mama mau makan apa?" Tanya Alan karena mereka sudah sampai di depan deretan kantin di sekolah Alan.
"Cireng ada gak, Lan?" tanya Alice yang wajah nya auto berubah sumringah setelah melihat sederetan makanan yang menggunggah selera.
"Cireng? Hm - ada yang jual gak ya?" Alan pun jadi ragu untuk menjawab ada atau tidak ada makanan yang mama nya minta. Soal nya, sia sendiri belum pernah mengeksplore seluruh isi kantin ini.
"Kita tanya aja, ya? Kalau tidak ada nanti kita cari menu lain saja." Ucap Alan.
Alan dan Alice pun masuk ke salah satu kantin.
***
"HM- benar gak ya ini kelas nya?" Tanya Andhine dalam hati sambil mengintip ke sebuah kelas.
"Hannah? Kamu ngapain disini?" tanya seorang cowok berwajah tampan dengan tatapan yang teduh.
"Deg..."
"Deeg.."
"Deeg.."
Andhine merasakan jantung milik Hannah berdegup kencang. Namun perasaan yang muncul kali ini tidak sama dengan apa yang Andhine rasakan ketika bertatapan dengan Atta tadi.
Jika saat menatap Atta tadi Andhine merasakan rasa takut memenuhi hati Hannah, namun saat menatap cowok yang ada di depannya ini, Andhine malah merasakan rasa sedih yang tidak terkira. Saking sedihnya, Andhine sampai- sampai ingin menangis.
"Aduh! Kenapa lagi ini?? Kenapa jadi mengharu biru seperti ini?" Gumam Andhine dalam hati.
"Hei kamu kok diam aja Hannah?" tanya cowok tadi sambil menyentuh lengan Andhine. Dan tepat d saat itulah Andhine baru sadar, kalau ternyata cowok itu tidak nyata. Sebab tangan cowok itu tembus begitu saja saat mencoba menyentuh lengan Hannah.
Seketika Andhine teringat dengan kata- kata Atta. "Kau tidak ingin apa yang terjadi pada Alif juga terjadi pada Alan atau pun Dikta kan?
"Alif? Apa jangan- jangan cowok ini Alif?" tebak Andhine dalam hati.
Dan saat Andhine menyebut nama Alif jantung Hannah pun kembali merespon. Hal ini memperkuat dugaannya jika cowok yang ada di depannya benar adalah Alif.
"A- alif?" Panggilnya, wala pun masih ada ragu- dugaannya benar atau salah.
"Astaga!! Kau baru sadar kalau aku adalah Alif?" Seru si cowok yang seperti nya masih tidak sadar kalau dunianya dan dunia Andhine telah berbeda.
"Ya Tuhan! Apa cowok yang ada di depan ku ini tidak sadar kalau dia sudah meninggal dunia?" Tanya Andhine dalam hati, dan tidak bisa berkata apa- apa.
Bukan rasa takut yang ada di dalam dirinya saat ini tapi rasa sedih yang sulit untuk dia jabarkan.
Hati Andhine benar- benar seperti kran bocor. Semua air matanya mengucur deras ke dalam sana tanpa dapat dia tahan.
"Hannah? Apa kau datang mencari Atta?" tanya seorang cowok tiba-tiba.
Andhine pun tersentak karena panggilan si cowok yang tiba-tiba tersebut. Dan seketika itu pula Alif menghilang dari pandangannya. Untuk sepersekian detik, Andhine mencari keberadaan Alif tapi Alif benar- benar telah menghilang.
"Hann??" panggil cowok yang barusan sekali lagi.
"Hm- ya. Aku mencari Atta. Kamu lihat Atta?" tanya Andhine pada cowok itu. Dalam logika Andhine, jika cowok itu mengenalnya dan tahu kalau dia datang untuk mencari Atta maka sudah pada cowok ini adalah teman Atta.
"Bentar ya aku panggilin." Cowok itu berlari masuk ke dalam kelas untuk memanggil Atta.
***
"Hannah?" panggil Atta sumringah, keluar dari kelasnya tidak lama setelah cowok yang manggil Atta tadi pergi meninggalkan Andhine.
Mata Andhine reflek menoleh ke Atta saat nama Hannah dipanggil oleh Atta. Dan perasaan takut itu kembali menyeruak keluar lalu mulai menggentayangi hati dan pikiran Andhine.
"Sial! Hannah masih saja tetap takut pada nih curut! Cowok ini pasti sudah sangat jahat pada Hannah!" Tukas Andhine. geram.
"Tenang Hannah! Akan ku balas semua perbuatan biadabnya padamu." ujar Andhine.
"Hem- apa kita bisa bicara sebentar Atta? Ada hal penting yang ingin aku bicarakan ke kamu." Ujar Andhine, menekan semua rasa takut di dalam hati Hannah.
Atta menajamkan matanya melihat ke arah Andhine, dengan nada curiga dia pun bertanya," Hal penting? Hal penting apa? Katakan saja."
"Hm- Jangan di sini. Aku tidak bisa leluasa jika bicara di sini." Ungkap Andhine.
"Kalau begitu kau mau bicara di mana?" tanya Atta dengan santai. Dia sama sekali tidak berpikiran macam- macam dengan ajakan Hannah yang sebelumnya tidak pernah terjadi.
" Di atas. Di roof top sekolah." Jawan Andhine.
"Oke. Ayo." Atta pun berjalan lebih dulu menuju roof top dengan diikuti oleh Andhine di belakangnya.
makasih udah up kak upe..🥰🥰💪