NovelToon NovelToon
Penyihir Di Dunia Aura

Penyihir Di Dunia Aura

Status: tamat
Genre:Tamat / Reinkarnasi / Sistem / Epik Petualangan / Ruang Bawah Tanah dan Naga / Akademi Sihir / Perperangan
Popularitas:60.3k
Nilai: 5
Nama Author: BlackMail

Aku adalah Arthurian Merlin, pengkultivasi sihir iblis yang melampaui batas kemampuan manusia. Aku menolak kedewaan dan berkeliaran di Bumi sebagai Iblis Amarah. Seorang pria yang membuat sungai darah mengalir disetiap langkahnya.

Banyak perang terjadi dari langkahku, tetapi pemenangnya tetap sama. Aku adalah orang yang kejam dan Iblis di antara segala Iblis. Semua pembantaian itu semata-mata demi melampiaskan dendamku terhadap tujuh Dewa dan kuil penyokong mereka yang telah menghancurkan keluargaku.

Namun, apa ini? Mengapa penyihir Iblis tersohor sepertiku bangkit di tubuh pemuda yang lemah ini? Lalu, mereka tidak menggunakan sihir di sini?

Aku, Arthurian Merlin, sang Iblis Amarah yang mencatat sejarah dengan darah, bangkit kembali di dunia yang berbeda.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon BlackMail, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 22 : Melawan Pahlawan

Saat Arthur berbalik dari Kiara, wajahnya yang murah kini menjadi keras kembali. "Lawanku adalah Pahlawan, aku tidak boleh membiarkannya mendapatkan arus balik." Dari sudut pandang Arthur, kekuatan sejati milik para Pahlawan benar-benar menyebalkan. Dalam situasi tanpa harapan contohnya, mereka secara ajaib mampu bangkit kembali seperti mayat hidup dengan membawa sesuatu yang baru.

Keberuntungan yang aneh dan kekuatan perasaan. Melawan Pahlawan sangat tidak menyenangkan khususnya Pahlawan yang bisa meniru segalanya. Hal paling menyebalkan dari Pahlawan adalah bahkan sebuah dorongan kecil pun bisa membuat mereka berkembang. "Seandainya dia bukan sepupuku, aku akan membunuhnya atas dasar iri hati."

"Pisau lempar dan perisai lengan, ya? Jadi, apa ini artinya kamu sudah mendapatkan senjata yang sesuai dengan gaya bertarungmu, adik?" Arkam menatap dengan sinis saat Arthur memasuki arena.

Matanya penuh dengan keangkuhan, sama seperti gadis yang ia lawan sebelumnya. Arthur dengar keduanya tergabung dalam satu nama yang disebut, Tujuh Naga dan Tujuh Phoenix. "Anak-anak berbakat dikelompokkan dalam satu tempat, pantas saja mereka menjadi congkak." Arthur membatin.

"Dengar, adik bungsu. Aku akan memberimu saran karena kamu hanya anak kecil. Kamu tidak bisa hidup dengan mata seperti itu. Kamu mungkin berpikir tidak melakukan apapun yang salah dan menganggap dunia tidak adil, tetapi begitulah kenyataannya. Persoalan dunia tidak selalu ditentukan apakah seseorang melakukan hal yang benar atau salah, tapi..."

Arkam mengoceh menceramahinya dan itu membuat Arthur dikuasai oleh amarah. Namun, tidak seperti kehidupan sebelumnya, di sini dia tidak benar-benar memiliki iblis yang hidup di dalam tubuhnya. Setidaknya untuk saat ini.

Jadi, jika pria ini ingin beradu lisan dengannya, dia akan menghadapinya. "Jangan berdiri di sana jika kamu tidak ingin bertarung. Aku bukan orang yang sesenggang itu sampai-sampai harus melayani omong kosongmu."

Arkam menelan ludah pahit saat dia memaksakan wajahnya untuk tersenyum. Perutnya terasa terbakar saat urat lehernya mulai menegang. Arthur dengan malas mengulas sikap kakak sepupunya yang kekanakan. Melihat bagaimana dia bersusah payah menahan diri, pria itu pasti belum cukup disiplin secara mental. Lalu, sepertinya dia juga tidak bisa menahannya lebih lama.

Arkam menyatukan kedua tangannya di depan dada dan memberi hormat yang keras saat dia meminta, "Aku, Arkam Al Mahesa, dengan rendah hati meminta untuk sparing dengan, Arthur Al Mahesa!" Arkam awalnya hanya berniat untuk menakuti Arthur sedikit, tapi dia berubah pikiran setelah kalimatnya dipotong dan diabaikan. Dia akan serius dari awal.

"Saya, Arthur Al Mahesa, menerima sparing yang diajukan oleh, Arkam Al Mahesa." Dengan begitu, kepala keluarga memberi isyaratnya untuk memulai pertarungan.

"Lebih baik kamu tidak menurunkan penjagaanmu." Arkam menarik kedua pedang pendeknya. "Aku tidak akan memberimu ampun, aku tidak mau membunuh saudaraku sendiri." Mata birunya menjadi tajam saat dia bertekad.

Menanggapinya, Arthur memilih untuk memprovokasi. Dia dengan mata yang malas berkata, "Iya, baiklah. Cepatlah dan segera akhiri ini. Aku lelah, ini pertarunganku yang ke empat hari ini, aku ingin beristirahat." Dia memainkan pisaunya di udara dengan santainya.

Arkam menundukkan kepalanya saat ekspresi kasarnya tidak bisa lagi iya sembunyikan. Suasana disekitarnya berubah, aura yang kokoh dan berpendar mengalir dari tubuhnya menuju ke bilah pedangnya. Arthur menggigit bibirnya, rasa dengki merayap di jantungnya. Tekanan yang luar biasa ini membuatnya teringat saat-saat dia masih menjadi Arthurian Merlin dan berduel dengan Pahlawan Cahaya, Raymoon Stuart.

Saat Arkam mulai bergerak menerjang, lantai marmer yang mahal meledak menimbulkan garis panjang yang lurus menuju Arthur. Gerakan menusuk yang frontal. Namun, tidak bisa dihadang. Arthur melempar pisaunya yang sudah dikaitkan dengan benang sihir, menancapkannya ke tiang, dan menarik tubuhnya ke atas.

"Selesai."

Arkam berhenti tepat di ujung Arena, dan seolah sudah memprediksi gerakan musuhnya, dia mengubah gerakannya dan menerjang Arthur yang masih melayang di udara. Arkam berniat adu cerdas melawan Arthur karena dia tahu bahwa adik bungsunya itu berniat menarik perhatian sang kakek dengan kepintarannya.

Sayangnya, dia tidak tahu apa-apa tentang Arthur. Dia tidak tahu seberapa banyak pengalamannya dan seberapa banyak ahli strategi yang sudah ia lawan.

Di masa lalu, selain dikenal sebagai guru besar ilmu sihir, Merlin juga dikenal dengan sebutan, 'Petarung Genius', dan itu bukan tanpa alasan. Dia menghitung segala macam hal yang membentuk sebuah pertarungan dengan matematika kemudian mengaplikasikan fisika dalam setiap tindakannya.

Dia tipe orang yang lebih mengandalkan pengetahuan dan pengalamannya dalam pertarungan daripada kekuatan mentah. Meski tidak sempurna, dia selalu bisa mengendalikan gelombang yang datang.

Arthur melebarkan dan menebalkan benang sihirnya untuk membuat pijakan, dia melompat di udara, menghindari tebasan silang Arkam, dan menendang dagu pria itu dengan keras. Sehingga Arkam harus kembali ke tempat awal ia berdiri.

"Apa ini? Mustahil, apa barusan dia mengubah bentuk Eksternal Auranya? Setelah pelepasan? Memangnya hal itu mungkin!?"

Setelah kejutan singkat dan gigitan bibir yang keras, Arkam tidak berhenti, dia kembali menyerang dan menebaskan pedangnya dengan kekuatan yang lebih luar biasa. Arthur memiliki tubuh yang lemah, satu kali saja serangan menyentuhnya, Arkam yakin Arthur akan langsung hancur. "Namun, mengapa tidak kena? Rasanya menyebalkan! Apa dia membaca gerakanku?"

Apa yang saat ini Arkam rasakan sama seperti yang Harish rasakan. Arthur tidak cepat, tetapi selalu dapat menghindar. Meskipun terlihat seperti Arkam yang mendominasi pertarungan, tetapi hanya dia yang terkena pukulan. Seolah ditelanjangi, Arkam merasa ngeri dengan mata merah yang penuh kesombongan itu.

"Aku harus menghancurkan mata itu, tapi... bagaimana caranya? Dia menggunakan benang Aura itu untuk melompat di udara, sedangkan aku terbiasa menggunakan serangan horizontal. Sekalinya kena pun, itu bukan serangan yang telak dan selalu dihadang oleh perisai lengan menyebalkan itu. Apa ini benar-benar mungkin? Dia cuma bertarung sekali, tetapi sudah menemukan senjata yang tersinkronisasi sempurna dengan gaya bertarungnya?"

Mentalitas Arkam tersudut. Di depan genius yang sesungguhnya, dia tampak seperti batu gunung yang congkak dan tidak berharga.

Arkam tersentak sejenak ketika pukulan sekali lagi mendarat di dagunya. Dia yang agresif kini menjadi lebih tenang. Arkam sadar bahwa dia hanya akan dipermalukan jika terus menganggap dirinya lebih tinggi daripada Arthur. Dia akan serius mulai sekarang dan akan mengeluarkan semuanya. "Maaf atas kebodohanku sebelumnya. Aku mengakuinya, kamu... setara dengan penyandang gelar tujuh Naga." Sesuatu yang asing, mulai menyala di dalam hatinya.

Suasana arena menjadi sangat riuh pada saat itu. Para tamu undangan mulai berdatangan setelah mendengar kekalahan sang Phoenix dari Haynes. Tadinya mereka tidak mengharapkan apa-apa, tetapi semua berbeda ketika pertarungan dimulai.

Di awali dengan fakta bahwa yang mengalahkan Diana adalah si kutu buku. Lalu, Arthur yang mewujudkan Eksternal Aura serta kontrolnya yang luar biasa, dan bahkan mampu melakukan pertarungan yang setara dengan Ksatria Aura bintang lima. Siapa yang pernah mengira bahwa si bungsu yang diabaikan akan bangkit sebagai Naga?

1
abdillah musahwi
auto kakeknya kena serang mental
/Grin//Grin//Grin//Grin/
abdillah musahwi
ahli hukum Yang Jaran/Shy//Facepalm/ kuda dong /Grin//Grin//Grin//Grin/
abdillah musahwi
diana-diana kau terlalu sombong dan jumawa, ingat dilangit ke satu masih ada langit diatas dan jangan menilai sampul buku kalo belum membaca isinya atau melihat didalamnya
abdillah musahwi
Thor, ini sponsornya yach/Chuckle/
abdillah musahwi
hai Thor, saya mau coba baca dulu yach
Ibrahim Rusli
sumpah untuk cerita di awal chapter terlalu nge bacot tapi endingnya keren Thor ..🤘🏻🤩 siiip boleh lanjut s2
Ibrahim Rusli
cerita ini tentang dunia sihir or dunia politik sih ..
Ibrahim Rusli
terlalu banyak menjelaskan dirimu Thor lebih baik langsung ke cerita nya saja jadinya terkesan nge bacot doang
Tiar
wowww....mantap
Cecek
otw thorr
Buang Sengketa
lanjutannya ubah nasib Shirley
REZI™~™
gass min semangat lanjutkan
Cecek
gas thorrr
blood moon
nggak sabar nunggu S2nya 😭
MR LA
lanjutkan kan Thor nanggung banyak konflik Ama pahlawan
black reaper
MC nya malah tidur,gak guna bangat
Buang Sengketa
Shirley jadi makhluk jenis apa ya
Buang Sengketa
kasihan Shirley..ganas kali Arthur 😁
syirubin nadzri
up Thor semangat
syirubin nadzri
bau bau ehem ehem nih
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!