Awalnya Su Lingyu adalah penggarap spiritual dari zaman modern. Namun karena sebuah kecelakaan konyol, ia terpaksa memasuki sebuah dunia novel percintaan zaman kuno, menjadi selir Pangeran Bupati Bo Mingchen sekaligus karakter penjahat wanita yang akan berakhir menyedihkan.
Su Lingyu tidak mau berakhir menyedihkan. Jadi dia dengan patuh menandatangani perjanjian perceraian lalu pergi. Dengan tubuh koi nya yang makmur, Su Lingyu berhasil melalui semua masalah yang timbul setelah bergesekan dengan pemeran utama wanita.
Namun, kenapa rasanya ada yang salah dengan plotnya? Dan apa yang salah dengan Bo Mingchen yang perlahan menipunya kembali ke istana pangeran bupati?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Risa Jey, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Semangka Kurus
Tak butuh waktu lama bagi Kaisar Bo mengirim orang-orangnya untuk memeriksa harta benda yang ditinggalkan pedagang kaya di kediaman Su Lingyu saat ini. Keesokan harinya, semua itu diperiksa. Kaisar Bo memang datang diam-diam dan meminta beberapa perhiasan untuk Permaisuri De.
Betapa sakitnya hati Su Lingyu ketika berpisah dengan sedikit emas itu, Kaisar Bo mengetahuinya.
Rupanya, gadis itu adalah pecinta harta dan tidak pernah mau rugi. Itu bagus. Dengan begitu, Su Lingyu tidak akan ditipu oleh seseorang di masa depan.
Setelah memastikan semuanya tidak ada yang salah, Kaisar Bo pun kembali. Tak lama, Bo Mingchen datang untuk memberi tahunya beberapa peraturan formal tentang kedudukannya sebagai putri daerah saat ini.
“Seharusnya, kamu tinggal di rumah yang disediakan istana kekaisaran untukmu. Hanya saja karena kamu suka tempat ini, maka tidak apa-apa.”
Entah apa yang ada di pikiran Kaisar Bo, Su Lingyu langsung ditempatkan di satu gedung yang sama dengannya. Ini untuk melatih gadis itu di masa depan, biarkan dia mengajarinya selangkah demi selangkah apa saja yang harus dilakukan.
Bi Mingchen ingin mengatakan jika dirinya sendiri tidak punya waktu untuk mengurusnya. Tapi entah kenapa, ia tidak bisa menolak. Membiarkan gadis itu dalam pengawasannya juga merupakan kepuasan tersendiri.
Dengan begitu, dia akan tahu apa saja yang selama ini disembunyikan oleh Su Lingyu.
Saat ini, Su Lingyu tengah menghitung perak dan memisahkan beberapa perhiasan yang ada di dalam kotak. Dia masih merasa tidak senang karena beberapa perhiasan telah dibawa Kaisar Bo untuk Permaisuri De.
Jadi ketika Bo Mingchen datang dan berbicara dengannya, ia tidak memerhatikan sama sekali. Ia bahkan tidak tahu apa yang sedang dibicarakannya.
"Su Lingyu?" Bo Mingchen mengerutkan kening. Beraninya gadis itu mengabaikannya.
Bo Mingchen berjalan mendekat dan melihat apa yang sedang dilakukan gadis itu. Lagi pula, Su Lingyu memunggunginya. Melihat apa yang tengah dilakukan, Bo Mingchen tidak bisa berkata-kata.
"Su Lingyu!" ucapnya sedikit lebih keras.
Su Lingyu masih sedikit linglung saat memikirkan semua hartanya. Jika bukan Kiwi yang ada di bahunya mencicit keras, ia mungkin tidak akan memedulikan Bo Mingchen sama sekali.
"Kenapa kamu di sini?" Su Lingyu kesal.
Wajah Bo Mingchen menggelap. "Apakah kamu mendengar apa yang kukatakan?"
"Apa?"
"..." Lupakan saja. Menjelaskannya nanti juga akan baik-baik saja.
Su Lingyu tidak terlalu peduli. Tapi Kiwi memberi tahu apa yang dikatakan Bo Mingchen.
Tentu saja tidak mungkin bagi Su Lingyu untuk pindah. Dia sudah susah payah untuk membersihkan halaman, mendekorasi taman serta membuat kolam.
Dan ada juga ruang bawah tanah yang cocok menyimpan barang-barang. Bukankah terlalu disayangkan jika pindah?
Bo Mingchen tidak datang dengan tangan kosong. Dia membawa semangka kecil di tangannya.
"Dari mana kamu mendapatkan semangka kurus itu?" tanya Su Lingyu tanpa malu.
Semangka kurus? Sudut mulut Bo Mingchen berkedut. Semangka ini dia dapat dari Sikong Lian. Ada banyak semangka di sana, jadi dia mengambil beberapa.
Ia teringat dengan gadis itu tanpa alasan yang pasti sehingga membawanya satu untuk dicoba.
"Jika kamu tidak mau, tidak perlu dimakan nanti."
"Siapa juga yang tertarik dengan semangka kurus yang pasti tidak manis."
Su Lingyu memutuskan untuk berhenti menghitung uang dan perak. Dia bangkit dan pergi ke dapur untuk mengambil sesuatu. Saat keluar, ia membawa semangka bulat besar, terlihat beda jauh dari semangka yang dibawa Bo Mingchen.
Ketika semangka itu dikeluarkan, Bo Mingchen terkejut. Ini pertama kali dia melihat semangka sebesar itu.
"Dari mana kamu mendapatkannya?"
"Tentu saja dari kebun halaman belakang. Karena rumah ini sudah lama tidak dirawat, banyak pohon atau tanaman buah dibiarkan begitu saja. Semangka ini dipetik dari sana."
Su Lingyu membuat alasan yang masuk akal. Sebenarnya, semangka tersebut dia dapat dari ruang spiritualnya. Kebetulan, ada kebun yang cukup luas di halaman belakang. Terhubung dengan bukit kecil yang subur.
Pemilik rumah sebelumnya adalah seorang pedagang kaya raya. Meski membeli rumah kecil untuk tempat tinggal sementara, pemiliknya masih suka memiliki halaman dan kebun yang terhubung bersama.
Ada pagar bambu kecil yang sudah tak terawat, tumbuh sedikit lebih tinggi, menjadi pembatas antara halaman belakang rumah dengan perkebunan.
Su Lingyu memanfaatkan hal tersebut untuk memindahkan beberapa pohon atau tanaman buah-buahan yang tumbuh di ruang spiritual nya.
Untungnya dia menemukan tempat itu sebelum pelayannya, Xiao Mo. Jadi dia bisa diam-diam melakukan kecurangan.
Bukankah agak lama jika menanam dari awal hingga berbuah? Mungkin sampai musim dingin tak sempat berbuah.
"Masih ada kebun di sana?" Bo Mingchen bahkan tidak tahu ini.
"Kalau tidak percaya, periksa saja sendiri."
Bo Mingchen memang penasaran. Dia meletakkan semangka di atas meja, lalu berjalan ke kebun.
Ada pun Su Lingyu yang tidak mengikutinya, segera memotong semangka menjadi beberapa bagian. Lalu dia penasaran dengan semangka yang dibawa Bo Mingchen entah dari mana.
"Semangka ini sangat kecil. Apakah kekurangan nutrisi?" tanya Kiwi yang muncul setelah bersantai di ruang spiritual.
"Aku tidak tahu. Mungkin cara penanamannya salah?"
Di zaman kuno, belum banyak cara yang diterapkan saat petani menanam sesuatu. Baik gandum atau padi yang dipanen kadang gagal.
Su Lingyu pun memotong semangka yang dibawa Bo Mingchen. Lalu potong kecil-kecil lagi agar mudah dimakan. Dia mencicipinya sepotong dan rasanya ternyata tidak manis.
Kulit bagian dalamnya lebih tebal, dagingnya sama-sama merah dan bijinya banyak. Su Lingyu bahkan tak bisa memakannya dengan santai karena bijinya terlalu mengganggu.
"Benar-benar tidak enak!" Su Lingyu tidak lagi berselera.
Bagaimana bisa orang seperti Bo Mingchen memakan ini?
Sementara itu, Bo Mingchen sudah tiba di kebun yang dikatakan Su Lingyu. Ia terkejut. Kebun buah dan sayur itu masih ditumbuhi oleh rerumputan, sama sekali tidak terurus.
Namun benar kata Su Lingyu, beberapa pohon atau tanaman buah tumbuh liar. Entah melon atau semangka, ada juga buah persik, apel dan pir.
"Bukankah gadis itu beruntung lagi?" gumamnya.
Bo Mingchen benar-benar sakit kepala ketika memikirkan kemungkinan besar apa yang akan terjadi di masa depan.
Sekarang kebun buah dan sayur ditemukan, lalu apa lagi di masa depan?
Omong-omong, ada bukit kecil di belakang kebun ini. Tampaknya cukup rimbun. Mungkinkah di sana juga ada hal baik lainnya?
Bo Mingchen memetik buah apel hijau kemerahan dari dahan rendah. Merasa tidak kotor, dia langsung menggigitnya.
Jus apel yang manis dan segar memenuhi mulut. Bo Mingchen mau tak mau menelannya.
Sangat manis!
Ini apel termanis yang belum pernah dia temukan selama ini.
Bo Mingchen kembali ke rumah Su Lingyu, mendapati gadis itu tengah makan semangka.
Semangka besar yang dipotong, kini hanya tinggal sedikit. Lalu semangka yang dia bawa, hanya dimakan sepotong kecil.
"Kamu kembali? Semangka yang kamu bawa tidak manis. Kamu seorang pangeran, kenapa begitu miskin?"