"Aku mau kita bercerai mas!." ucap Gania kepada Desta dengan sangat lantang.
"Aku dan adikmu tidak mempunyai hubungan apa-apa Gania?." Desta mencoba ingin menjelaskan namun Gania menolak.
"Tidak ada apa-apa? tidur bersama tanpa sehelai kain apapun kamu bilang tidak ada hubungan apa-apa, apa kamu gila?."
"Bagaimana kita akan bercerai, kamu sedang hamil?."
"Aku akan menggugurkan anak ini!." Gania yang pergi begitu saja dari hadapan Desta.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dwi cahya rahma R, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 22
"Jangan berbohong kepadaku Sholeh!." Tuan Maxim menatap ke arah pak Sholeh dengan tatapan mengintimidasi. "Siapa Paijo? kamu pasti tahu kan?." lanjut tuan Maxim lagi.
"Paijo? siapa Paijo? aku tidak tahu, Max." pak Sholeh yang mencoba meyakinkan tuan Maxim bahwa dia hanya mempunyai satu anak saja.
"Apakah Desta mempunyai saudara kembar? karena dulu saat Desta remaja dia mempunyai tahi lalat di bagian lehernya, namun Desta yang menikahi putriku tidak. Justru Paijo lah yang mempunyai tahi lalat itu."
Pak Sholeh yang mendengar ucapan tuan Maxim seketika tertawa. "Hahaha.. kamu ini bicara apa, Maxim. Apakah kamu ini sedang ngelantur? hanya soal tahi lalat, kamu berfikiran bahwa anakku bukanlah Desta?."
"Jujur saja, Sholeh. Jujur kepada ku, atau aku sendiri yang mencari tahu, siapa Desta dan Paijo?." ucap tuan Maxim.
"Silahkan kamu mencari tahu, memang kenyataannya aku hanya mempunyai satu anak saja yaitu Desta. Dan aku tidak tahu siapa, Paijo? kalau memang mereka mempunyai wajah yang sama, mungkin hanya mirip saja, bukankah di dunia ini seseorang mempunyai kembaran berjumlah tujuh." jelas pak Sholeh.
"Baiklah.. dengan ucapan mu ini, aku sendiri yang akan mencari tahu, siapa sebenarnya Desta anak mu itu." tuan Maxim seketika beranjak berdiri lalu berjalan keluar dari dalam rumah.
Tuan Maxim terus berjalan masuk ke dalam mobilnya, dan tidak lama mobil pun sudah melaju meninggalkan kediaman pak Sholeh, dengan pak Sholeh dan ibu Mira masih berdiri di ambang pintu sambil menatap kepergian tuan Maxim.
"Pak.. bukankah kita sudah keterlaluan. Sudah banyak kebohongan yang kita lakukan kepada tuan Maxim." ucap ibu Mira di samping suaminya.
"Bagaimana lagi buk, kalau kita tidak berbohong, kita tidak akan mempunyai rumah yang bagus, sawah yang banyak, dan tabungan yang banyak." pak Sholeh yang menatap ke arah istrinya.
"Apa tidak lebih baik kita jujur kepada tuan Maxim, jika yang menikah dengan Gania bukanlah Desta, melainkan Heksa saudara kembar Desta."
"Apakah ibu siap kita akan masuk ke dalam penjara, jika jujur kepada Maxim? pasti Maxim akan menjebloskan kita ke penjara jika mengetahui bahwa kita menipu dia dan anaknya."
Ibu Mira yang mendengar ucapan suaminya seketika diam sejenak. Ibu Mira juga takut jika nasibnya sama seperti putra keduanya yaitu Heksa. "Lalu bagaimana jika tuan Maxim mengetahui semua ini dari orang lain, pak?."
"Entah lah buk.. yang bapak herankan.. kenapa Desta muncul di hadapan Gania dan Maxim, padahal sudah lama dia menghilang. Bukankah aku sudah memberi tahunya agar tidak muncul di hadapan Maxim, lalu kenapa dia bisa berada di rumah tersebut."
"Hah.. dari mana bapak tahu, jika Desta berada di rumah tuan Maxim?." ibu Mira yang menatap suaminya dengan sangat serius.
"Heksa.. Heksa yang memberi tahu bapak, jika dia sekarang bekerja di tempat tinggal Maxim yang baru sebagai tukang kebun di rumah tersebut."
"Astaga.. jadi Desta kembali muncul di hadapan Gania, pantas saja tuan Maxim menanyakan tentang ini semua."
"Sepertinya nasib kita akan buruk buk." ucap pak Sholeh yang merasa begitu cemas, jika rahasianya semua terbongkar.
"Jangan berbicara seperti itu pak." ibu Mira yang mencoba bersikap tenang, walaupun di dalam hati juga cemas.
Di dalam mobil, tuan Maxim tampak marah dengan Sholeh, karena dia tidak berkata jujur kepadanya. Namun tuan Maxim tetap yakin bahwa ada yang di sembunyikan oleh Sholeh terhadapnya.
Tidak lama tuan Maxim pun kembali tiba di rumahnya. Setibanya di rumah, rumah tampak sepi, namun lampu masih menyala semua. Saat tuan Maxim baru saja masuk ke dalam rumah dan duduk di sofa ia langsung di sambut oleh mbok Yem.
"Apakah bapak akan makan malam, jika iya saya akan menyiapkan pak." ucap mbok Yem yang berjongkok di depan majikannya.
"Tidak.. saya sudah kenyang, tapi Gania sudah makan malam kan?." tanya tuan Maxim.
"Sudah pak.. dan mungkin nona Gania juga sudah tidur." jawab mbok Yem.
"Ya sudah.. mbok Yem istirahat saja, saya juga masih kenyang."
"Baik pak." Mbok Yem kembali beranjak berdiri untuk kembali ke belakang.
Saat mbok Yem akan bersiap melangkah tiba-tiba tuan Maxim teringat dengan Paijo yaitu anak kandung mbok Yem.
"Mbok Yem." panggil tuan Maxim.
"Iya tuan." mbok Yem yang kembali mendekat ke arah majikannya.
"Ada yang ingin saya tanyakan kepada anda."
"Iya tuan, monggo." mbok Yem yang kembali duduk di bawah lantai
"Duduk saja di atas mbok.. biar enak bicaranya." perintah tuan Maxim, dan seketika mbok Yem pun duduk di atas sofa dengan sangat ragu. Ini menjadi kali pertamanya mbok Yem duduk begitu dekat dengan majikannya.
Taun Maxim dan mbok Yem seketika sudah duduk berhadapan. Mbok Yem tiba-tiba jantung nya merasa berdebuk sangat kencang.
"Waduh apa yang ingin di tanyakan pak Maxim kepada ku, kenapa aku ini jadi takut, Gusti." ucap mbok Yem di dalam hati.
"Saya ingin mbok Yem jujur kepada saya, tanpa ada yang di tutup-tutupi. Saya ingin mbok Yem berkata dengan saya sesuai apa yang di ketahui mbok Yem."
"Apakah ini soal pekerjaan pak?." tanya mbok dengan sangat berhati-hati.
"Tidak.. saya ingin bertanya soal Paijo."
"Paijo.. apakah anak saya membuat kesalahan hari ini pak?."
"Tidak mbok.. saya ingin tanya, apakah Paijo adalah anak kandung mbok Yem?."
Mbok Yem yang mendengar pertanyaan dari tuan Maxim seketika terdiam sejenak. Mbok Yem benar-benar bingung harus menjawab apa.
"I_iya pak.. Paijo adalah anak saya satu-satunya." jawab mbok Yem sedikit terbata-bata tanpa menatap ke arah tuan Maxim.
"Benarkah? anda tidak membohongi saya?." tanya tuan Maxim yang tidak yakin dengan jawaban mbok Yem.
"Iya pak, saya tidak berbohong." jawab mbok Yem lagi, namun dengan wajah tetap menunduk.
"Lalu ini apa?." tuan Maxim yang mengeluarkan beberapa kertas dari dalam tasnya, dan meletakkan kertas tersebut di atas meja.
Mbok Yem yang melihat kertas tersebut seketika menatap ke arah kertas tersebut.
"Itu semua data keluarga anda. Di kertas tersebut tertulis bahwa anda dan pak Joko tidak memiliki anak kandung, dan Paijo adalah anak angkat yang anda ambil dari seseorang, namun di kertas tersebut tidak mencantumkan dari siapa anda mengadopsi anak tersebut. Namun bisa di simpulkan bahwa Paijo bukanlah anak kandung anda dan pak Joko." jelas tuan Maxim kepada mbok Yem.
Mbok Yem yang mendengar penjelasan dari tuan Maxim seketika meriah kertas tersebut. "Dari mana bapak bisa mendapatkan kertas ini?."
"Itu tidak penting.. yang paling penting saya perlu penjelasan dari mbok Yem, siapa kah Paijo, apakah dia ada kaitannya dengan Desta mantan suami putri saya?."