Cover by me
Ini tentang kehidupan pernikahan antara Aidan putra Bimantara seorang perwira polisi berpangkat ipda dengan Yura khalisa seorang mahasiswi akhir yang sedang sibuk menyusun proposal penelitian yang asyik-asyik revisi melulu.
Mereka ini sebenarnya tetangga, tetangga yang sudah seperti keluarga sendiri dan Aidan sudah menganggap Yura seperti adik sendiri begitu juga sebaliknya.
Tapi karena insiden tolol mereka harus hidup berdampingan satu atap. Bahkan Aidan harus melangkahi kedua kakak laki-lakinya yang masih lajang. Banyangkan padahal bukan urutan seperti itu yang Adian inginkan.
Bagaimana kelanjutan ceritanya yuk lanjut baca disini👇
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chika cha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Induk ayam tantrum
Ini sudah hari kedua Aidan mendiamkan Yura bayangkan sudah 2 hari tu indomilk puasa ngomong hanya dengan Yura. Rekan-rekan kantor Aidan yang katanya akan datang kemarin juga tidak jadi datang karena Aidan mengatakan istrinya lagi sibuk ngurus skripsi jadi belum bisa diganggu. Masih baikkan dia, tidak mengatakan apa yang terjadi Sebanarnya dengan rekan-rekannya.
2 hari ini juga Aidan tidak pernah membangunkan Yura di pagi hari. Padahal biasanya Aidan pasti akan membangunkannya entah itu di tendang, hidungnya di pencet supaya tidak bisa nafas, atau menjerit tepat di telinga Yura hanya untuk membangunkan gadis itu.
Tapi 2 hari ini Aidan malah terkesan bodo amat, mau Yura bangun atau tidak, mau Yura kesiangan atau tidak. Ia benar-benar tidak perduli. Namun 1 hal yang masih sama seperti biasa yaitu Aidan yang menyiapkan sarapan pagi di pagi hari tidak lupa memberikan uang jajan pada Yura di samping sarapan yang sudah ia siapkan. Saat pulang kerja Aidan juga akan membawa makan malam dari luar. Dan lagi mau di makan atau tidak oleh Yura, Aidan bodo amat. Yang penting dia sudah menyediakannya. Jadi tidak ada ajang menelantarkan istri sampai tidak di beri makan. Mau bagaimanapun ia dongkolnya pada Yura, Yura tetap istrinya dan tanggung jawabnya.
Semetara Yura, gadis itu merasa kehilangan sosok Aidan 2 hari ini. padahal mereka satu rumah tapi tidak saling menyapa. Biasanya hari-harinya akan di usili indomilk bongsor itu, tapi 2 hari ini Aidan sangat sangat menjaga jarak dengannya, semuanya terasa jauh dan asing akibat perdebatan malam itu. Padahal bukan ini yang Yura inginkan.
Apa ketidak siapannya menjadi istri dan membangun keluarga itu salah? Apa dia benar-benar harus legowo seperti Aidan menerima takdir yang menurut Yura gila ini dengan besar hati dan ikhlas. Ini gak muda.
"Kenapa si Ra? Tu muka udah 2 hari ini lesu begitu? Lo ada masalah?" suara Aqila membuat lamunannya buyar. Mereka berdua baru saja kelar konsultasi.
Namun Yura tidak ingin menjawab malah ia menghela nafas dan memilih lanjut berjalan menyusuri koridor.
Terdengar decakan keras dari mulut Aqila, jarang jarang loh Yura mukanya kusut seperti pakaian yang belum di setrika gini, Sebagai sahabat Aqila punya filling kalau Yura sedang ada masalah."ya kalau ada masalah tu cerita Ra, siapa tau gue punya solusi."
Yura pun menghentikan langkahnya menatap wajah Aqila dengan intens, Aqila membalas tatapan Yura dengan penuh binar penasaran, berharap sahabatnya itu mau bercerita padanya. Namun apa yang terjadi selanjutnya Yura malah menggeleng "gak ada."
Aqila berdecak "Serius gak ada nih? Lo gak mau cerita beneran nih?" desak Aqila.
Namun bukannya menjawab Yura malah kembali menatap Aqila. "Udah gak ada kegiatan kan?" dia malah balik nanya.
Aqila menggeleng "gak ada." oke,Aqila pasrah saja ketika Yura tak mau cerita. Mungkin gak semua masalah harus di bagi ke orang lain kan?
"Makan di luar yuk."
"Kalau makan mah gue hayuk aja."
Yura memutar bola matanya malas, lalu kembali melanjutkan langkahnya dan di ikuti Aqila. "Kalau soal makan cepet banget ya kil? Tapi yang bikin gue heran tu makanan larinya kemana sih? Badan Lo tetep kerempeng, otak juga tetep kosong." olok Yura membuat mata Aqila melotot.
"Hello, kaca mana kaca? Perlu gue cariin kaca apa gimana nih? Ngatain gue seenak jidat. Situ sendiri apa kabar? Mending gue kerempeng tapi tinggi. Lah lo, ciplek. Cilik, pendek."
Astaga, benar lagi.
Tapi Yura bukannya marah ia malah tertawa di olok sedemikan nyata oleh sang sahabat.
_______________
Aidan dalam perjalan akan kembali ke kantor setelah tadi sebelumnya ia pergi ke TKP atas kasus pembobolan rumah. Di pertengahan jalan ia melihat mobil milik Cicil beserta Cicilnya yang yang terlihat kebingungan akan mobilnya. Gadis itu tidak memakai seragam, sepertinya ia tidak masuk hari ini. Aidan pun menepi.
"Kenapa cil?" tanya Aidan begitu membuka kaca helmnya.
"Eh, Aidan." kagetnya mendapati Aidan menghampirinya "Gak tau dan, tiba-tiba mati gitu aja mobil aku." jawab Cicil dengan wajah frustasi.
Aidan melepas helmnya lalu selanjutnya turun dari atas motor mengecek mobil Cicil.
"Mungkin abis bensin cil." ujar Aidan.
Cicil menggeleng "udah aku cek, bensinnya malah masih full."
Aidan membuka kap depan untuk melihat kondisi mesin mobil. "Ini kayaknya ada masalah sama ECU-nya deh cil. Soalnya semuanya aku liat masih baik dan sehat." ujar Aidan setelah cukup lama mengamati mobil Cicil. Aidan kembali menutup cap mobil tersebut. "Aku hubungi pihak bengkel dulu." ucapnya mencari nomor bengkel langganan mobil kedua kakaknya—Abri dan Argan yang sempat ia simpan.
Setelah selesai menghubungi Aidan langsung menyimpan ponselnya di dalam saku celana. "Mobil kamu tinggal aja disini dulu, nanti tukang bengkelnya datang jemput." ucap Aidan, Cicil nampak mengangguk patuh sembari menundukkan kepalanya.
Sejenak Aidan menatap wajah bulat dengan rambut sebahu itu dengan intens. Cicil nampak meremas kecil perutnya. Aidan paham akan pergerakan Cicil tersebut, Cicil ini sangat tidak tahan lapar, jika sudah terasa lapar, ia akan langsung makan, atau cari tempat makan. Bukan sehari dua hari Aidan kenal gadis itu, setahun mereka berpacaran jadi hal kecil seperti itu Aidan sangat paham.
"Yuk cari makan." ajak Aidan.
Seketika Cicil mengangkat kepalanya menatap Aidan.
"Tapi-"
"Mau makan gak?" Potong Aidan, seketika mau tak mau dengan cepat Cicil langsung menganggukan kepalanya.
"Buruan naik." Aidan sudah naik keatas motor diikuti Cicil. "Nih pakai helm aku, soalnya aku cuma bawa helm satu. Mending kamu aja yang pakek."
Lagi Cicil menatap nanar punggung Aidan, tidak percaya akan perlakuan pria itu. Dan ini sangat dejavu. Sewaktu masih bersama, Aidan pasti akan selalu menjamin keselamatan untuk dirinya, sementara Aidan sendiri tidak terlalu perduli akan keadaannya sendiri "tapi dan, kamu gimana?"
Aidan nampak tersenyum "aku gak papa kok. Yang penting kamu. Kan kamu yang satlantas, masak iya satlantas gak taat sama peraturan." di perlakukan semanis ini gadis mana yang tidak baper, termasuk Cicil. Kalau begini caranya gagal sudah ajang move on-nya.
Cicil terkekeh, ia pun memakai helm Aidan "ya apa bedanya kamu, kamu juga polisi tapi gak taat peraturan."
"Kalau aku gak papa, sekali sekali." tidak lupa ia nyengir menampilkan gigi kelincinya. Haduh, bapak polisi satu ini sangat manis dan juga imut kalau sudah senyum.
"Oh, berarti kamu siap aku tilang nih?"
Aidan terkekeh "maaf, maaf ya ibu. Ibu lagi gak tugas jadi gak bisa tilang saya."
Pecah sudah tawa keduanya, setelahnya mereka pergi dari sana.
___________________
Yura dan Aqila sudah berada di sebuah kafe. Lengkap dengan makanan yang sudah mereka pesan.
Yura mulai mencocol potongan kentang goreng kedalam saus dengan khidmat begitu juga Aqila tapi bedanya mata gadis ini meliar untuk mencuci mata. Sungguh Aqila ini gadis yang bisa di bilang kelilipan orang ganteng, tidak bisa membiarkan pria berparas tampan ada di sekitarnya lolos begitu saja dari pandangannya.
"Ra, Ra, itu bukanya bang Aidan tetangga Lo?" ucap Aqila tiba-tiba sembari mencolek-colek tangan Yura menunjuk dengan bibirnya pada sosok pria yang ia duga adalah Aidan.
Merasa nama sang suami dia sebutkan membuat Yura mengikuti kemana arah pandang Aqila "ho'oh." akunya, karena itu memang Aidan yang makan berdua dengan seorang gadis lain. Ralat, bukan gadis lain melainkan mantannya. Iya, Aidan makan siang bersama Cicil hanya bedua, catat itu.
Dan itu membuat sesuatu di dalam diri Yura bergejolak panas, sensasinya seperti terbakar hingga hangus. Kalau saja bau gosong itu bisa menguap, pasti Aqila sudah heboh. Tapi nyatanya Aqila si gadis dengan kadar kepekaan cuma seujung kuku itu tidak menyadari perubahan raut wajah Yura ia malah terus nyerocos tidak jelas "tapi kayaknya Lo pernah bilang ya kan kalau mereka itu udah putus. Tapi itu kok bisa makan berdua? Apa mereka balikan?"
Kontan kata-kata Aqila berhasil membuat Yura kian terbakar. Mereka bahkan belum berbaikan soal masalah kemarin tapi masak Aidan sudah memilih balikan dengan mantan pacarnya. Oh, apakah ini alasan Aidan tahan mendiamkannya selama 2 hari? Karena ia sudah balikan dengan Cicil? Tapi jika mereka sudah balikan kenapa Aidan ngotot untuk tidak akan pernah menceraikannya. Apa maksud pria itu? Apa dia berpikir akan memiliki 2 istri kelak? Jika itu terjadi, Yura pastikan ia akan mencincang indomilk bongsor itu.
Gadis itu terus saja melihat kearah 2 sejoli yang kini tengah asyik saling melempar tawa. Entah apa yang mereka bahas sampai begitu asyik hingga serasa dunia milik berdua.
Astaga Yura, katanya gak cinta. Tapi perasaan apa ini Yura? Perasaan baru apa ini? Kenapa malah jadi kayak induk ayam yang lagi tantrum karena anaknya kena colong?
Apa dia cemburu? Yang benar saja!
...Aku tuh gak semangat banget nulis ini cerita, karena kayaknya kurang banget peminatnya. Aku jadi kurang percaya diri buat lanjut nulis, tapi tetep aku tulis juga sih. Walaupun lama updatenya....
...Mohon kasih kritik dan saran cerita ini🙏 Supaya aku tau dimana letak kesalahan cerita ini dan bisa aku perbaiki dan buat pembaca lebih nyaman lagi bacanya....
gak kerasaaaaa😛