NovelToon NovelToon
Dihamili Tuan Impoten

Dihamili Tuan Impoten

Status: tamat
Genre:One Night Stand / Hamil di luar nikah / Menikah Karena Anak / Disfungsi Ereksi / Tamat
Popularitas:1.9M
Nilai: 4.8
Nama Author: Alif Irma

Hani tidak punya pilihan lain selain menerima tawaran pekerjaan dari sahabatnya, yakni menjadi pelayan di sebuah Villa mewah. Namun nasib naas malah menimpanya di villa mewah itu.

"Katakan, siapa yang sudah menghamilimu?" seorang wanita paruh baya langsung melabraknya.

"Laki-laki yang burungnya mati suri" Hani mengatakannya dengan judesnya di depan semua orang.

Yuk simak kisahnya hanya di cerita Dihamili Tuan Impoten!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alif Irma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 12

"Bibi, bibi bangun"

Tanpa pikir panjang Hans langsung menghampiri para korban kecelakaan.

"Kita harus segera membawanya ke rumah sakit" ucap suara berat seseorang membuat Hani langsung menoleh melihat kearah sang empunya.

Betapa terkejutnya Hani melihat pria bajingan yang sudah merenggut mahkotanya berdiri di hadapannya.

"Pergi bajingan! sebelum aku membunuhmu!" teriak Hani dengan tatapan penuh kebencian.

"Aku hanya ingin menolong bibi mu" ucap Hans lalu berjongkok untuk meraih tubuh bibi Hani, namun dengan cepat Hani mendorongnya.

"Jangan sentuh bibiku, pergi!" ucap Hani dengan suara meninggi, dia bahkan mengusir Hans dengan emosi.

"Dasar wanita keras kepala" gumam Hans, namun tidak menyurutkan niatnya untuk menolong bibi Hani.

Tanpa basa-basi Hans lalu berjongkok dan langsung mengangkat tubuh bibi Hani yang sudah bersimbah darah. Dia tidak peduli makian Hani semakin menjadi-jadi bahkan sampai memukuli punggung kekarnya berkali-kali. Namun tetap saja Hans tidak menghiraukannya.

Pengendara lain hanya mampu menjaga penonton melihat pertengkaran mereka tanpa ada yang berani mendekat untuk menolongnya.

Hans berhasil memasukkan bibi Hani ke dalam mobilnya, sedang Hani kembali berusaha untuk mengeluarkan bibi nya dari dalam mobil Hans.

Dengan cepat Hans mencekal kedua tangannya lalu memojokkan tubuh Hani di pintu mobilnya.

"Kamu bisa memaki ku dan memukuliku setelah ini. Tapi jangan halangi aku untuk menolong bibi mu!" ucap Hans dengan sorot mata tajam.

"Aku tidak sudi di tolong pria bajingan sepertimu!" maki Hani dengan mata memerah membuat Hans geram dan langsung mengikat kedua tangan Hani menggunakan dasinya. Jujur saja Hans merasa iba melihat kondisi Hani yang juga terluka, namun dia tidak ingin wanita itu menghalangi jalannya untuk menolong bibi nya.

"Apa yang kamu lakukan, lepaskan aku" Hani memberontak berusaha melepaskan ikatan dasi ditangannya, dengan cepat Hans mengangkat tubuhnya layaknya karung beras lalu memasukkannya ke dalam mobilnya.

"Turunkan aku!"

Hani terus memberontak di dalam mobil, sedangkan Hans langsung melajukan mobilnya menuju rumah sakit terdekat.

Setibanya di rumah sakit, Halimah segera dibawa ke ruang UGD untuk mendapatkan pertolongan pertama. Sementara Hani hanya mampu menangis menatap bibi nya terbaring lemah di atas tempat tidur yang sedang ditangani oleh dokter.

Hans terus memandangi wajah Hani, dia tidak bisa melihat wanita itu menangis. Ingin rasanya dia meraih tubuh Hani lalu memeluknya dengan erat. Tapi itu hanya angan-angannya saja.

"Bagaimana kondisi bibiku, dok" tanya Hani kepada dokter yang sedang menangani bibi nya.

"Pasien mengalami patah tulang dibagian kaki kanannya, kita harus segera melakukan operasi" jelas Dokter wanita itu kepada keluarga pasien.

"Lakukan yang terbaik dok, berapapun biayanya saya siap menanggungnya" ucap Hans bersungguh-sungguh demi keselamatan ibu Halimah.

Sementara Hani terlihat shock mendengar ucapan dokter barusan. Dia tidak bisa berkata-kata hanya air mata yang terus bercucuran membasahi pipinya.

"Ibu Halimah mengalami pendarahan yang cukup serius. Diminta kepada keluarga pasien untuk mendonorkan darahnya, kebetulan stok darah A+ di rumah sakit ini hanya tersisa satu kantong. Kami membutuhkan dua kantong lagi darah A+" jelas perawat yang ikut membantu dokter menangani pasiennya.

"Ya Tuhan, golongan darahku tidak sama dengan golongan darah bibi, bagaimana ini" ucap Hani khawatir yang memang golongan darahnya tidak sama dengan bibi nya.

"Saya siap mendonorkan darah untuk ibu Halimah, kebetulan golongan darah saya A+" ucap Hans dengan entengnya membuat Hani langsung menoleh kearahnya.

"Baik, mari tuan" ucap perawat tadi dan meminta Hans untuk mengikutinya.

Hani hanya mampu menatap punggung Hans yang semakin menjauh dari pandangannya hingga tak terlihat lagi. Sedangkan bibi nya dipindahkan ke ruang operasi.

Sementara Hani dibawa oleh perawat ke ruang tindakan untuk diobati lukanya. Padahal Hani sempat menolak untuk diobati karena dia lebih mengkhawatirkan kondisi bibinya daripada khawatir dengan kondisinya sendiri.

Setelah itu, Hani mulai menunggu di depan pintu ruang operasi, dia tak henti-hentinya memanjatkan doa untuk bibi nya. Semoga operasi bibi nya berjalan dengan lancar.

Tak berselang lama kemudian, terlihat Hans melangkah dengan penuh kharisma menghampirinya. Hani sempat mendongak menatap wajah pria itu, lalu kembali mondar-mandir di depan pintu ruang operasi, seolah keberadaan Hans tak ada di sekitarnya.

Dertt.... Dertt

Hans menghela nafas panjang mendengar ponselnya berdering, dia sudah tahu siapa yang meneleponnya sekarang. Hans memilih menjauh, tanpa basa-basi Hans langsung mengangkat panggilan masuk dari ponselnya.

"Ada apa Thomas?" tanya Hans di ujung telepon.

"Tuan Hans, saya sudah berada di bandara sejak satu jam yang lalu. Jadwal keberangkatan tuan akan...." Thomas tidak melanjutkan ucapannya karena Hans langsung memotongnya cepat.

"Batalkan keberangkatanku hari ini, kita bisa mengaturnya esok lusa" ucap Hans tak ingin di bantah.

"Tapi tuan, kita sudah melakukan janji bertemu dengan para investor asing. Jika tuan membatalkannya, saya tidak yakin mereka mau bekerjasama dengan perusahaan kita atau tidak. Keputusannya ada di tangan anda" ucap Thomas menjelaskan di ujung telepon.

"Sial! Baiklah, aku akan segera ke bandara" ucap Hans dengan terpaksa. Padahal dia ingin sekali menemani Hani di rumah sakit dan membantu segala keperluan wanita itu.

Kemudian Hans menghampiri Hani yang terlihat duduk di kursi tunggu. Dia pun ikut duduk di kursi tepat disamping Hani, refleks Hani langsung bangkit dari duduknya.

"Aku sangat tulus membantumu. Mengenai kejadian tempo hari, aku sungguh minta maaf" ucap Hans dari lubuk hatinya yang terdalam, sedang Hani tidak meresponnya sama sekali.

"Aku harus pergi, jika kamu butuh sesuatu tak perlu sungkan untuk mengabari ku. Nomorku tertera di sini" ucap Hans sambil menyodorkan kartu namanya kepada Hani.

Sementara Hani sama sekali enggan untuk mengambil kartu nama pria bajingan yang sudah melecehkannya. Dia bersikap acuh dan tak ingin lagi melihat wajah pria bajingan itu.

Walaupun pria itu sudah menolong bibi nya, tetap saja perasaan benci masih mendarah daging dalam relung hatinya dan sangat sulit baginya untuk memaafkan perbuatan pria bajingan itu.

Tampak Hans sangat kecewa melihat sikap Hani kepadanya, namun dia sadar diri atas apa yang sudah diperbuat kepada wanita itu. Hans berjanji pada dirinya sendiri akan berusaha keras untuk mendapatkan maaf dari Hani.

"Aku doakan semoga operasi ibu Halimah berjalan dengan lancar" ucap Hans dengan tatapan hangatnya dan Hani hanya diam membisu.

Hans menjadi serba salah, dia pun meletakkan kartu namanya di kursi tunggu lalu melangkah pergi.

Beberapa jam kemudian, pintu ruang operasi terbuka lebar dan muncullah dokter yang menangani ibu Halimah.

"Dok" panggil Hani dengan mata berkaca-kaca, dia tak tahu harus mengatakan apa kepada dokter.

"Operasinya berjalan dengan lancar. Untuk sementara pasien belum bisa ditemui. Anda bisa menemuinya setelah pasien dipindahkan ke ruang rawat inap" ucap Dokter itu menjelaskan.

"Alhamdulillah, terima kasih dok" ucap Hani dengan mata berkaca-kaca. Dia merasa lega mendengar penjelasan dari dokter. Lalu dokter itu pamit undur diri dari hadapannya.

Tak sengaja pandangan Hani tertuju kearah lantai, dimana sebuah kartu nama tergeletak di lantai. Hani lalu berjongkok mengambil kartu nama yang diyakini milik pria bajingan itu. Hani ingin membuang kembali kartu nama itu, namun dia menjadi bimbang. Dengan terpaksa dia menyimpannya ke dalam saku celananya.

"Aku menyimpannya sementara, setelah ini kan ku buang ke tempat sampah" gumam Hani.

Diluar dugaan, Hans yang belum sepenuhnya pergi dari rumah sakit tampak tersenyum melihat kearah Hani yang sedang menyimpan kartu namanya.

Bersambung....

1
Ima Kristina
sudah tamat ya
Ima Kristina
waduh waduh semuga Erlang bisa segera diselamatkan
Ima Kristina
horang kaya kok manggilnya bibi .... aunty atau Tante kan lebih bagus thor
Ima Kristina
next
Ima Kristina
Sebenarnya Andrew ada rasa sama Feni tapi kenapa hobby selingkuh
Ima Kristina
Andrew hobby kok selingkuh
Ima Kristina
Mendingan pisahan saja daripada harga diri sebagai istri dan wanita diinjak injak suami sendiri
Ima Kristina
Semuga kedepannya tidak ada pengganggu dalam rumah tangga Hans dan Hani
Ima Kristina
makin seru y
Ima Kristina
Semuga debay dan mamanya baik' saja
Ima Kristina
Alhamdulillah akhirnya mama Miranda beneran sadar dan menerima Hani sebagai menantunya
Ima Kristina
Semuga nyonya miranha tidak kenapa napa
Ima Kristina
Evelyn benar benar cari mati ....
Ima Kristina
semuga Hani dan debay baik' saja
Ima Kristina
siap yang ditabrak Hani ya Thorr
Ima Kristina
Hani dan Hans sama sama salah belum tahu duduk masalahnya sudah berantem duluan
Ima Kristina
astaga.....nasib Hani dan Feni kok ya sama ... diperkosa dulu baru menikah /Facepalm//Facepalm/
Ima Kristina
penasaran sebenarnya berita apa yang ingin disampaikan Hans
Ima Kristina
Evelyn cari masalah di rumah mewah gitu pasti ada cctv kan
Ima Kristina
Andrew jadi cowok kok matre juga padahal sahabatan sama Hans harusnya kan minta ganti rugi sesuai kerusakan mobilnya ini malah ngelunjak
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!