Bulan Pembantu Licik

Berinisial J yang terlihat dari luar. Di saat Bulan membuka dompet tersebut tertulis sebuah nama Jessica Elvara, dompet hadiah pertama dari Papanya sekaligus Mama tersayang. Gadis cantik itu membuka setiap sekat di dalamnya sembari merogohnya dengan terburu-buru.

"Mama, ini dompet mama," ucap Bulan sangat pelan dengan suara parau.

Seketika atensi gadis itu tertuju pada pintu kamar di mana pintunya tidak tertutup dengan rapat. Terdengar suara pintu terbuka dari luar, sepertinya suara dari kamar Hana dengan langkah kaki yang menyeret.

"Kenapa, lampunya menyala dan pintunya terbuka," ujar Hana seraya mengusap lembut matanya yang masih mengantuk. Wanita itu berjalan ke ruangan itu dengan langkah berat sembari berusaha membuka mata lalu membuka pintu dan masuk ke dalam ruangan. Hana menoleh ke kanan dan kiri di tengah ruangan dengan lampu yang cukup redup. "Ah, dasar pembantu-pembantu sialan kerjaanya tidak pernah ada yang beres," tutur Hana lalu menutup kamar itu dan menekan saklar yang ada di balik tembok sehingga ruangan itu menjadi gelap gulita.

Wanita itu lalu keluar dan menuruni anak tangga menuju kamar suaminya yang ada di lantai dua, sudah jelas si wanita serigala ini mau meminta jatah untuk di layani. Bagi sepasang suami istri ini, Jeremy terkadang ogah-ogahan kalau harus minta terlebih dulu kalau memang tidak kepepet begitupun juga Hana tidak akan minta jika tidak sedang membutuhkan.

Bulan menghela nafas lega sembari menutup mulutnya saat melihat kaki Hana keluar dari kamar. "Untunglah si jalang tidak melihatku," ucap Bulan pelan yang sedang bersembunyi di balik almari.

Tidak ada waktu lama lagi Bulan membuka resleting yang ada di dalam dompet itu meskipun dalam keadaan gelap sembari meraba-raba. Terasa ada tiga bendan berbentuk bulat lantaran penasaran gadis cantik itu langsung mengambilnya dan meletakkan di telapak tanga lalu menyinarinya dengan cahaya ponsel. Cincin emas berukuran sedang dan kecil yang di dalamnya masing-masing terukir nama Jessica, Bulan dan Bintang. Spontan matanya meneteskan air mata teringat akan kisah di masa silam.

Cincin itu adalah hadiah dari Papanya untuk Mama, dirinya juga adik perempuan. Cincin kembar sebagai tanda tiga bidadari tercantik yang di miliki Papanya. Ya, cincin yang tidak biasa lantaran bisa mengungkap jati diri mereka di mana tidak hanya sebuah nama. Akan tetapi ada tambahan kode huruf pada setiap cincin itu dan hanya dari keluarga Paul Alexander yang bisa memecahkan arti di setiap kode cincin tersebut.

Cincin yang di miliki Mamanya bertuliskan Jessica A dengan lambang gambar love

Cincin yang di miliki Bulan bertuliskan Bulan U dengan lambang gambar love

Cincin yang di milik adiknya bertuliskan Bintang L dengan lambang gambar love

Gadis cantik itu teringat kembali saat Papanya akan di makamkan. Pada jari manisnya tidak ada cincin pernikahan Papa dan Mamanya. Entah ke mana hilangnya, itu masih membuat Bulan bertanya-tanya, di usianya kala itu masih kecil hanya bisa melihat prosesi pemakaman Papanya. Akan tetapi ingatan anak kecil tidak seluruhnya hilang lantaran cincin tersebut tidak pernah lepas dari jari Papanya.

Akan tetapi Bulan masih belum mengerti arti dari sebuah huruf kapital A, U, L yang ada di dalam cincin tersebut, jadi di pikirannya saat ini hanya kesedihan dan belum bisa berfikir jernih maksud dari Papanya.

Tidak mau berlama-lama di dalam ruangan gadis cantik itu dengan langkah cepat keluar dari ruangan kerja Papanya dulu dan memasukkan ke tiga cincin itu ke dalam saku baju.

Setelah sampai di dalam kamar yang berukuran kecil Bulan menatap dengan teliti sampai netranya merah akibat menangis sesenggukan. Dia mencoba memasukkan ke tiga cincin itu ke dalam jarinya, tetapi sudah tidak muat lantaran itu di beli sewaktu usianya masih kecil, hanya cincin Mamanya yang bisa masuk ke dalam jari manisnya.

Tidak ingin Hana mengetahuinya semua barang yang di temukan Bulan di simpan dengan sangat baik dari bolpoin kerja Papanya dan ketiga cincin itu pada kontak perhiasan miliknya.

"Pa, Ma, adikku yang cantik, Aku pasti akan membalas semua penderitaan yang sudah kalian rasakan," tegas Bulan seraya menggenggam tangannya.

***

"Aku dengar Tuan muda kembali hari ini," ucap salah satu pembantu berbisik pada teman di sebelahnya sementara Bulan hanya diam tertunduk sesekali melihat ke arah Hana berdiri di depan pintu yang seperti sedang menunggu kedatangan seseorang.

Apakah anak itu kembali, batin Bulan.

Setelah menunggu hampir sepuluh menit mobil sedan berawarna putih masuk perlahan ke pekarang rumah dan berhenti tepat di halaman. Supir itu membuka pintu belakang lalu turunlah pria yang tingginya hampir seratus tujuh puluh delapan, berkulit putih bersih dan berwajah sangat tampan sampai tidak terlihat pori-pori di kulit wajahnya.

Empat pembantu termasuk Bulan yang sedang menyambut kedatangan Tuan muda terbelalak melihat pria itu sampai tidak mengedipkan mata. Pesonanya yang berkharisma mampu menawan setiap hati wanita yang jatuh ke dalam pelukannya. Akan tetapi, pria itu sangatlah berbeda dengan kebanyakan pria lainnya yang memanfaatkan ketampanan dan kekayaan hanya untuk menjerat wanita-wanita cantik untuk cinta semalam.

Hansel Leonard Johnson anak laki-laki dari Hana Olivia Johson adalah anak tiri Jeremy yang telah selesai mengenyam pendidikan di luar negeri. Bulan hanya menatapnya dingin, dirinya tidak tertarik sedikitpun dengan Hansel lantaran tahu kalau Tuan muda itu adalah anak dari musuhnya.

"Selama datang Tuan," ucap pembantu-pembantu itu sembari menundukkan setengah badannya.

"Anakku bagaimana perjalananmu, apakah lancar?" tanya Mamanya sembari menggandeng Hansel masuk ke dalam rumah.

"Lancar Mah," sahut Hansel lembut.

Hansel adalah anak yang baik selalu mematuhi perintah Mamanya, tidak sekalipun dirinya melanggar apa kata Mamanya lantaran hanya Hana yang di miliki di kehidupan ini. Apapun yang Hansel minta selalu terpenuhi dan tidak pernah Hana menolaknya.

"Hei, hei apa ini kenapa kamu membawa anjing masuk ke dalam rumah?" tanya Mamanya pada pembantu laki-laki yang menggendong anjing kecil.

"Itu anjing peliharaanku Ma, aku sangat menyukainya," sahut Hansel.

"Kamu tahu 'kan Mama tidak suka sama binatan. Buang saja anjing itu ke jalanan, Mama tidak mau ada binatang di rumah ini, buat kotor saja," balas Mamanya datar.

"Buanglah," ucap hansel pada pembantu itu.

Permintaan mana yang Hansel bisa tolak dari Mamanya, bahkan apa yang di sukainya saja di buang meskipun hatinya rasanya sangat berat melepaskan anjing yang sudah dia pelihara selama di luar negeri. Pembantu itu 'pun langsung bergegas membuang anjing itu kejalanan, entah bagaimana nasibnya hansel 'pun tidak bisa lagi untuk merawatnya.

"Apa kamu lapar, biar pembantu menyiapkan makanan untukmu sayang," tanya Mamanya.

Bersmbung ✍️