NovelToon NovelToon
Nalaya: Antara Cinta Dan Sepi

Nalaya: Antara Cinta Dan Sepi

Status: sedang berlangsung
Genre:cintapertama / Playboy / Diam-Diam Cinta / Harem / Angst / Bad Boy
Popularitas:17.8k
Nilai: 5
Nama Author: mooty moo

"Kak Akesh, bisa nggak pura-pura aja nggak tahu? Biar kita bisa bersikap kaya biasanya."
"Nggak bisa. Gua jijik sama lo. Ngejauh lo, dasar kelainan!" Aku didorong hingga tersungkur ke tanah.
Duniaku, Nalaya seakan runtuh. Orang yang begitu aku cintai, yang selama ini menjadi tempat ‘terangku’ dari gelapnya dunia, kini menjauh. Mungkin menghilang.
Akesh Pranadipa, kenapa mencintaimu begitu sakit? Apakah karena kita kakak adik meski tak ada ikatan darah? Aku tak bisa menjauh.
Bagaimana bisa ada luka yang semakin membuatmu sakit malah membuatmu mabuk? Kak Akesh, mulai sekarang aku akan menimpa luka dengan luka lainnya. Aku pun ingin tahu sampai mana batasku. Siapa tahu dalam proses perjalanan ini, hatimu goyah. Ya, siapa tahu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mooty moo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 20 – Kecanduan Racun

"Oh iya, nama lo siapa? Gue Maria anak Sasjep (Sastra Jepang)."

Maria mengulurkan tangan. Hendak menjabat Nalaya. Meski agak canggung, Nalaya juga mengulurkan tangannya. Jabat tangan kali ini agak berbeda. Pasalnya si ketua teater itu tak kunjung melepaskan tangannya. Bahkan genggamannya semakin erat.

Menyadari hal ini, Marvin menumpangkan telapak tangannya di antara keduanya, ikut menggenggam erat. Setelah itu, Maria akhirnya melepaskan tangannya.

"Ayo sekarang lo bantu gue nempelin poster ini di Mading Teater sama BEM."

Ini bukan permintaan melainkan perintah. Pasalnya Marvin meremas pundak Maria cukup erat. Gadis itu pun menurut.

“Gue pergi dulu ya Ri, ada urusan sama adik tingkat,” ia mengucapkan salam kepada teman SMA-nya itu.

Marvin pun menarik tangan Nalaya, mereka menjauh dari sekre. Keduanya bergandengan tangan dengan posisi Marvin berjalan di depan Nalaya.

Nalaya terus melihat tangannya yang digandeng oleh Marvin. Kenapa dia menurut begitu saja? Rasanya ia tengah berada dalam pengaruh sihir ‘kakak tingkat’ dan ‘adik tingkat’. Hubungan semacam ini memang kadang menjadi rumit.

Di belakang sana, senyum tengil Maria berubah total. Kini hanya tersisa tatapan dingin di netranya. Ia melihat kedua orang itu sambil mengepalkan kedua telapak tangannya.

"Kak lepasin tangan gue."

Tiga menit berlalu sejak insiden menggandeng tangan tanpa izin itu. Marvin pun melepaskan tangan Nalaya. Kemudian ia cengengesan.

"Lo jangan pernah ngasih id Line ke Maria." Mimik mukanya menjadi datar.

"Kenapa?"

"Dia nggak seramah itu. Tapi sebenarnya dia orangnya baik, Cuma kadang nggak terduga aja. Ya intinya lebih hati-hati aja ke depannya sama dia."

Nalaya tertegun. Bukankah tadi mereka saling rangkul dan terlihat begitu akrab? Terlebih, ia merasa yang harus ia waspadai di sini adalah Marvin, bukan Maria.

"Lo kirim aja broadcast acaranya. Ntar gue bantu share di grup BEM sama angkatan."

Tak ada alasan bagi Nalaya untuk menolak. Jika banyak tiket yang terjual, biaya pentas angkatan kali akan tertutup.

"Oh iya, acaranya khusus FIB aja atau mahasiswa dari fakultas lain bisa gabung?"

"Khusus FIB Kak."

Nalaya menjawab sambil mengirim broadcast ke WhatsApp Marvin.

"Akhirnya tiba juga masa di mana lo chat gue duluan."

Nalaya menghela napas dan menggelengkan kepala.

"Makasih ya Kak. Kalo gitu gue pergi dulu."

Nalaya berlalu meninggalkan Marvin yang masih mematung menatap punggung adik tingkatnya.

Tanpa mereka sadari, seseorang menatap tajam dari tadi, melihat mereka mengobrol dari balik jendela sekre Sasing (sastra Inggris) yang tertutup gorden. Akesh mengepalkan tangannya kemudian menutup gorden dengan kasar.

***

Nalaya sedang menggambar sketsa dirinya dan teman satu kelompoknya saat mengenakan kostum pentas nanti. Meski tak harus sampai sebegininya, tapi ia berinisiatif melakukan hal itu karena dia suka.

Saat ini ia berada di kamarnya. Jam Beker menunjuk pukul 12 malam. Di tepi kasur, ada sebuah meja dan kursi kecil. Di atas meja terdapat tumpukan buku dan lampu meja. Di situlah Nalaya menggambar.

Pensil di tangannya membuat sketsa lelaki dan perempuan mengenakan pakaian ala Eropa. Inilah kisah Romeo dan Juliet. Romeo memangku Juliet yang meninggal usai menenggak racun.

Tinggal sapuan terakhir dan sketsa itu jadi. Tapi terhenti karena ada seseorang yang mengetuk pintu kamarnya.

Ternyata itu adalah Akesh. "Kok Kakak nggak bilang mau ke sini?"

Tak biasanya Akesh datang tanpa pemberitahuan seperti ini.

"Emang gue harus bilang dulu kalo mau ketemu lo?"

Belum sempat Nalaya menjawab, Akesh nyelonong masuk. Nalaya pun membuntutinya. Ia merasa sesuatu yang tidak baik akan terjadi.

Akesh lantas duduk di tepi kasur. Ia memberikan tatapan setajam elang. Tajam dan dalam. Nalaya yang menatapnya seakan tersedot ke dalam. Tak bisa lepas seolah kakinya terjebak di sana.

Nalaya tenggelam dan dadanya lagi-lagi sesak. Tetapi rasa ini adalah sesuatu yang begitu ia dambakan. Rasanya ia seperti kecanduan racun. Untuk dosis pertama, kamu mungkin akan keracunan. Namun untuk dosis ke sepuluh dan seratus, tubuhnya sudah kebal terhadap racun itu. Selanjutnya kamu mulai kecanduan dan mendambakan racun itu terus-menerus.

"Sedeket apa lo sama si Ketua BEM itu? Sampai tiap hari kalian kudu ketemuan gitu."

"Siapa? Oh, Kak Marvin?"

Nala segera menutup mulutnya dengan telapak tangannya. Merasa kalimatnya tidak tepat.

"Sini naik ke pangkuan gue,” titah Akesh. Kali ini tatapannya melembut. Ia bahkan memberikan senyuman penuh

madu.

Tak butuh waktu lama, akhirnya Akesh duduk di tepi kasur, kakinya menginjak lantai. Sementara Nalaya duduk di atas pahanya, kakinya mengapit pinggang lelaki itu.

Akesh menundukkan kepalanya dan berbisik di telinga sang adik.

"Peluk gue, La. Gue kangen sama lo."

Setelahnya, Akesh menatap tajam Nalaya. Matanya seolah-olah bicara jika Nalaya tak menurutinya, malam ini akan menjadi sulit baginya. Tapi ini adalah sesuatu yang selalu ia dambakan, kehangatan antara kulit dan kulit.

Pakaiannya yang tipis, yang hanya berupa kaus itu tak bisa menyerap hangat badan Akesh. Sedangkan lelaki itu sudah melepaskan jaket tebalnya, menyisakan singlet yang mencetak otot bisepnya.

Lengannya yang kekar itu merengkuhnya lembut namun mengekang. Jemarinya perlahan mengelus punggung sang wanita. Membuat Nalaya meremang dan menyenderkan kepalanya di pundak kokohnya.

Nalaya dapat menghirup wangi sabun yang Akesh pakai untuk mandi, sepertinya lelaki itu datang ke sini setelah membersihkan badannya. Nalurinya membawanya untuk mencium sekilas ceruk leher Akesh.

Detik berikutnya, terjadilah adegan-adegan intim. Decakan, desahan, dan lenguhan yang menuntut dan penuh kepuasan mengisi seluruh ruangan. Darah muda memang tidak bisa berbohong. Mereka sanggup memerankan adegan bak sepasang kekasih yang dimabuk cinta berjam-jam.

Mereka baru bisa berhenti dua malam, kalau dihitung tiga jam sudah berlalu. Tubuh polos mereka yang meringkuk bak bayi dalam kandungan dibalut selimut tebal. Akesh menelentangkan lengan kirinya untuk bantal Nala.

Nala begitu menikmati momen saat dirinya bisa menyembunyikan wajahnya di dada bidang pujaan hatinya itu. Rasanya ia ingin waktu berhenti meskipun saja sebentar. Apalagi saat Akesh memainkan anak rambutnya dengan perlahan seolah sedang mengelus kepala bayi. Ia merasa begitu dimanjakan oleh si jantan.

“Kak?”

“Hmm?”

Suara keduanya serak karena terlalu memaksakan diri beberapa saat lalu.

“Sebenarnya kita ini apa? Aku ini apa bagi Kakak?”

Nala sedikit mendongakkan kepalanya, menatap mata lembut Akesh. Pergerakan jemari panjang Akesh di kepalanya berhenti sesaat kemudian kembali mengelusnya perlahan.

“Untuk saat ini gue cuma bisa ngasih sebatas ini sama lo.”

Kata-kata itu tidak terlalu menghibur namun juga tidak terdengar kasar. Mungkin karena ia sedang berada di puncak kasmaran.

“Nggak apa-apa, aku bisa menunggu.”

“Pinter banget sih. Sekarang tidur ya? Besok kuliah kan?”

Akesh menyolek kecil hidung sang wanita. Setelahnya mereka terlelap bersama.

1
Durrotun Nasihah
tahu....tahu....tahu ...
Durrotun Nasihah
akesh keren.../Drool//Drool/
mooty moo: 🌟🌟🌟🌟🌟
total 1 replies
Bilqies
typo kak
mooty moo: makasih kak🤭
total 1 replies
Bilqies
cemburu nih
Bilqies
semangat terus kak
piyo lika pelicia
1 bunga untuk mu
piyo lika pelicia
hii pacar ku tetanggaku ya kes 🤭
piyo lika pelicia: hhh 😂
mooty moo: wkwk judul sinetron yak
total 2 replies
melting_harmony
Luar biasa
mooty moo: makasih 🌻🌟
total 1 replies
Bilqies
waah rupanya ada benih benih cinta yang muncul nih
mooty moo: yuhuuuu
total 1 replies
Bilqies
suka yang manis aku mah 🤣🤣🤣
mooty moo: eneg kalo kebanyakan kak 😆
total 1 replies
Durrotun Nasihah
/Rose//Rose//Rose/
mooty moo: 🌻🌻🌻🌻🌻
total 1 replies
Bilqies
🌹 untukmu Thor
mooty moo: makasih🌟
total 1 replies
piyo lika pelicia
semangat ☺️
piyo lika pelicia
5 langkah langsung nyampe yaa ☺️😂
piyo lika pelicia
satu bunga untuk kamu
piyo lika pelicia
mengawasi dirinya.
piyo lika pelicia
hhh calon mantu yang baik ☺️😂
Bilqies
lanjut thor
mooty moo: siapppp
total 1 replies
piyo lika pelicia
apa ayah Nala gak setuju ya 😮
piyo lika pelicia
nah kan Akesh 😂
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!