NovelToon NovelToon
Bismillah, Aku Ingin Kau Menjadi Adik Maduku

Bismillah, Aku Ingin Kau Menjadi Adik Maduku

Status: tamat
Genre:Tamat / cintapertama / Poligami / Ibu Pengganti / Pengganti
Popularitas:10.4k
Nilai: 5
Nama Author: Hany Honey

“Apa yang ingin kau katakan, Fe?” tanya Arina.
“Bismillah, aku ingin kau menjadi adik maduku, Rin. Aku mohon menikahlah dengan Mas Rafif,” pinta Felisa..
"Tidak, Fe. Aku tidak bisa!" tolak Arina.
"Aku tidak akan menikah lagi, Fe! Dengan siapa pun itu!" tolak Rafif.
Felisa ingin suaminya menikahi sahabatnya, yang tak lain adalah mantan kekasih suaminya. Namun, Rafif menolaknya. Apa pun keadaan Felisa sekarang, dia tidak mau menikah lagi, meskipun dengan mantan kekasih yang dulu sangat ia cintai.
Namun pada akhirnya, Rafif menyerah, dan dia bersedia menikahi Arina, mantan kekasihnya dulu yang tak lain sahabat Istrinya sekaligus Dokter yang menangani istrinya.
Rafii sudah memberikan semua cinta dan kasih sayangnya hanya untuk Felisa. Cinta itu tetap abadi untuk Felisa, meski pada akhirnya Felisa pergi untuk selamanya. Akankah Rafif bisa mencintai Arina, yang sudah rela mengabdikan dirinya untuk menjadi istrinya sekaligus ibu sambung dari anaknya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hany Honey, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 23 : Pergi

Rafif masih saja pada mode diam. Tidak peduli keberadaan Arina, meski Arina sudah berusaha sabar menghadapinya. Arina juga tidak pernah meninggalkan kewajibannya sebagai istri Rafif meskipun selalu diabaikan olehnya. Mengurus rumah, mengurus Abyan, itu adalah tugas Arina sekarang, hingga ia rela meninggalkan pekerjaannya untuk mengabdikan dirinya pada Rafif.

Pagi tadi Rafif juga langsung berangkat bekerja. Seperti biasa ia sama sekali tidak mau menyentuh sarapan yang sudah disediakan oleh Arina. Rafif langsung mendekati Abyan, dan pamit pergi bekerja, tanpa peduli Arina sudah menatakan sarapan, dan mengabaikan panggilan Arina yang menyuruhnya untuk sarapan.

Arina memutuskan itu adalah pagi terakhirnya ia menyiapkan sarapan untuk Rafif. Esoknya ia tidak akan lagi menyiapkan semua itu, daripada setiap hari dia melihat makanan yang tidak dimakan, dan terbuang sia-sia.

**

Semakin lama, Arina sudah tidak bisa menahan kesabarannya lagi, karena hingga lima bulan lamanya setelah Felisa pergi Rafif masih bersikap acuh dengannya. Sering diam dengannya, hanya saat ada ummik atau abah saja Rafif bersikap sedikit menghangat pada Arina. Bagaimana pun ummik dan abahnya Rafif juga sayang dengan Arina, karena sudah mengorbankan pekerjaannya demi Abyan.

Arina tidak mengapa jika dirinya tidak pernah disentuh oleh Rafif, dan diperlakukan sebagaimana layaknya seorang istri. Tapi, Arina tidak bisa terima jika ia selalu didiami oleh Rafif, dan dibilang dirinya sudah mengusai semuanya. Meskipun tidak cinta setidaknya Rafif menghargai keberadaannya yang juga sudah turut merawat Abyan. Hanya itu yang Arina inginkan. Arina tidak muluk-muluk ingin dicintai oleh Rafif, dan dianggap sebagai seorang istri. Tidak. Bukan itu yang Arina inginkan. Arina hanya menginginkan dirinya dihargai keberadaannya. Itu saja.

Sore ini, saat Rafif sedang mengajak Abyan, Arina memberanikan diri untuk pamit pulang. Dia sudah tidak ingin lagi berada di rumah Rafif. Dia juga ingin menyudahi pernikahannya dengan Rafif, toh dirinya masih utuh, belum disentuh oleh Rafif sama sekali.

“Mas, aku mau pamit.” Arina langsung to the point pada Rafif, kalau dirinya mau pulang.

“Kamu mau ke mana? Kok bawa koper?” Tanya Rafif sedikit ketus.

“Pulang, Mas. Balik ke rumah ibu, lalu lusa ke Jakarta, meneruskan pekerjaanku. Aku rasa sudah cukup aku di sini, toh Abyan sudah semakin gede, Abyan sudah sehat, sudah kuat, sudah tidak butuh perawatan khusus lagi. Sudah selesai bukan tugasku di sini?” jawab Arina.

“Duduk sini dulu, Rin.” Rafif mengajak Arina duduk di kursi ruang tamu.

Arina duduk di depan Rafif. Dia menunduk tidak ingin menatap Rafif, apalagi melihat Abyan. Sudah pasti kalau melihat Abyan, dia akan menangis, karena akan meninggalkannya.

“Kenapa mendadak? Kenapa mau pulang?” tanya Rafif.

“Untuk apa aku bertahan di sini, Mas? Lima bulan di sini aku ini rasanya seperti menumpang saja di sini,” jawab Arina.

“Kenapa kamu bilang seperti itu?”

“Kalau mas tidak mencintaiku, aku maklum, aku bisa menerima itu, tapi kalau mas anggap aku ini penguasa di sini? Aku tidak bisa terima ucapanmu itu! Penguasa yang seperti apa maksud mas? Apa aku sudah mengusai untuk merawat Abyan? Apa karena aku sudah ikut mengurus rumah, mengurus keperluan kamu, menyiapkan segala apa yang kamu butuhkan lantas mas anggap aku ini berkuasa? Aku ini istri mas, iya aku sadar aku ini hanya istri kedua, tidak diharapkan oleh mas. Aku ini hanya sebatas pengganti Felisa, yang Felisa pilihkan sendiri untuk mas, aku sadar semua itu mas! Aku mengurus Abyan, aku menyiapkan samua keperluamu, aku mengurus rumah, karena bukan untuk menjadi penguasa di sini, karena itu sudah tugasku sebagai seorang istri, meski aku istri yang tidak pernah kamu anggap! Bukan ingin berkuasa, Mas!”

Arina bicara dengan sesekali menyeka air matanya. Ia sudah tidak bisa membendung lagi sesak di dadanya, dan juga air matanya. “Aku ingin bercerai saja, Mas,” ucap Arina lirih dengan terisak.

“Kamu sadar bicara seperti itu, Rin?”

“Dengan sesadar-sadarnya, Mas,” jawab Arina.

Rafif terdiam, dia mencoba menatap wajah Arina yang sendu. Matanya sembab dan memerah. Arina hanya terisak setelah bicara ingin meminta bercerai saja. Abyan dari tadi bergelayut ingin ikut dengan Arina. Seperti biasa, jika melihat Arina dia langsung ingin ikut dengan Arina.

“Sini sama bunda, Sayang.” Arina meminta Abyan dari pangkuan Rafif.

Arina menciuminya sambil terisak. Ia peluk Abyan, karena hari ini mungkin hari terakhir memeluk, mencium, dan menggendong Abyan. Yang berat bagi Arina bukan meninggalkan Rafif, tapi meninggalkan Abyan. Berat sekali meninggalkan Abyan, bayi yang ia rawat dengan penuh kasih sayang, dan cinta sejak lahir, kini saat usianya hampir enam bulan dirinya harus pergi meninggalkannya.

“Bunda memang bukan yang melahirkan kamu, Nak. Tapi bunda sangat menyayangimu, mencintaimu, seperti anak kandung bunda sendiri,” batin Arina sambil menciumi Abyan.

Abyan seakan tahu bundanya sedang sedih karena akan pergi. Dia menyentuh pipi Arina, lalu tersenyum, seakan menghibur Arina yang sedang menangis.

“Maafkan bunda ya, Nak? Bunda harus pergi, bunda tidak bisa lagi sama Byan. Sama abah ya, Nak? Jangan rewal harus nurut sama abah ya? Bunda pamit dulu ya?” ucap Arina.

“Mas, aku pamit ya? Jaga Byan, Mas. Aku akan urus perceraian kita, biar mas gak usah mengurusnya,” ucap Arina.

Arina memberikan Abyan pada Rafif. Abyan langsung nangis, saat diberikan pada abahnya lagi. Arina tidak bisa menahan isak tangisnya, sakit rasanya mendengar Abyan menangis melihat dirinya pergi. Abyan seakan tahu kalau Arina akan meninggalkannya dan tidak akan kembali lagi. Tangis Abyan semakin kencang, membuat Arina semakin tidak tega untuk meninggalkan Abayan, akan tetapi ia tetap berjalan keluar rumah Rafif. Meninggalkan Abyan dan Rafif.

“Maafkan Bunda, Nak. Maafkan aku, Fe. Aku tidak bisa terus-terusan begini. Abyan sudah gede, sudah sehat, dia tumbuh menjadi anak yang kuat dan pintar. Maaf aku tidak bisa menemani Abyan hingga dia tumbuh dewasa, aku ingin hidup tenang, seperti sebelum bertemu kamu, meskipun aku menderita karena harus melepaskan orang yang aku cintai saat itu, tapi aku merasakan hidup tenang dan bebas, tidak seperti saat ini,” batin Arina.

Rafif hanya diam menatap kepergian Arina. Dia masih terpaku dengan menggendong Abyan yang masih menangis, karena masih ingin ikut dengan Arina. Meski bukan anak kandungnya, Abyan seperti memiliki ikatan batin yang cukup kuat dengan Arina.

Rafif tidak tahu harus bagaimana mendiamkan Abyan saat ini. Abyan masih menangis bahkan minta tolong dengan pembantu di rumah pun Abyan masih menangis.

“Mbak, ini gimana? Kok dikasih susu gak mau?” ucap Rafif panik.

“Mbak Arina di mana, Gus?” tanyanya.

“Pergi, Mbak,” jawab Rafif.

Rafif kebingungan meredakan tangis Abyan, tidak biasanya Abyan menangis seperti sekarang ini. Mau menelefon Ummiknya, dia takut bilang kalau Arina pergi karenanya dan ingin meminta cerai dengannya.

1
Irmha febyollah
KA novel nya di lanjut apa gak kak. kok udh lama gk update
Nety Dina Andriyani
bagus
Nety Dina Andriyani
lanjut kakakkkkk
afaj
woii jgn lama lama woi anak kalian nangis nungguin woh
Uswatul Khasana
lanjut
afaj
🥵🥵
afaj
iya marahin mak
afaj
🥹🥹🥹🥹
Diyah Pamungkas Sari
pisah aja dulu nikah sm yg mencintai tulus. jengkel aq klo prmpuan cm d jdikan pengasuh. apaan
اختی وحی
knp up lma bnget
uchee
💪🏼💪🏼💪🏼💪🏼💪🏼 buat up nyaa
afaj
iya takut kan lu wkkwkwkwkw
Irmha febyollah
kk kalo update jgn lama2.
Reny Dwiseptianingsih
kak up nya jangan lama lama donk..kan jadi penasaran jalan critanya😊
Uswatul Khasana
lanjut
Irmha febyollah
tinggal kan sajalah laki2 kek gtu. untuk apa nungguin nya. laki2 kurang bersyukur.
afaj
mla bgt ngelihatnya
uchee
next
afaj
knp ceitra yg atu g ada lg ya
afaj: ok mb tp nnt d lanjutkan kan mb ? hehe
afaj: ok mb tp nnt d lanjutkan kan mb ? hehe
total 3 replies
Uswatul Khasana
lanjut
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!