Linka tidak menyangka jika pernikahannya dengan kekasihnya Dilan yang awalnya sudah direncanakan matang harus berakhir dengan kepedihan. Ia terima harus terima nasibnya untuk menikah dengan pria tua karena menggantikan sepupunya Tiara yang menolak perjodohan itu.
Yang lebih menyakitkan lagi yaitu sepupunya memaksa ibunya untuk menikahinya dengan mempelai pengantin pria yang merupakan calon suaminya Linka.
"Aku tidak akan menikahi pria tua yang ayah jodohkan padaku," tolak Tiara.
"Tapi, pria itu adalah lelaki kaya yang akan membuat hidupmu bahagia. Lagipula ia tidak akan hidup lama dan kau hanya mengambil semua warisan yang ditinggalkannya," ucap nyonya Widia.
"Bagaimana kelanjutan cerita ini. Apakah Linka harus menerima pengantin pria yang merupakan calon suami sepupunya ataukah ia harus kabur dari pernikahan itu?"
"Ikuti ceritanya sampai habis...!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sindya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
22. Sakit
Tekanan demi tekanan dari luar membuat Linka akhirnya tidak kuat menyelesaikan masalahnya sendiri. Perusahaan milik orangtuanya yang harus ia selamatkan bukan karena dirinya tapi lebih kepada banyak perut manusia yang bergantung pada perusahaan itu. Itu yang menjadi bebannya saat ini.
Jika dalam waktu dekat perusahaan itu tidak pulih, maka akan diumumkan secara resmi di depan pers dan Linka tidak siap melihat kekecewaan di mata para karyawan mendiang ayahnya itu.
"Ya Allah. Apa yang harus aku lakukan untuk menyelamatkan perusahaan papaku? Jika dijual semua aset peninggalan papa, itu juga tidak cukup untuk memulihkan lagi keadaan perusahaan itu.
Jika modalnya saja sempit, maka banyak karyawan harus di PHK. Dan aku akan dikatakan manusia tega oleh mereka," gumam Linka yang memikirkan terus menerus perusahaan papanya.
Sekertaris Fatin dan Vie membesuk bos mereka. Mereka tidak mau terjadi apa-apa dengan Linka. Apalagi masalah yang dihadapi Linka bukan masalah perceraiannya saja.
Tiba di apartemennya Linka, keduanya berpapasan dengan Edgar di lobi apartemen yang memang sengaja menjemput Linka pagi itu.
"Selamat pagi tuan..!" sapa kedua gadis itu pada Edgar secara kompak.
"Pagi...!" balas Edgar ramah namun tetap setia dengan wajah datarnya.
"Apakah tuan mau bertemu dengan nona Linka?" tanya sekertaris Fatin saat mereka memasuki lift yang sama.
"Hmm...!" sahut Edgar seadanya namun matanya menjurus ke layar ponselnya.
"Apakah tuan sudah tahu kalau nona Linka sakit?" tanya Vie menatap wajah tampan pria yang membuat angannya selalu melayang ke ranjang.
"Sakit....?" Edgar menautkan kedua alisnya dan terlihat panik.
"Iya Tuan. Kami takut terjadi sesuatu pada nona Linka karena saat kami telpon maupun chating nona Linka, ia tidak membalasnya sama sekali," sahut sekretaris Fatin terlihat cemas.
Edgar terlihat gusar. Bertepatan dengan obrolan mereka, pintu lift itupun terbuka memperlihatkan lantai unit kamar Linka yang tidak jauh dengan pintu lift. Edgar segera berlari menghampiri pintu kamar utama itu yang diikuti oleh kedua sahabatnya Linka.
"Apakah kalian tahu kode sandi pintunya?" tanya Edgar pada kedua gadis itu mengangguk dengan cepat.
"Tunggu dulu tuan. Sebaiknya kita pencet bel kamarnya dulu. Kalau tidak ada jawaban, itu berarti nona Linka tidak bisa bangun atau pingsan," ucap Vie yang tidak mau disalahkan oleh Linka nantinya jika mereka nekat masuk walaupun mereka sering keluar masuk unit kamar itu setiap kali diminta Linka untuk menemaninya di apartemen itu.
"Cepatlah....! Kalau dalam waktu lima menit, Linka tidak membuka pintu ini, kita masuk," ucap Edgar yang sebenarnya tidak suka dengan saran dari Vie.
Setelah memencet bel beberapa kali, Linka tidak kunjung keluar. Edgar meminta kode sandi pintu kamar Linka pada sekertaris Fatin yang langsung menyebutkan beberapa digit angka.
Edgar dengan gerakan cepat menekannya dan mendorong pintu itu. Langkahnya yang lebar dan cepat mengalahkan kedua gadis itu yang mengikutinya masuk ke kamar pribadi Linka namun dihentikan sekertaris Fatin.
"Tuan. Biar kami saja yang masuk duluan ke kamarnya, nona Linka. Tuan bukan mahramnya nona Linka. Mungkin saja saat ini bagian tubuh nona Linka yang tersingkap dan itu adalah auratnya yang selalu ia jaga dengan baik," ucap sekertaris Fatin mengingatkan Edgar agar tetap menjaga batasannya.
"CK...! Kalian ini merepotkan sekali," sebel Edgar yang mau juga mengalah karena sekertaris Fatin cukup tegas mengingatkan dirinya.
Keduanya mengetuk pintu kamar beberapa kali tidak ada jawaban dan Vie segera membuka perlahan pintu kamar itu dengan sedikit mengintip keadaan didalamnya.
"Nona Linka...! Nona...!" panggil Vie sambil melangkah masuk mendapati kamar itu dengan cahaya temaram dari lampu tidur.
Linka terbaring diatas tempat tidur dibawah selimut. Vie dan sekertaris Fatin mendekati Linka sambil memanggil Linka. Keringat dingin yang menghiasi wajah Linka dengan suhu tubuh makin tinggi.
Dari lapisan baju piyama yang dipakai Linka saja sudah terasa oleh sekertaris Fatin kalau gadis cantik itu saat ini mengalami demam. Vie mengusap dahi dan pipinya Linka yang benar-benar sangat panas.
"Astaghfirullah. Demamnya tinggi banget," ucap sekertaris Fatin.
"Sebaiknya kita bawa nona Linka ke rumah sakit. Aku akan memberitahu tuan Edgar dulu," ucap Vie menemui Edgar.
"Tuan. Kita harus membawa nona Linka ke rumah sakit," ucap Vie.
"Ada apa dengan Linka?" Panik Edgar menghambur masuk ke dalam kamar Linka.
"Demamnya sangat tinggi, tuan."
"Ya Allah. Untung kita datang menemuinya tepat waktu," ucap Edgar segera menyingkirkan selimut yang menutupi tubuh Linka dan menggendong Linka membawanya ke mobil.
...----------------...
Di ruang IGD, Linka diagnosa oleh dokter kalau Linka saat ini mengalami radang tenggorokan dan lambung. Disamping itu pemicunya adalah setress yang berlebihan.
Edgar mendengarkan penjelasan dokter dengan baik. Vie menemani Linka di dalam sementara sekretaris Fatin mengurus administrasi untuk pemindahan kamar inap Linka.
"Aku sudah menduga jika hal ini akan terjadi pada wanita sok kuat itu. Ini semuanya gara-gara kakakku yang bajingan itu. Linka, harusnya akulah yang menikahi mu, bukan dia," sesal Edgar.
Ketika Fatin ingin menemui Linka, dirinya dicegah oleh Edgar. Ia ingin tahu apakah ada hal lain yang dipikirkan oleh Linka selain perceraian yang dialami oleh Linka.
Baru saja Edgar ingin menanyakan keadaan Linka pada sekertaris Fatin, tidak lama kemudian, tuan Alfiansyah datang tergopoh-gopoh ingin melihat keponakan kesayangannya itu. Sekertaris Fatin langsung menghampiri tuan Alfiansyah.
"Fatin. Di mana Linka?" tanya tuan Alfiansyah terlihat sendu.
"Tuan. Nona Linka belum siuman. Dokter memberinya obat penenang agar nona Linka bisa istirahat," ucap sekertaris Fatin.
"Apa yang terjadi pada Linka?" tanya tuan Alfiansyah dijawab oleh Edgar karena dia yang mendengar sendiri penjelasan dokter tentang sakitnya Linka.
"Tuan. Perkenalkan...! Namaku Edgar dan aku adalah adik kandungnya Aslan, mantan suaminya Linka," ucap Edgar seraya mengulurkan tangannya untuk bersalaman dengan tuan Alfiansyah yang sesaat mengingat wajah Edgar yang tidak asing baginya.
"Bukankah kamu teman kecilnya Linka?" tanya tuan Alfiansyah yang berhasil mengingat siapa Edgar.
"Benar tuan. Maafkan saya tuan. Saya juga baru tahu Linka menikah dengan kak Aslan setelah melihatnya di rumah kak Aslan yang ada di Belanda," tutur Edgar.
"Edgar. Seharusnya kamulah yang selama ini aku cari untuk menikahi Linka karena amanat kakakku sebelum dia meninggal.
Namun sayangnya aku tidak tahu keberadaanmu yang sebelumnya dibilang pindah ke Amerika," batin tuan Alfiansyah yang tidak bisa menjalani amanat kakaknya itu.
"Tuan. Sebagai adiknya kak Aslan , saya minta maaf atas tindakan kakak saya yang tiba-tiba menceraikan Linka setelah ia menghilang di hari pernikahannya dan diketahui mengalami kecelakaan helikopter yang jatuh ke dalam laut.
Tiga bulan kami mencari keberadaannya namun hasilnya nihil. Hingga memasuki bulan ke empat, kakak pulang dan beberapa hari kemudian saya mendengar ia ingin menceraikan Linka.
Itulah sebabnya saya di sini untuk memastikan ucapannya," ungkap Edgar secara tidak langsung memberitahu keadaan sebenarnya tentang Aslan membuat tuan Alfiansyah syok.
"Apakah selama Aslan menghilang, kalian berdua sangat dekat?" tanya tuan Alfiansyah.
"Linka selalu menjaga jarak denganku. Dia tahu posisinya sebagai kakak ipar ku. Hanya saja kak Aslan cemburu buta di saat aku ingin mengantarkan Linka ke bandara untuk kembali ke Indonesia karena ia merasa suaminya sudah meninggal dunia.
Tapi saya rasa bukan itu alasannya kak Aslan menceraikan Linka," imbuh Edgar dan tuan Alfiansyah mulai sedikit paham.
"Baiklah Edgar. Mungkin mereka berdua tidak berjodoh. Lagi pula pernikahan mereka terkesan dipaksakan saat itu. Aku bisa memakluminya jika diantara mereka tidak ada cinta. Sekarang aku mau tanya padamu, apakah keberadaanmu di sini, ingin menikahi Linka, Edgar?" tanya tuan Alfiansyah membuat Edgar tersentak.
Deggggg.....
Sukses dan terus semangat ya thor dan juga ditunggu karya lainnya. Sehat selalu author, aamiin.
Ahirnya kisah Linkapun bahagia , Tetap semangat ✊😘😘😘
semangat buat author,, auto jadi subscriber baru