NovelToon NovelToon
Rahasia Tuan Buruk Rupa

Rahasia Tuan Buruk Rupa

Status: tamat
Genre:Tamat / Nikahmuda / CEO / Cinta Paksa
Popularitas:108.9k
Nilai: 5
Nama Author: PutrieRose

Dianella terpaksa harus menikah dengan pria buruk rupa yang berwajah menyeramkan. Juga terkenal misterius dan kasar. Pria itu tak pernah mau menunjukkan wajah aslinya, ia selalu menutupinya dengan rambutnya yang panjang.

Arsenio, pria yang memiliki banyak bekas luka bakar di wajahnya merasa tak pantas menikmati hidup. Ia selalu mengurung dirinya di sebuah ruangan. Tak mau melihat keindahan di luar. Hingga datanglah Dianella, gadis pemberani yang setiap hari membuat dirinya murka atas kelakuan-kelakuan konyolnya.

Akankah sosok Dianella mampu membuat Arsenio memperlihatkan wajah aslinya????

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon PutrieRose, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 22 USAHA ANELL

Daun-daun kering berguguran. Kendaraan di jalanan tambah padat. Polusi udara bertebaran. Hewan-hewan liar terlihat di jalanan. Dan hari-hari wanita yang masih meringkuk di atas kasur masih sama seperti hari kemarin. Dia hanya bisa di dalam kamar, tanpa mau keluar. Ibunya senantiasa mengantarkan makanan setiap waktu ke kamar putrinya.

"Nak, ayo makan dulu." Raissa sudah berada di kamar putrinya membawa sepiring roti selai strawberry, seperti kesukaannya.

Ia membuka gorden agar sinar matahari bisa menebus kaca jendela dan membuat putrinya lekas terbangun. Juga membuka jendela kamar agar udara bisa masuk dengan bebas.

Segala cara sudah ia lakukan agar putrinya lekas bangun, tapi sepertinya Anell pura-pura tak mau bangun. Entah apa yang sedang dirasakan Anell sekarang, ia cenderung diam tak seperti dulu yang banyak bicara.

"Anell ....." panggilnya pelan seraya menepuk lengannya.

"Uhmmm ... Masih ngantuk, Bu. Taruh saja makanannya di meja," ujarnya dengan suara kecil. Dia menarik selimutnya kembali dan melanjutkan tidur.

"Baiklah, nanti sarapan ya."

Setelah Raissa keluar kamar, ia lantas bangun dan duduk.

"Sampai kapan aku seperti ini terus???" Dia bingung harus melakukan apa sekarang. Seharusnya dia sudah mencari kerja kesana kemari kalau kemarin tidak disuruh menikah. Dan sekarang semangatnya telah pudar, tak ada lagi harapannya untuk kerja keras. "Arsen, dia sedang apa ya?"

Lukisan Arsen memenuhi kamarnya. Dari keseluruhan lukisan milik Arsen, ada satu yang mencuri perhatiannya. Lukisan wanita yang belum selesai ia buat. Baru bagian rambutnya saja.

"Apa ini wanita yang ia sukai?"

Angin berhembus melewati jendela yang terbuka. Membuat rambutnya menari-nari di udara. Entah kenapa pikirannya malah tertuju pada sosok pria yang awalnya membuat dirinya ketakutan. Tapi sejak beberapa hari yang lalu, sosoknya berubah menjadi manusia seperti pada umumnya.

"Ayah ...." John tiba-tiba masuk ke dalam kamar putrinya. Ia lantas duduk dan mengajak putrinya untuk duduk juga.

"Ada apa, Yah?" tanyanya karna melihat wajah sang ayah yang terlihat sangat serius.

"Besok kita akan pindah rumah. Ayah ingin keberadaan kita tak diketahui Samantha. Kita mulai hidup baru di lingkungan baru. Tapi untuk kakakmu Celand, dia tetap di sini. Dia akan tetap bekerja di butiknya tapi tempat tinggalnya tak di rumah ini lagi. Sudah ada orang yang berminat membeli rumah ini, jadi mulai sekarang kita berkemas."

Anell terdiam sesaat, rencana untuk keluar dari kota ini memang sudah dibicarakan dari hari-hari kemarin. Dan ini saatnya untuk mereka benar-benar pergi. Walaupun mereka seharusnya tidak ada hubungan lagi dengan keluarga Samantha, tapi John ingin berjaga saja.

***

Celand memandangi adiknya dengan tatapan sinis. Ia mulai memindahi pakaian-pakaian miliknya ke dalam lemari. Setelah mencari sebuah kost-kostan yang tak jauh dari butiknya. Tapi ia tak tinggal sendiri, Anell tiba-tiba merengek ingin ikut dengannya. Ingin ikut bekerja di butiknya.

"Tinggal denganmu membuat aku takut tau!" Kakak tertuanya masih saja mengomel sejak mereka sampai di tempat baru ini.

"Kalau Kakak merasa takut, aku bisa kok cari tempat tinggal sendiri," ujarnya dengan wajah memelas.

"Hey, jangan! Nanti kamu kenapa-kenapa, aku yang dimarahin ibu dan ayah." Ia menghembuskan napasnya sesaat dan memandangi adiknya. "Beresin semuanya, Kakak mau ke butik. Besok saja kamu mulai bekerjanya, nanti Kakak pikirkan mau ditaruh di bagian mana nanti."

Anell pun mengangguk dan melanjutkan memberesi pakaian juga barang-barang mereka.

Saat sendirian seperti ini, ia selalu membayangkan Arsen. Wajah menyeramkannya juga sifatnya yang menyebalkan, entah kenapa membuatnya rindu. Di tempat baru ini ia membawa satu lukisan milik Arsen yaitu wajah wanita yang belum selesai. Sedangkan lukisan lainnya dibawa oleh orang tua mereka untuk ditaruh di rumah baru. Sebenarnya Ayahnya ingin membuang lukisan-lukisan itu, tapi dirinya melarang tegas.

.

.

Sebuah taxi ia cegat di pinggir jalan. Ia menaiki taxi tersebut dan mengatakan alamat yang ia tuju. Sepanjang jalan, ia belum terpikirkan ide apa pun.

"Darimana, darimana aku bisa tahu. Aku bingung."

Berhenti disebuah rumah mewah, ia turun dengan hati-hati.

"Pak, di rumah ini ada siapa saja? " tanyanya pada seorang satpam yang berjaga. Satpam tersebut meneliti penampilan seorang wanita yang berpakaian rapat itu. Memakai kacamata, masker mulut dan topi.

"Kamu siapa? Penjahat ya?" Satpam tersebut ingin segera menutup gerbangnya tapi Anell mencegahnya.

"Aku, aku—" Ia kebingungan ingin menjawab apa dan pada akhirnya ia terpikirkan sesuatu. "Aku temannya Tarra, Tarra Maurine. Menantu di keluarga ini, apakah dia ada di sini?"

"Jangan ngarang kamu!"

BRAKKKK!!!

Satpam tersebut langsung menutup gerbang dengan keras.

"Pak, beneran! Saya tidak bohong. Saya ini punya sebuah butik dan Tarra Maurine sudah menjanjikan akan kerja sama dengan saya." Ia merogoh tasnya dan menemukan sebuah kartu nama. Anell bersyukur karna memiliki kartu nama sang Kakak.

"Pak, Tarra Maurine di dalam, kan?" Ia terus berteriak sampai-sampai ada sebuah mobil yang ingin keluar dan satpam langsung membukanya.

Sebuah mobil putih yang selama ini tak pernah ia lihat di halaman rumah. "Mobil milik siapa itu?" tanyanya dalam hati.

"Anell?" Seseorang membuka jendela mobil dan memanggilnya.

"Kak Tarra!" Ia teriak senang karna bisa bertemu dengan Tarra. Seperti sudah ditakdirkan oleh Tuhan, ia bisa benar-benar bertemu dengannya.

"Sedang apa kamu di sini?" tanyanya dengan suara yang lembut. Walaupun mereka hanya kenal sesaat, tapi Anell menilai bahwa Tarra orangnya baik hati. Berbeda dengan suaminya yang pemarah itu.

"Mau ketemu Kakak, ada suatu hal yang harus aku bicarakan," ujarnya dan Tarra menyuruhnya untuk naik ke mobilnya. Tapi awalnya ia celingukan melihat ke dalam mobil.

"Tidak ada Marvel. Marvel ada di apartemen," ucapnya seakan paham.

Anell mengulas senyum tipis dan masuk ke dalam mobil. Duduk di sebelah Tarra Maurine.

"Ada apa, Anell? Oh ya, aku dengar kamu sudah berpisah dengan Arsen. Aku turut prihatin atas masalah yang kamu hadapi. Walaupun aku tidak tahu ada masalah apa saja yang terjadi di rumah ini." Raut wajahnya menampakkan kebingungan. Ia paham bahwa Tarra pasti tidak diceritakan sedetail mungkin permasalahan yang ada di rumah ini. Juga Anell yang masih menerka-nerka tentang permasalahan yang terjadi di keluarga besar ini.

"Kak, aku ingin minta bantuan Kakak. Tapi aku mohon jangan beritahu siapa-siapa," pintanya. Awalnya ia tak terpikirkan akan meminta bantuan Tarra, tapi ia pikir dia adalah orang baik. Jika dengan Derlin, ia sedikit kesal saat itu karna adik iparnya itu pernah mengacuhkannya.

Mobil berhenti karna lampu lalu lintas menyala merah. Tarra menolehkan kepalanya dan menatap Anell.

"Minta bantuan apa, Anell?" tanyanya.

"Aku ingin bertemu Arsen. Apa kakak tahu dimana Arsen sekarang tinggal? Atau tuan Samantha sekarang dimana?"

Tarra terdiam sesaat. "Aku tidak tahu dimana mereka tinggal, Anell. Aku hanya tahu perusahaan papa sekarang dimana."

"Iya gak apa-apa, Kak. Alamat perusahaan tuan Samantha saja." Anell merasa lega sekarang, karna sedikit demi sedikit terbuka jalannya untuk menemukan Arsen berada.

"Ini sungguh berguna. Kenapa kartu ini tidak dinonaktifkan? Padahal aku katanya sudah bukan menantu di keluarga itu." Ia menggenggam sebuah kartu yang diberikan Samantha dulu. Saat kondisi sulit seperti ini, ia akan mengambil uang dari sini.

"Siapa yang terus mengisi uang ke dalam kartu ini? Saldonya tetap bertambah," ucapnya saat ia menggesekkan kartu itu.

1
Nar Sih
ya kok udah end kak ,tetep semagatt dan di tunggu cerita cinta nya kia dan satya
SUNARTI SUNARTI
hadir thor
Symsnr_
Lumayan
Symsnr_
Buruk
Nar Sih
marahan kok lama sekali kia ,dri sd sampai kuliah ,jdi penasarn nih apa mslh mu dgn satya sampai mama anell pun marah
Ainisha_Shanti
Kia merajuk nya sampai kebesar
Tati st🍒🍒🍒
suami mesteriusmu itu yg tf
Tati st🍒🍒🍒
aku masing bingung,blm nemu titik terang
Tati st🍒🍒🍒
cinta
~v
Luar biasa
Ainisha_Shanti
Alahaiii Kia, kecil2 lagi dah gedik 😂😂😂
Nar Sih
lanjutt kakk
Ainisha_Shanti
cara yang bijak dalam membangunkan tuan nya
Nar Sih
ngak terasa udah gede aja ank nya anell ,dam semoga lontang bnr jdi jodoh nya darlin
Tati st🍒🍒🍒
ternyata benar bukan anak kandung
Tati st🍒🍒🍒
masih bingung
Nar Sih
pasangan yg romantis
Nar Sih
sabar ya anell ,doa kan ibu mu tenang disana ,dan semoga kmu juga dedek byi yg di perut sehat smpiai waktu nya lhir,
Tati st🍒🍒🍒
banyak uang tapi pelit sama anak sendiri,sekarang kan jaman dah canggih
Tati st🍒🍒🍒
baru baca lagih,biar semangat buat kaka otornya aku kasih vote
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!