Ini adalah kisah nyata yang terjadi pada beberapa narasumber yang pernah cerita maupun yang aku alami sendiri.
cerita ini aku rangkum dan aku kasih bumbu sehingga menjadi sebuah cerita horor komedi.
tempat dimana riyono tinggal, bisa di cari di google map.
selamat membaca.
kritik dan saran di tunggu ya gaes. 🙂🙂
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ady Irawan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Cerita Horor Di Perkemahan. 2
1
“Tentang pohon ringin kembar, mungkin kalian hanya mendengar tentang kemamang. Ya kan? Bogel memulai ceritanya dengan sebuah pertanyaan. “Sebenarnya, disana ada penunggu yang lain selain itu.
Waktu itu, saat pulang dari Wagir, suasana sangat cerah walaupun sang rembulan mengintip malu di belakang awan. Aku berjalan sama bapak di terangi oleh obor. Kejadian ini sebelum sapi Pak Komat mati dan bergentayangan.
Jalanan sangat sepi, hanya kami berdua saja di sana. Di sepanjang jalan itu, aku merasa kalau ada yang mengikuti kami. Saat kami berlari, sosok itu ikut berlari, saat berhenti dia juga berhenti. Aku toleh kebelakang tidak nampak apa pun.
Karena ketakutan setengah mati dengan itu, aku pun berlari. Tapi, bapakku yang sangat pemberani tidak ikutan lari. Begitu sadar bapak tidak ikut berlari, aku menoleh lagi kebelakang. Dan alangkah terkejutnya apa sosok itu.” Dia diam sejenak. “Kalian tau sosok apa itu?” Tanya bogel lagi.
“Gendruwo?” jawabku. Dia menggeleng.
“Tuyul?” Jawab Udin. Dia menggeleng lagi.
“Siluman buaya?” Jawab Efi.
“Bukan.” Jawab bogel. “sosok itu.....”
“Iyaaaa.?” Kami serempak menjawab ga sabar.
“Sosok itu bayangan kami sendiri. Hehehe.” Dia langsung cengengesan mendengar lawakannya sendiri.
“Sialan kau. Kirain setan beneran.” Aku ngomel.
Puas banget wajah Bogel melihat ketegangan kami tadi.
“Baik, selanjutnya yang serius.”
“Halah pasti lawak lagi.” Gerutu Angga.
“Serius yang ini.”
“Bodoh ah.”
“Ya udah kalo gitu, kalian lanjut saja tanpa aku.” Bogel kelihatan ngambek.
"Bodoh amat sama elu." Kataku.
Melihat itu Efi lantas menenangkan Bogel yang mau beranjak pergi. “Eh, jangan pergi dulu. Aku penasaran nih.”
“Masa bodoh dah.” jawab Bogel.
“Ayolah, jangan ngambek gitu. Bogel kan cakep. Lanjut donk ceritanya.” Mendengar itu, bogel tersipu malu. Dia mengurungkan niat untuk pergi.
“Ok, ok. Kalau kalian memaksa.” Bogel sok keren sekarang. “Sejujurnya, kisah tadi nya. Bukan bohongan, bayangan itu ternyata memang sosok Gendruwo. Di ceritaku tadikan aku berlari, terus menoleh ke arah belakang.
Yang ku lihat memang sosok bayangan hitam, Gendruwo. Ku lihat juga, saat Gendruwo itu mau mengejarku, bapak dengan gagah berani menghalau dia. Setelah itu bapak berkelahi dengan dia. Ga di sangka, ternyata bapakku menang melawan Gendruwo itu.
Sejak saat itu aku bisa melihat hal-hal gaib, tapi setan-setan tidak berani mendekatiku karena saat bapak menang berkelahi dengan Gendruwo itu bapak melakukan perjanjian. Setan siapa pun itu, tidak boleh mendekati keluarga kami. Jadi, sebenarnya aku bisa melihat setan, bahkan saat ini juga.” Dia diam.
“Kalau kamu memang bisa melihat setan.” Kata Udin. “Beri tahu kami, saat ini, sekarang ini. Dimana kamu melihat penampakan?”
“Serius kamu nanya?”
“Serius.”
“Kalian yakin?”
“Yakin lah. Jangan bertele-tele.” Hendrikku.
“Lihat ke arah sana.” Bogel menunjuk ke arah kirinya.
Pucuk dicinta ulam pun tiba. Seperti pepatah itu yang artinya ‘mendapatkan sesuatu yang lebih dari yang di harapkan’. Ya, saat kami menoleh ke arah tersebut. Dan alangkah terkejutnya kami, kami melihat dengan jelas. Pak Nur guru kami, dia sedang berdiri membawa senter yang di arahkan ke wajahnya -tepat saat kami menoleh ke dia-. Dia melet dan melotot ke arah kami.
“WAAAAAAAAA!!!!!!!!!” kami semua langsung berteriak sekencang-kencangnya.
“WAHHAHAAHAHAA.” Pak Nur dan Bogel tertawa puas. Beberapa dari kami lantas mengejar Pak Nur. Dia berlari kesana kemari menghindari pengejarnya sambil cekikikan.
“Hahaha. Ini hukuman karena seru-seruan tanpa ngajak bapak.” Kata Pak Nur saat tertangkap murid-muridnya.
“Emangnya Pak Nur punya pengalaman horor juga?” Tanyaku.
“Ada donk, banyak malah. Mau dengar?”
“Mau lah.” Kita serempak tanpa di komando.
“Tapi aku masih belum selesai ceritanya lho.” Kata Bogel. “Masih banyak cerita ku.”
“Masih ada lagi?” Jawab ku. “Jangaan-jangan Cuma bualan lagi. Atau Cuma nakut-nakutin kita seperti tadi.”
“Serius ga mau dengar? Ini tentang bagaimana bapakku memperoleh ilmu kebal lho.” Bogel membungsukan dada penuh percaya diri. Aku heran melihat tingkahnya, biasanya dia paling pendiam dan pemalu. Tapi kali ini dia sok dan penuh percaya diri.
“Halah, ilmu kebal apaan?” Tanya Angga dengan nada mencibir. “Aku sama sekali ga percaya.”
“Ok kalau begitu, tunggu saat latihan jaranan minggu depan. Kalian pasti terkejut melihat aksi bapakku.” Dan Bogel pun kebali ke tempat pertama dia berada tadi. Dia marah, terlihat dari caranya berjalan bernafas. Tapi kami tidak peduli.
Waktu semakin malam saat Pak Nur ikut bergabung, sektar jam sembilanan. Dengan alasan kalau waktu sudah terlalu malam, dia menunda niatnya untuk becerita. Kita jelas kecewa, tapi mau apa lagi, memang banyak diantara kami yang sudah mulai mengantuk. Kita pun bubar, dan menuju kelas dan tidur.
2
Aku tidak bisa tidur, terlalu berisik dan ruangan terlalu pengap. Aku lihat tingkah aneh teman-teman yang sedang tidur. Ada yang posisis awal tadi kepala di selatan, sekarang sudah di utara, ada pula yang mendengkur sangat kencang. Ada pula yang ngelindur dan berbicara tidak jelas.
Lalu. Entah sejak kapan aku tertidur, yang jelas aku sudah berada di alam mimpi lagi. Kulihat Erni dan Elly sedang asik bermain kejar-kejaran.
Elly sadar akan kehadiranku, dia menuju ke arahku sambil tersenyum. “Hai.” Sapa Elly.
“Hai.” Jawabku. “Akir-akir ini kamu sering muncul dimimpiku, apakah kita punya ikatan tertentu?”
“Maksudmu.?” Dia balik bertanya mendengar pertanyaanku.
“Entahlah, bila aku melihatmu, entah kenapa aku merasa mengenalmu sebelumnya. Dan ada suatu perasan kerinduan, sedikit sih.”
“Aku juga, seperti yang aku ceritakan sebelumnya. Aku tidak ingat apa-apa setelah kematianku, aku hanya ingat sedikit saat aku hidup. Saat aku melihatmu, aku juga merasakan kerinduan juga, sangat dalam malah. Tapi bukan kamu yang aku rindukan, entahlah siapa. Aku tidak ingat.”
“Suatu saat, mungkin kamu bisa. Bukan, mungkin suatu saat kita bisa mengingat sesuatu.”
“Mungkin. Tapi, memang belum lama ini. Yah, kira-kira beberapa tahun yang lalu. Kita sangat akrab, sangat dekat. Apa kamu tidak ingat padaku?”
“Maaf, aku tidak ingat.”
“Yah biarlah, suatu saat pasti kamu akan ingat.”
“Yah.” Dan pada saat itulah Erni menghampiri kami dan mimpi pun berakhir.
3
Saat aku terbangun, aku sama sekali lupa sama mimpi-mimpiku tentang Elly. Dan sekarang, hari sudah pagi. Aku pun pergi ke kamar mandi untuk sekadar cuci muka.
Di luar, suasana sudah mulai cerah, mentari sudah mengintip malu di timur. Angin sepoi, kabut tipis dan udara sangat segar.
Selesai dari kamar mandi, aku menuju lapangan. Efi terlihat di gerbang sekolah dan Bogel pergi dengan tergesa dari arah gerbang, dia baru selesai menyapa Efi dulu. Pikirku. Dan aku berniat menyapanya juga.
“Hai Ef.”
“Hai, selamat pagi.” Dia tersenyum cerah kepadaku, secerah mentari pagi. Ciyee.
“Menunggu seseorang?” Tanyaku.
“Iya, aku dan Ayu sudah janjian untuk lari pagi hari ini. Kita berjanji ketemu di gerbang depan, tapi aku tunggu lama dia tidak kunjung datang juga.”
“Mungkin dia lupa.” Kataku.
“Iya kali, sudah lewat jam yang kita janjikan.”
“Bogel tadi dari sini? Dia tergesa pergi saat melihatku.”
“Iya, tadi dia menyapa. Kita berbincang sedikit, mungkin dia masih marah sama kalian atas kejadian semalam. Kalian terlalu cuek pada dia.”
“Hahahaha. Habisnya dia terlalu pendiam, sehingga kami kadang tidak sadar sama kehadirannya. Lagian dianya juga suka berlebihan mengambil perasaan.”
“Haha, iya juga ya.”
Setelah suasana mulai rame, anak-anak sudah banyak yang bangun. Karena Ayu tidak kunjung datang, aku dan Efi pun kembali kedalam sekolah, dan berkumpul dengan yang lain. Kita menyalakan api unggun, dan mulai membakar ubi dan singkong untuk sarapan.
Siang harinya semua berkumpul di lapangan. Dan acara Pramuka pun selesai, kita bubar dan pulang.
Karena kawatir sama Ayu, karena tadi Ayu tidak menepati janjinya dengan Efi, Efi berfikir Ayu sedang sakit. Aku dan dia berencana pulang lewat jalan belakang sekolah, sekaligus mampir ke rumah Ayu.
Di rumahnya, Ayu terlihat marah dan ketakutan dari sorot matanya. Melihat kami, dia langsung menghampiri kami dan berteriak marah yang di tujukan ke Efi?
“Kenapa tadi kamu melakuan itu? Dan juga kamu bisa-bisanya meninggalkan aku di tempat itu?”
Lah? Kenapa? Ada apa dengan dirinya?
Nex
silahkan komen, dan share. tengkyu ferimat. 😁😁