Rahasia Tuan Buruk Rupa
Kelima wajah yang mengekspresikan ketakutan yang berbeda-beda. Ada yang sembunyi di ketiak ibunya sedari tadi. Ada juga yang berjongkok seraya menutup kedua matanya. Dan yang paling berani adalah anak paling terakhir. Dia berdiri tegak di depan kedua orang tuanya seraya bertolak pinggang.
Dianella, gadis pemberani yang berwajah manis itu tak gentar menatap segerombolan para lelaki bertubuh atletis itu dengan matanya yang setajam pisau. Berbeda dengan kedua kakaknya yang anggun, ia sangat berbeda dengan kedua saudarinya.
"Anell!" panggil Ayah John karna tak mau putrinya jadi sasaran amukan mereka.
"Keluar kalian dari sini!!!!!!" teriaknya begitu lantang setelah beberapa barang yang mereka miliki dihancur berantakan oleh mereka semua.
"Hey, orang miskin yang sombong! Bayar hutang kalian cepat!!!!" tunjuk mereka pada keluarga yang berhutang banyak pada bos mereka.
"Anell!" Ayah John langsung menarik putri bungsunya yang akan bertindak lebih lanjut. Beliau memeluk Anell agar tidak bisa kemana-mana.
"Satu minggu lagi! Kami beri waktu kalian satu minggu! Kalau tidak ...." Lelaki itu menyeringai dan menatap ketiga putri mereka dengan tatapan menakutkan.
"Iya! Iya! Saya akan melunasinya satu minggu lagi," ucap John dengan suara bergetar.
Entah berapa hutang yang dimiliki oleh orang tuanya, Anell tidak tahu. Dia baru saja lulus sekolah menengah atas, baru saja ingin mencari pekerjaan diluar sana. Mendengar musibah yang menimpa keluarganya, membuatnya memiliki tekad yang sangat kuat.
"Aku tidak mau! Tabunganku untuk melunasi hutang-hutang Ayah!" teriak Celandine, putri pertama dari John. Putri pertamanya memang sudah memiliki usaha sendiri yaitu memiliki sebuah butik. Tangannya yang terampil dan cekatan membuat mimpinya dari kecil menjadi kenyataan. Sudah banyak gaun yang ia desain sendiri dan dipakai oleh beberapa model dalam negeri.
Celand langsung pergi dengan kekesalan yang menjadi. Kini keluarganya sedang dalam ancaman, yang ia takutkan adalah rentenir itu bisa saja mengetahui tempat butiknya dan bisa membuat onar disana.
Putri keduanya dengan langkah yang lemah, menghampiri John yang kini menunduk sedih. "Aku ada sedikit tabungan, Yah. Ayah bisa pakai dulu," ujar Diantha-gadis yang penurut. Dia salah satu putrinya yang cantik dan sangat penurut. Berbeda dengan Celandine yang suka protes dan jarang menuruti kemauannya.
Raissa-ibu dari ketiga putri itu hanya bisa terdiam, meratapi nasib yang seperti ini. Tanpa berpikir panjang untuk memutuskan meminjam pada seorang rentenir, dan akhirnya kini jadi susah. Kedai ayam goreng miliknya tak berjalan mulus. Sepi, setiap hari tak cukup balik modal. Akhirnya mereka tak ada pemasukan yang pasti.
***
Hari-hari berlalu, dan kini hanya menghitung jam saja menunggu para suruhan rentenir mendatangi rumahnya.
"Siapkan cepat!" Kedua tangannya bergetar, memegang uang yang sangat banyak. John sudah mempunyai uang untuk melunasi hutang-hutangnya. Uang yang ia pegang sekarang jauh lebih banyak dari apa yang ia pinjam, karna ini sudah ditambahkan oleh bunga atas kesepakatan bersama.
BRAKKK!!
Mereka datang tanpa permisi. Mendobrak pintu dengan kasar. Sampai-sampai gagang pintunya terlepas.
"Ini, ambillah!" John menyerahkan sebuah koper yang berisikan uang.
Seluruh mata mereka langsung berbinar-binar melihat segepok uang dihadapan mereka. Mereka saling menatap satu sama lain dan tanpa kelamaan langsung membawa koper itu pergi.
John dan Raissa langsung bisa bernapas lega. Masalah perhutangan itu telah selesai. Dan kini ada sebuah masalah baru yang harus mereka hadapi.
"Bagaimana memberi tahu pada putri-putri kita?" Raissa kini bingung untuk menyampaikan sesuatu yang mungkin akan membuat mereka sangat murka.
"Jangan kasih tahu dulu. Kita bawa mereka malam ini kesana. Bilang saja menghadiri acara teman."
Raissa mengangguk mengikuti saran dari suaminya. Tapi dari lubuk hati yang paling dalam, ia tak tega melihat salah satu dari mereka akan menghadapi takdir yang bisa saja tak sesuai harapan.
***
Celandine, putri yang paling anggun dan stylish memakai gaun rancangannya sendiri berwarna hitam pekat dengan hiasan bunga putih di atas dada. Rambutnya ia biarkan digerai dengan polesan make up yang cantik.
Lalu Diantha, juga memakai gaun buatan kakaknya berwarna merah maroon berlengan pendek dengan panjang selutut. Dia tak kalah anggun dari sang kakak-Celandine.
"Pakai ini!" Celandine memberikan sebuah gaun untuk Dianella, tapi seperti biasa adik bungsunya itu tidak mau. Dia tidak seanggun mereka. Ia malah memilih memakai dress biasa seperti mau tamasya.
"Anell! Pakai gaun dari kakakmu. Jangan keluar dari tema, masa mau menghadiri acara pakaiannya seperti itu!" John sampai geleng-geleng kepala melihat tingkah putri bungsunya itu. Mendengar dirinya diomelin, akhirnya Anell terpaksa mengambil gaun itu dan memakainya.
Gaun berwarna biru tua itu sangat cocok di badannya. Tak lupa, Celandine juga menancapkan make up ke wajah adik bungsunya itu. Walaupun mereka sering bertengkar saat di rumah, tapi sebagai seorang kakak Celandine sangat menyayangi kedua adiknya itu.
Mereka berangkat menggunakan taxi, cukup lama perjalanan sampai-sampai mereka hampir saja tertidur. Berhentilah mereka di depan sebuah rumah yang megah. Megah sekali, seperti sepuluh kali lipatnya ukuran rumah yang mereka miliki. Lihat saja, di depannya ada sebuah halaman seluas lapangan sepak bola.
Mereka langsung menatap takjub rumah besar itu.
"Ayah sejak kapan punya teman kaya raya?" tanya Anell dengan kekaguman yang tak bisa diutarakan. Dilingkungan mereka tak ada yang memiliki rumah seperti itu.
"Selamat datang Tuan, Nyonya dan Nona-nona yang cantik." Seorang wanita berpakaian serba hitam putih itu menyambut kedatangan mereka dengan senyuman yang lebar. Bukan hanya satu orang, tapi seluruh karyawan yang ada. Mereka seperti sudah menunggu kedatangan mereka.
"Silahkan masuk." Di pintu utama pun ada beberapa orang yang menunggu, mereka membukakan pintu lebar.
Di sebuah ruangan yang luas, terdapat beberapa kursi yang banyak mengelilingi sebuah meja besar.
"Silahkan duduk. Kalian pasti lelah setelah perjalanan jauh." Dari arah lain datanglah beberapa pelayan membawa banyak minuman dan makanan. Mereka menjamu mereka dengan berbagai macam minuman dan makanan yang lezat. John merasa tak pantas diperlakukan seperti ini.
DRAP!
DRAP!
DRAP!
Suara langkah kaki mendekat, kedua mata John langsung terjaga. Ia menunggu siapa yang akan datang.
"Hai, John!" Pria yang usianya sama dengannya, menyapa dirinya dengan santai. Tapi kalau dilihat dari wajah, John terlihat lebih tua.
"Hai juga, Samantha!" John terlihat kikuk, karna sudah sekian lama mereka tak berjumpa.
"Aku awalnya tak percaya bahwa ternyata kita memiliki kesamaan. Bukan kesamaan dalam arti yang sebenarnya, tapi seperti kebetulan. Kau memiliki tiga putri yang cantik, dan aku juga memiliki tiga putra yang tampan," ujarnya seraya tertawa.
"Samantha, aku tidak punya cukup waktu. Langsung saja pada intinya tentang apa mau mu. Yang mana diantara ketiga putri saya yang akan menikah dengan putramu yang pertama."
"HAHH!!!"
"WHAT!!"
Celandine, Diantha dan Dianella terkejut bersamaan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
SUNARTI SUNARTI
hadir thor
2024-09-17
0
Tati st🍒🍒🍒
salam kenal thor
2024-09-06
2
🎀✧𝗧ɹ𝕚°ꪑ𝚢ท❄🆁🅰🅹🅰 ❀∂я
/Drool/
2024-03-13
2