NovelToon NovelToon
Catatan Hanna

Catatan Hanna

Status: tamat
Genre:Teen / Tamat / Keluarga / Persahabatan / Kontras Takdir
Popularitas:10.6k
Nilai: 5
Nama Author: Rijal Nisa

Saat tidak ada teman yang dapat mendengar keluh kesahnya, Hanna menorehkan semua uneg-unegnya di buku hariannya. Tentang cinta, teman, dan keluarga, semua ada di sana.

Hidup Hanna yang begitu rumit, membuat dia kadang-kadang frustasi, namun dia tetap harus kuat menghadapi ombak kehidupan yang terus menghantam.

Ikuti kisah hidup Hanna di "Catatan Hanna."

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rijal Nisa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kado Ulang Tahun

Matahari belum menampakkan sinarnya, udara juga sangat dingin, aku merasa hembusan angin menusuk sampai ke tulang-tulang, suara kicauan burung terdengar memeriahkan pagi.

Aku mendongak menatap langit, rembulan masih terlihat di balik awan kelabu.

Sejenak aku berdiri di dekat jendela kamar, menikmati sepoi-sepoi angin pagi. Semua pekerjaan rumahku sudah beres, sarapan sudah aku siapkan sejak jam enam tadi. Lantai juga sudah bersih dari debu, tinggal menunggu jam tujuh, dan setelah itu aku tinggal berangkat kerja.

Lama rasanya tidak mengawali pagi seceria ini, entah kenapa setelah mendengar jawaban Rian semalam, hati ini jadi lebih tenang sekarang. Semoga saja Rian dan Ayu memang benar tidak ada hubungan apa-apa, aku tidak mau hubungan ini dipenuhi dengan kebohongan.

"Hanna, kamu enggak sarapan dulu?" terdengar suara ibu bertanya di belakangku.

Aku yang masih berdiri di depan jendela hanya mengangguk dan tersenyum.

"Ceria banget hari ini, kenapa? Pasti karena semalam ya?" tanya ibu menebak.

"Iya, Bu. Hanna jadi lebih yakin sekarang, semoga aja Rian memang jodoh Hanna."

"Amin." Ibu tersenyum.

"Ayo kita sarapan, Bu! Hanna sebentar lagi mau berangkat kerja." Aku menarik gorden jendela kamar, membiarkan angin dan sinar mentari masuk, lalu mengajak ibu untuk segera pergi ke ruang makan.

Perutku sudah mulai lapar, kami berjalan menuju dapur.

Setelah selesai sarapan, aku berpamitan pada ibu. Di luar, mbak Santi sudah menungguku. Perempuan itu mengembangkan senyumannya kala melihat aku yang sudah keluar dari rumah sambil membawa bekal makan siang.

"Tumben ada dua?" tanya mbak Santi.

"Kita kan berdua, Mbak," jawabku, aku jadi bingung saat melihat senyuman mbak Santi yang penuh misteri itu.

"Yang bener aja buat, Mbak? Kamu yakin?"

"Lalu buat siapa lagi dong?"

"Udah ah, naik aja! Nanti kamu juga tahu sendiri bekal itu untuk siapa." Mbak santi menepuk jok motornya menyuruh aku naik, namun senyuman itu tak hilang juga.

"Mbak, senyumanmu..."

"Kenapa dengan senyuman aku, Hann. Jangan bilang kalau kamu tergoda," seloroh mbak Santi.

"Nyebelin tahu!" sungutku, mbak Santi malah ketawa.

"Mbak tahu, Hann. Kamu sengaja nyiapin bekal itu untuk Erick kan?"

Wah, kali ini tebakannya salah, mbak Santi salah paham sama aku. Mungkin dia pikir aku suka sama bang Erick, tentu saja aku tidak punya rasa apa-apa sama dia.

"Mbak, ayo kita berangkat! Ngobrol sama kamu enggak ada habisnya." Aku langsung duduk di belakang mbak Santi sambil memegang bekal makan siang.

"Mbak, sisanya aku transfer aja ya!" pekik Gadis setelah berada di luar tokonya mbak Santi, dia membawa satu kantong plastik besar berisi jajanan dan beberapa barang lainnya. Gadis meletakkan semua barang itu dalam mobilnya, aku ikut membantu membawa dua kardus mie instan milik Gadis.

"Oke! Oh ya, jangan lupa bilang sama papa kamu bayaran belanjaan kemarin sekalian dilunasi ya!"

"Iya, Mbak."

"Taruh di mana ini, Gadis?"

"Sini, Mbak! Biar Gadis taruh di belakang aja." Gadis mengambil dua kotak mie instan yang berada di tanganku.

Aku berbalik arah hendak masuk kembali, namun malah dicegat lagi sama Gadis.

"Tunggu, Mbak!"

"Apa lagi?"

"Makasih." Gadis tersenyum ke arahku.

"Kirain ada apa, ternyata mau ngucapin itu doang. Iya, sama-sama." Aku balas tersenyum.

Senyuman Gadis yang tadi begitu lebar menghiasi wajah cantiknya, mendadak hilang begitu melihat ke belakang punggungku. Kenapa? Aku langsung menoleh ke belakang, penasaran saat melihat muka Gadis yang berubah jadi masam.

"Ayu?"

Ternyata ada Ayu, dia datang sambil membawa sebuah kotak yang dihiasi pita pink di atasnya. Aku sudah tau itu kado untuk siapa dan dari siapa, tadi pagi Rian sudah memberitahukan kalau kado untukku bakal dia titipkan sama Ayu. Namun, kenapa wajah Gadis berubah begitu Ayu datang? Otakku kembali berputar dengan ribuan tanda tanya.

"Hann, aku ke sini cuma mau ngasih kado dari Rian buat kamu." Ayu memberikan kado itu padaku, aku menerimanya dengan senyum lebar.

Aneh, Ayu malah terlihat tidak senang, senyumannya juga terkesan dipaksakan.

"Harusnya kamu enggak usah repot-repot bawain kado ini, Yu. Aku kan bisa ambil sendiri nanti setelah pulang kerja," ucapku.

"Enggak apa-apa, Hann. Aku enggak ngerasa direpotin kok. Kebetulan aku juga baru pulang dari kampus," ucap Ayu. Dia melirik ke arah Gadis, tatapannya aneh saat menatap Gadis. Sama halnya dengan Gadis, mereka berdua punya masalah apa sih?

"Makasih ya, Yu. Oh ya, kamu enggak mau masuk dulu?"

"Enggak, aku lagi buru-buru."

"Sekali lagi makasih ya."

Ayu hanya mengangguk, dia kembali naik ke atas sepeda motornya dan berlalu dari hadapan kami.

Ayu sudah berubah, dan semua itu terlihat jelas. Dia tidak seperti Ayu yang aku kenal dulu, Ayu yang begitu perhatian sama aku, Ayu yang banyak bicara tiap ketemu, dia selalu punya banyak cerita saat di depanku.

Sekarang satu pesan dari aku, rasanya sangat sulit untuk dibalasnya. Aku menemukan Ayu yang berbeda dari sosoknya.

"Kamu sahabat dia kan, Mbak?"

Pertanyaan Gadis membuat aku semakin curiga, karena di akhir pertanyaan itu dia tersenyum sinis.

"Kalian berdua punya masalah apa?"

"Ah iya... Gadis pulang dulu, mama pasti sudah nunggu Gadis," ucap Gadis, dia sengaja menghindar.

Aku tersenyum kecut, tidak mengatakan apa pun saat Gadis masuk ke mobilnya. Orang-orang di sekitarku, mereka sepertinya punya rahasia yang tidak bisa aku ketahui.

Setelah kepergian Gadis aku juga masuk lagi ke dalam.

"Apa itu, Hann? Kado dari bang Erick ya?" tanya mbak Santi menggoda.

"Enak aja, ini dari Rian tau." Aku mendelik ke arah mbak Santi.

"Hihihi..." Mbak Santi malah ketawa cekikikan.

"Mbak, kenapa bang Erick enggak datang hari ini?"

Mbak Santi yang sedang sibuk menghitung uang pemasukan hari ini, kembali menatap ke arahku.

"Kamu rindu ya? Cie cie---"

Ya elah, bukannya dijawab, perempuan ini malah bikin aku salah tingkah. Emang salah ya kalau aku bertanya, siapa sih yang enggak penasaran.

"Bukan rindu, Mbak. Hanna cuma penasaran aja."

"Dia suka sama kamu, Hann."

"What?" Jangan ngada-ngada deh, Mbak." Aku jadi kesel dibuatnya.

"Hann, Erick cuma kerja di sini pas kamu enggak ada, dia cuma bantuin mbak doang. Masa iya sih dia kerja di sini, dia juga punya toko sendiri, dia sibuk, Hann," jawab mbak Santi, "nah, itu kado kok bisa ada sama Ayu?" sambung mbak Santi bertanya. Dia menyipitkan matanya menatapku.

"Panjang ceritanya, Mbak."

"Bu, Arman lagi butuh buat bayar uang pak Anto yang enggak cukup. Ibu punya uangnya enggak?"

Aku baru saja pulang kerja, rasa lelah belum sepenuhnya pergi. Kini harus mendengar rengekan bang Arman meminta uang sama ibu, hal ini membuat aku naik darah.

"Man, ibu enggak punya uang segitu."

"Bu, Ibu kan bisa jual emas-emas itu sebentar. Nanti uangnya juga Arman ganti," rayu bang Arman.

Aku langsung masuk tanpa salam, menatap lelaki yang sekarang duduk di dekat ibu dengan wajahnya yang sedih.

"Man, semua emas ibu sudah ibu jual, Sebagian buat bayar hutang ayah kalian. Yang lainnya lagi kan sudah dipakek abang kamu buat bangun rumahnya," jawab ibu.

"Kenapa harus minta lagi sama ibu? Kenapa enggak minta sama kak Riri? Bukankah istri Abang itu sangat baik, dia mau melakukan apa pun untuk Abang, termasuk bantuin Bang Arman bayar hutang. Lagian dia juga ikut menikmati uang itu kan?"

"Hann, abang minta maaf sama kamu. Abang sudah salah, tapi tolong jangan bersikap seperti itu, saat ini abang bener-bener butuh uang. Abang janji kalau kali ini bakalan gantiin uang kamu, kamu punya tabungan kan?"

Bang Arman malah gantian memohon sama aku, mudah sekali dia minta maaf setelah pertengkaran hebat hari itu. Dia bahkan tak pernah sekali pun membela aku, selalu aku yang disalahkan, meski yang salah adalah istrinya sendiri.

"Aku dan ibu sama sekali enggak punya uang. Sebaiknya Bang Arman pulang dan minta sama kak Riri!"

"Dia enggak punya juga, Hann."

"Kalau kamu berani minta emas dari ibu, kenapa enggak minta juga emas kak Riri? Nanti kan juga dibayar lagi."

"Hann, kamu kan tahu gimana pelitnya Riri. Aku sudah mencoba meminta emas dia, tapi dia malah marah-marah dan mengusir aku dari rumah. Aku enggak mau ribut-ribut, Hann. Malu didengar tetangga," ucap bang Arman. Dia juga sama enggak malunya, masih punya muka aja buat minta bantuan sama ibu, padahal dia sendiri yang mengatakan kalau disuruh milih, dia lebih milih istrinya. Tapi lihat sekarang? Saat dia butuh, apa istrinya mau membantu, tentu tidak. Nyatanya bang Arman harus kembali pada ibu.

Aku melengos, rasanya untuk mendengar suaranya aja aku sudah muak apalagi harus melihat wajahnya.

"Hann, tolong bantuin abang, Hann. Abang butuh dua juta lagi," ucap bang Arman, dia mengiba di depanku.

Aku beralih menatap ibu, ibu pun sama. Aku memang benci, tapi aku tak bisa mendendam, meski setelah bang Arman menikah kami kerab kali bertengkar, namun saat dia sedang dalam masa terjepit seperti ini, aku juga ikut merasakannya.

"Aku enggak punya uang, Bang." Aku berniat masuk dalam kamar, namun bang Arman malah menahan tanganku.

"Hann, tolong abang untuk kali ini aja. Kamu bisa kan nyari pinjaman di mana gitu, atau enggak coba kamu minta sama mbak Santi, tempat kamu kerja itu."

1
* bunda alin *
dan indah pada waktu nya 🥰
P 417 0
semoga kita semua selalu di berikan kesehatan ,kebhagiaan dan keberkahan/Pray//Pray/
P 417 0
hmmm.bner2 di tamatin/Sleep//Sleep/
P 417 0
perasaan yg mbulet/Drowsy/
* bunda alin *
tap tap tap ..
P 417 0
tamat/Sleep/
* bunda alin *
tegang bgt ,, 😱
P 417 0
/Drowsy//Drowsy/tuh kan akibatnya klo terlalu baik
P 417 0
/Proud//Proud//Proud/hmmm bner2 polos
P 417 0: ntah/Silent/
🥑⃟Riana~: apanya yg polos/Sweat/
total 2 replies
P 417 0
/Facepalm//Facepalm//Facepalm/rekomendasi yg bgus
P 417 0
ajaran yg baik bkl jdi baik hasilnya/Smile/
* bunda alin *
malang nya Hanna,,, selalu di hinggapi hal yg tdk terduga
ayo donk .. kapan Hanna bisa bahagia ... 💜
P 417 0
hmmmm .berarti ada dalng lain juga/Speechless/
🥑⃟Riana~: Anda/Shame/
P 417 0: sapa🙄
total 4 replies
P 417 0
oooo.ternyata bgas /Sleep//Sleep/
🥑⃟Riana~: hooh 🤧
total 1 replies
P 417 0
sapa sih sebnernya/Drowsy//Drowsy/
P 417 0
ooh tk kira abis gitu aja/Facepalm//Facepalm/
P 417 0
sepertinya obrolan di atas sedikit kurang mnurt aku/Silent/
🥑⃟Riana~: Harus ditambah lagi? kamu aja yg nambah kk/Sweat/
total 1 replies
* bunda alin *
tq sdh up ,, next thor
P 417 0
kita udah berapa tahun ya🤣🤣🤣🤣
P 417 0
/Facepalm//Facepalm//Facepalm/klo ngliat di reel mngkin lbh seru kali ya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!