"Jangan paksa Humaira Mi... Aku itu Humaira, Humaira bukan Kak Asyifa yang bisa tahan menutup diri pakai jilbab."
Seluruh keluarganya selalu memaksanya menjadi seperti kakaknya yang muslimah namun Humaira merasa belum siap dan sikapnya tidak pantas untuk di jilbapin.
Akankah Humaira menemukan jati dirinya????
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon shakila kanza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Belajar tangung jawab
"Kamu kenapa sih???" Tanya Bang Aryan kakak sulung bang Ashraf pada Bang Ashraf yang tengah melamun.
"Aku pusing Bang Ar... Gimana Ya caranya dapet duit cepet buat resepsi nikah..." Sahut Bang Ashraf.
"Buat beli rumah sendiri..." Lanjut Bang Ashraf lagi.
"Buat ngasih uang belanjaan bini..." Lanjutnya lagi sambil menopang dagu.
Bang Aryan bukanya menjawab namun justru tergelak setengah mengejek pada Bang Ashraf. "Emang nikah gampang... Kamu sih pake ngebet nikah segala tanpa persiapan..." Sahut Bang Aryan.
"Jadi suami itu gak mudah ya Bang Ash... Harus tanggung jawab lahir batin... Nikahi anak orang itu buat di bahagiain bukan di ajak menderita..."Kata Bang Aryan malah ceramah.
"Makanya kalau belum siap secara materi terus udah siap secara mental ya puasa dulu... Tahan..." Lanjut Bang Aryan lagi.
"Ckkk ini aku udah kadung nikah Bang Ar... Aku butuh solusi... Bukan ceramah..." Kata Bang Ashraf bersungut-sungut.
Semuanya kemudian terdiam mereka hanyut dengan pikiran masing-masing, tak lama kemudian Bang Aryan menyahut. "Resepsi minta sama mama papa aja... Beres... Rumah sementara numpang dulu di rumah orang tua... Sekarang kerja dulu aja buat nabung sama kasih nafkah sebisanya..." Kata Bang Aryan.
"Tadinya aku mau simpel gitu mikirnya Bang... Tapi tu Humaira tidak mau kita ketahuan nikah kalau belum ada resepsi pernikahan... Nah dia itu pengen semua yang cover aku bukan orang tua... Nah uang aku udah menipis... Butuh berapa bulan aku kalau cuma ngandalin bisnis on line...." Kata Bang Ashraf frustasi.
"Udah sana temuin papa cari jalan keluarnya, mungkin bisa kerja di kantor papa dulu... Atau buka bisnis pinjam modal papa... " Kata Bang Aryan yang kemudian di angguki Bang Ashraf, tekatnya udah bulat dirinya akan belajar bertanggung jawab sungguh-sungguh.
Bang Ashraf pun berdiri dan meninggalkan saudara kembarnya itu menuju mobilnya, setelah berada di dalam mobil Bang Ashraf baru tersadar, gimana kalau mobilnya ini di jual terus untuk membeli rumah ala kadarnya, ini mobil kan miliknya hadiah dari opanya saat usianya 17 tahun, kalau tidak untuk biaya resepsi, namun Bang Ashraf kembali merenung, jika untuk resepsi nanti opa sedih tidak ada wujudnya lagi, Akhirnya Bang Ashraf pun mantap ingin menukarnya dengan rumah minimalis saja.
Bang Ashraf pun menelfon Opanya ingin meminta ijin boleh tidak mobil hadiah dari Opa di jual dan di belikan rumah. Bang Ashraf pun berbincang-bincang dengan Opanya, dan Opa pun setuju dengan keinginan Bang Ashraf malah justru mendukung keinginan Bang Ashraf untuk mandiri.
Satu masalah pun sudah terselesaikan, sekarang tinggal meminta kerjaan pada papanya di kantor sementara ini, dirinya mulai dari karyawan rendah dulu, dirinya ingin melalui proses yang baik, sehingga siap jika kelak membuat atau memimpin perusahaan sendiri.
Mobil Bang Ashraf melaju membelah jalanan lalu dirinya memutar musik favoritnya dan ikut menyanyi di dalam mobil untuk memecah kesunyian.
Wajah berseri pipi kemerahan
Engkau digelar Aisya Humaira
Namun bukan inginku bicarakan
Hingga dirimu jadi sanjungan
Tetapi merahnya darah perjuangan
Peniup semangat suami
Khabar al-ifqi satu titik pemula
Telah mencalar kebahagiaan
Fitnah-munafiqun tak kenal sesiapa
Insan yang mulia atau sahaya
Hatta dirimu ummahatul mukminin
Yang setanding al-muqatsirin
Usah ditanyakan mengapa
Lewatnya turun wahyu itu
Bagi membuktikan kepalsuan
Tuduhan seorang pendusta
Tetapi lihatlah hikmahnya
Di sebalik tiap kejadian yang telah berlaku
Tuhan tidak akan pernah mempersia-sia
Ketabahan seorang insan
Dalam mengharungi arus kehidupan
Yang penuh mehna ujian
Takkan terhidu harum mewangi
Jika tak dinyalakan setanggi
Takkan terasa manisnya hidup
Andai tak dilambung gelora
Engkau isteri sejati yang memangku nabi
Saat hujung nyawakan pergi
Sungguh beruntungnya dikau punyai suami
Yang amat mengasihi umatnya
Dia insan yang mulia
Kau semadikannya di ruang kamarmu
Biar pun penampilan Bang Ashraf terlihat begajulan namun lagu-lagu yang di sukai justru lagu-lagu nasyid dan shalawat. Bang Ashraf melanjutkan doa sembari melajukan mobilnya menuju perusahaan Ayahnya.
Humaira nya saat ini mungkin jauh dari kata perempuan pada umumnya, jauh dari kata wanita shalihah yang selalu menutup auratnya, namun Bang Ashraf punya keyakinan kuat bahwa akan tiba masa gadis tomboi yang sudah sah menjadi istrinya itu akan benar-benar menjadi Humaira yang Shalihah.
Bang Ashraf melanjutkan doanya agar hanya dirinya seorang yang bisa menikmati dan memandang aurat istrinya itu, Bang Ashraf juga berdoa agar cinta yang belum tumbuh di hati istrinya itu perlahan tumbuh dan bersemi seperti rasa cintanya yang terus berbunga setiap harinya.
Bang Ashraf memarkirkan mobil saat tiba di perusahaan Papanya nya lalu melangkah menuju ruang direktur yang tak lain Papanya sendiri. Belum juga Bang Ashraf mengucap salam dan mengetuk pintu dari dalam sudah ada suara tegas papanya yang mempersilahkan masuk.
"Masuk...!"
"Assalamualaikum Pa... Eh Ada Mama juga..." Bang Ashraf menyalimi Mamanya terlebih dahulu lalu mengecup perut besar mamanya yang hamil adek bontotnya, baru menyalami Papanya.
"Wa'alaikumusalam..." Jawab Papa Fatih dan Mama Shafiya bersamaan.
"Tumben... udah inget sama orang tua... Mentang-mentang udah nikah lama banget tidak berkunjung ke rumah..." Protes Mama Shafiya sambil merenggut.
"Maaf Ma... Bang Ashraf fokus sekripsi buat cepet lulus... " Alasan Abang Ashraf lalu memeluk Mamanya penuh rindu.
"Kapan dedek lahir...??" Tanya Bang Ashraf sambil berjongkok di depan perut Mamanya.
"Ini masih 7 bulan... 2 bulan lagi kalau tidak maju..." Sahut Mama Shafiya sambil membelai kepala Bang Ashraf penuh rindu, tak menyangka dirinya nyidamnya ingin punya mantu di jawab malam itu juga melalui drama ke gebnya Bang Ashraf.
Bang Ashraf terhanyut dalam belaian halus tangan Mamanya hingga lupa tujuan awal datang ke perusahaan Papanya, hingga lama-lama Papa Fatih cemburu dan mengetok kepalanya. " Kamu udah punya istri... Sana minta belai istrimu jangan Mama..." Kata Papa Fatih lalu menarik tangan istrinya, Mama Shafiya justru tergelak bersama Bang Ashraf, lucu sekali bisa cemburu sama anaknya sendiri.
"Kamu kesini mau apa Bang...???"Tanya Papa Fatih serius, karena sebelumnya dirinya sudah mendapatkan laporan dari Abang Aryan tentang masalah Bang Ashraf.
Bang Ashraf pun menceritakan semua masalah yang di hadapi dan juga keinginan menjual mobil hadiah dari Opa untuk di belikan Rumah minimalis, Papa Fatih dan Mama Shafiya pun setuju dengan keputusan Bang Ashraf, mereka juga ingin tau seberapa besar kemampuan putranya itu dalam bertanggung jawab ketika sudah menjadi suami orang.
"Ok... mulai besok kamu udah boleh magang... Jadi staff pemasaran dulu... Belajar lihat konsumen dan gimana pemasaran kita..." Kata Papa Fatih yang di angguki oleh Bang Ashraf.
Papa Fatih pun meminta Bang Ashraf untuk mengambil motor di rumahnya dan meminta Bang Ashraf untuk meninggalkan mobilnya, agar masalah jual beli rumah juga mobil itu di urus Asistennya supaya lebih cepat, sementara Bang Ashraf di minta fokus pada ujian pendadaran juga pekerjaannya.
***
Yang Bingung siapa aja keluarga Bang Ashraf bisa tengok di novel pertama aku ya, Pelangi Cinta Shafiya 🤗🙏
makin penasaran aja..
cerita bagus.
makin penasaran
coba baca deh
itu lho hatimu dibuka dikit...ada yg mengharap cintamu...
semangat kak ...