(Warisan Mutiara Hitam Season 3)
Gerbang dimensi di atas Pulau Tulang Naga telah terbuka, menyingkap "Dunia Terbalik" peninggalan ahli Ranah Transformasi Dewa. Langit menjadi lautan, dan istana emas menjuntai dari angkasa.
Chen Kai, kini menyamar sebagai "Tuan Muda Ye" yang arogan. Berbekal Fragmen Mutiara Hitam, ia memiliki keunggulan mutlak di medan yang melanggar hukum fisika ini. Namun, ia tidak sendirian.
Aliansi Dagang Laut Selatan, Sekte Hiu Besi, dan seorang monster tua Ranah Jiwa Baru Lahir memburu Inti Makam demi keabadian. Di tengah serangan Penjaga Makam dan intrik mematikan, Chen Kai harus memainkan catur berdarah: mempertahankan identitas palsunya, menaklukkan "Istana Terbalik", dan mengungkap asal-usul Mutiara Hitam sebelum para dewa yang tidur terbangun.
Ini bukan lagi perburuan harta. Ini adalah perang penaklukan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kokop Gann, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pertemuan di Lembah Cermin
Lembah Cermin bagian dalam terasa jauh lebih tenang dibandingkan kekacauan di luar, namun ketenangan itu adalah jenis yang menyesakkan. Di tengah lembah, terdapat sebuah danau kristal yang permukaannya tidak beriak sedikit pun, memantulkan langit terbalik dengan kejernihan yang menyakitkan mata. Di pusat danau itu, sebuah prasasti batu setinggi tiga meter berdiri tegak, memancarkan cahaya perak yang stabil.
Itulah Prasasti Penyeimbang Gravitasi.
Di sekitar danau, puluhan kultivator dari Aliansi Dagang berdiri dalam formasi pertahanan yang ketat. Mereka mengenakan zirah sutra biru yang seragam, masing-masing memegang senjata tingkat tinggi. Namun, perhatian Chen Kai tertuju pada sosok yang berdiri paling dekat dengan prasasti tersebut.
Seorang wanita dengan gaun putih yang mengalir seperti kabut, matanya ditutupi oleh kain sutra transparan bersulam bintang. Ia adalah Nona Peramal. Di sampingnya, berdiri seorang pria paruh baya dengan aura Inti Emas Tahap Akhir yang tajam, bertindak sebagai pengawal pribadinya.
"Nona, koordinatnya hampir stabil," bisik pria itu.
Nona Peramal tidak menjawab. Jari-jarinya yang lentik menari di udara, seolah sedang memetik benang-benang tak kasat mata di dalam ruang. Setiap gerakannya memicu denyutan cahaya pada prasasti tersebut.
TAP.
Chen Kai mendarat di pinggir danau dengan suara yang sangat pelan, namun di tempat sesunyi ini, itu terdengar seperti ledakan.
Seketika, puluhan ujung senjata mengarah ke arahnya.
"Siapa?!" teriak pria pengawal itu, auranya meledak seketika, menciptakan riak di udara.
Chen Kai berjalan maju dengan santai, tangannya di belakang punggung, mengabaikan ancaman senjata di sekelilingnya. Luo Sha mengikuti di belakang, matanya waspada di balik topeng putih.
"Tuan Muda Ye dari Benua Timur," gumam Nona Peramal, suaranya lembut namun mengandung otoritas yang aneh. Ia berhenti menggerakkan tangannya dan 'menoleh' ke arah Chen Kai meskipun matanya tertutup. "Orang yang memenangkan token dengan harga yang sangat... tidak masuk akal."
"Hanya beberapa batu roh untuk kenyamanan, Nona Peramal," jawab Chen Kai dengan nada meremehkan yang sempurna sebagai Tuan Muda kaya. "Aku tidak menyangka Aliansi Dagang yang besar harus bersusah payah memecahkan kode batu tua ini di tempat yang sesak seperti ini."
"Batu tua ini adalah satu-satunya jalan menuju Istana Terbalik tanpa hancur menjadi debu," sahut pria pengawal itu dengan geram. "Tuan Muda Ye, jika Anda tidak ingin mencari masalah, sebaiknya Anda berdiri di sana dan tidak mengganggu ritual Nona kami."
Chen Kai tertawa kecil. "Mengganggu? Aku justru datang untuk membantu. Dari pengamatanku, kalian telah salah menghitung frekuensi ruangnya sejak awal. Kau mencoba menyeimbangkan gravitasi, padahal yang perlu kau lakukan adalah menghilangkan konsep gravitasi itu sendiri di titik ini."
Mendengar itu, Nona Peramal sedikit tersentak. Kain penutup matanya sedikit bergetar. "Menghilangkan konsepnya? Itu adalah pemahaman yang hanya dimiliki oleh mereka yang menyentuh hukum tingkat tinggi. Bagaimana kau bisa tahu?"
"Aku melihat apa yang tidak bisa dilihat oleh mata biasa," jawab Chen Kai misterius.
Nona Peramal diam sejenak, lalu ia melakukan sesuatu yang membuat seluruh pengawalnya tegang. Ia melepaskan sedikit kekuatan jiwanya—Seni Ramalan Surgawi—untuk mencoba mengintip takdir dan identitas asli pria di depannya.
Bagi kultivator biasa, ini adalah pemeriksaan indra yang tidak terasa. Namun bagi Chen Kai, ini adalah serangan mental yang halus.
WUNG!
Di dalam Dantian Chen Kai, Mutiara Hitam tiba-tiba berputar sekali. Aura Stasis meledak secara internal, menciptakan dinding hampa yang menelan semua persepsi Nona Peramal.
Di dunia nyata, Nona Peramal terhuyung mundur satu langkah. Darah tipis mengalir dari sudut bibirnya yang pucat.
"Nona!" Para pengawal panik.
"Jangan bergerak!" perintah Nona Peramal dengan suara bergetar. Ia menempelkan tangannya ke dadanya, mencoba menenangkan jiwanya yang terguncang. 'Mata'-nya yang tertutup kini menatap Chen Kai dengan horor yang tidak bisa disembunyikan.
"Kosong..." bisiknya. "Takdirmu... tidak ada. Kau tidak memiliki benang di dunia ini. Siapa... siapa kau sebenarnya?"
Chen Kai menyipitkan mata. Ia sedikit terkejut bahwa teknik wanita ini cukup kuat untuk memicu reaksi otomatis Mutiara Hitam.
"Aku adalah variabel yang tidak bisa kau ramalkan, Nona," kata Chen Kai, auranya tiba-tiba menjadi sangat berat, menekan seluruh area danau. "Sekarang, karena kau sudah mencoba mengintip rahasia pribadiku, aku rasa aku berhak mendapatkan bagian dari informasi pada prasasti itu."
Tepat saat ketegangan mencapai puncaknya, sebuah suara tawa serak yang sangat familiar terdengar dari arah hutan batu di belakang mereka.
"Hahaha! Sangat menarik! Nona Peramal yang agung terluka oleh seorang pemuda kaya? Sepertinya perjalanan ini tidak akan membosankan!"
Dari balik kabut, muncul sosok pelayan tua bungkuk dari Ruang Nomor 1. Ia berjalan perlahan, namun setiap langkahnya membuat kristal di danau itu retak. Di belakangnya, melayang sebuah tandu tertutup yang memancarkan aura dingin yang membekukan darah.
"Si Tua dari Ruang 1..." Luo Sha berbisik, tangannya kini benar-benar memegang gagang pedangnya.
Chen Kai tetap tenang. Ia melirik ke arah tandu itu, lalu kembali ke Nona Peramal.
"Sepertinya pesta ini kedatangan tamu tak diundang yang lebih kasar," kata Chen Kai. "Bagaimana kalau kita bekerja sama sebentar, Nona? Aku berikan koordinat yang benar untuk prasasti ini, dan kau pastikan Aliansi Dagang tidak menghalangi langkahku saat gerbang utama terbuka."
Nona Peramal menyeka darah di bibirnya. Ia tahu bahwa pria di depan tandu itu adalah monster Ranah Jiwa Baru Lahir. Di tempat seperti Makam Kuno, memiliki satu sekutu misterius seperti Tuan Muda Ye mungkin lebih baik daripada menghadapinya sebagai musuh.
"Baik," kata Nona Peramal. "Buktikan kata-katamu tentang koordinat itu, Tuan Muda Ye."
Chen Kai tersenyum. Ia mengangkat tangannya, dan cahaya ungu dari Fragmen Ruang berkilat tipis di ujung jarinya. Ia siap menunjukkan sedikit "sihir" spasialnya, sekaligus menyiapkan perangkap bagi siapa pun yang berani mencoba mengambil keuntungan darinya.
Chen Ling