Bagaimana jika kamu sedang mengendarai kendaraan tiba-tiba saja pandangan mu menggelap dan membuka mata kembali sudah di zaman yang jauh berbeda
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Citra Khalifah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
28
"Apa kita jemput saja Nona Sandika ke tempat latihannya? Entah mengapa aku merasa tak enak hati bila tak mengajak dirinya" ujar boksun kepada dua temannya itu.
"Ya sudah jika itu mau kamu, mari kita jemput saja ia di arena latihannya" ujar Beno berbelok arah menuju tempat latihan Sandika.
Tak perlu waktu lama mereka bertiga sampai di arena tarung Sandika tetapi di sana banyak orang yang berkerumun membuat tiga sekawan itu pun keheranan.
"Ada apa ini? Kok banyak sekali orang yang berkerumun disini?" tanya boksun kepada Nata yang memang berada tepat di samping boksun.
"Aku juga tidak tahu ada apa... lebih baik kita lebih mendekat saja agar dapat melihat lebih jelas" usul Nata, dia juga sama penasaran dengan apa yang sedang terjadi di sana.
Ternyata tanpa mereka duga di tengah arena latihan itu berdiri Sandika yang bersiap akan berlatih tarung dengan seorang pria yang menggunakan baju zirah atau sering di sebut juga dengan baju besi lengkap.
"Bukankah itu Sandika? Dan pria itu memakai baju yang di gunakan oleh prajurit yang akan berperang bukan?! Dan siapa pria yang menjadi lawan latih nya Sandika ah... Aku tak dapat melihat wajah nya karena ia memakai penutup kepala" gumam boksun sambil memperhatikan Sandika.
Sandika yang berada di lapangan pun kini bersiap akan melakukan serangan kepada pria yang ada di hadapannya itu dengan kuda kuda yang kokoh.
Sementara pria yang ada di hadapan Sandika juga sama ia bersiap dengan kuda kuda yang sama persis dengan kuda kuda Sandika.
Semua orang yang ada di sana yang tadinya riuh dengan suara pun seketika itu juga senyap mata semua orang tertuju kepada Sandika dan pria itu yang akan memulai latihan mereka.
Sandika bergerak melawan pria tersebut dengan pedang yang terhunus ke depan mengarah ke leher pria tersebut namun sebelum pedang itu sampai, pria itu pun menangkis nya menggunakan pedang miliknya juga.
Suara aduan pedang pun bergema di arena lapangan itu, sedangkan pria itu hanya dapat menangkis tanpa bisa melawan Sandika yang gerakannya sangat lah gesit.
Boksun yang baru pertama kali melihat pemburu yang bertarung itu pun merasa takjub dengan kelincahan pemburu wanita yang sangat gesit dan lincah itu.
Lama kelamaan pria yang menjadi lawan Sandika pun tersudut kan akan tetapi ia masih bisa menangkis semua serangan yang di lancarkan sandika.
Sandika pun tak kenal lelah ia pun menambah kecepatan, kelincahan serta di tambah sedikit akrobat dalam gerakannya untuk mengalahkan pria tersebut dan melompat menargetkan kepala pria itu.
Akan tetapi pria yang sudah membaca gerak Sandika pun tak kalah gesit ia bergeser ke samping untuk menghindari pedang sandika.
Kini mereka berdua pun telah kembali ke posisi semula, posisi kedua nya pun sama menggunakan kuda kuda yang sama persis.
Pria tersebut kini menurunkan pedangnya dan mengangkat satu tangannya menandakan ia sudah selesai dan tak mau melanjutkan latihan itu.
Semua penonton yang melihat hal itu pun bertepuk tangan dengan begemuruh setelah pertarungan itu selesai.
Pria yang menjadi lawan Sandika pun kini membuka penutup kepala nya ternyata ia adalah tuan damar.
Kini Sandika dan tuan damar pun saling mendekat dan bersalaman, ketika mereka sedang bersalaman Sandika di kagetkan dengan suara teriakan yang memanggil nama nya.
"Sandika!!" ucap Beno dengan berteriak.
Sandika dan tuan damar pun otomatis melihat ke arah mereka dan berjalan mendekat.
Boksun yang masih terpesona dengan gerakan kedua orang yang sedang berjalan ke arah mereka pun hanya dapat terperangah diam seperti patung tetapi pikirannya terus saja berisik mengagumi mereka berdua.
"Ampun itu gerakan mereka berdua sangat luar biasa gesit, lincah dan mengagumkan sekali, seperti bukan gerakan manusia saja" pikir boksun.
"Kok kalian bisa ada disini? Bukan kah kalian akan melihat pekerjaan yang ada di gild saat ini?" tanya Sandika yang sudah mendekati ketiga temannya itu.
Nata pun menceritakan dari awal ia melihat boksun sampai boksun mengajak nata dan Beno makan serta akan mengajak Sandika juga.
"Kebetulan sekali tadi nya aku akan mengumpulkan kalian semua, karena waktu itu aku sudah berucap akan mentraktir kalian semua di rumah makan coro setelah tugas kita selesai bukan?!" ucap tuan damar.
"Tetapi ya.... Apa lah daya ku, aku diajak duel latihan dengan wanita yang tergila gila bertarung ini sebelum aku bisa melaksanakan janji aku waktu itu" ucap tuan damar sambil menghela nafas nya panjang tapi tak ayal tangan tuan damar pun mendarat manis ke kepala Sandika dan mengacak rambut nya dengan gemas.
Melihat hal itu boksun pun merasa aneh dengan sikap manis tuan damar kepada Sandika.
"Tuan damar dan Sandika?? Sejak kapan mereka sedekat itu? Apa hanya aku saja yang tak tahu?" pertanyaan itu kini berseliwaran di pikiran boksun melihat tingkah damar kepada Sandika yang menurut nya sangat manis.
"Kau cemburu???" tanya Lily yang mendengar semua pikiran boksun.
"Aku tidak cemburu Lily, aku sangat menghormati nona sandika, tak ada sedikitpun pikiran yang terlintas dalam benakku yang tak pantas untuk nona Sandika" gumam boksun.
"Tapi tunggu kenapa nata dan Beno sangat biasa saja melihat tingkah tuan damar dan Sandika itu ya? Apa memang mereka sedekat itu dari dulu?" gumam boksun lagi.
tuan damar pun kini melanjutkan ucapannya tadi.
"Tadi aku juga sudah meminta Gu ling, Du gong, tier dan coro untuk kemari untuk berkumpul" ucap tuan damar.
"Lihat lah itu mereka ber 4 sedang berjalan kemari" ucap nata yang melihat ke 4 orang yang tengah mendekat ke arah mereka itu.
"Ya sudah karena kita semua sudah berkumpul mari kita langsung saja berangkat menuju rumah makan coro" ucap tuan damar mengajak semua tim nya berjalan ke arah rumah makan coro.
Kini mereka semua pun melangkah menjauhi arena lapangan tanding dan akan ke rumah makan milik ibu nya coro.
Seperti yang dulu pernah mereka rencanakan kalau tuan damar akan mentraktir mereka semua akan tetapi ada sedikit perubahan karena boksun meminta kalau ia saja yang membayar semua makanan yang telah mereka pesan itu.
Sebenarnya tuan damar menolak hal tersebut akan tetapi dengan alasan yang masuk akal yang dikemukakan oleh boksun akhirnya tuan damar pun menyetujui nya.
Sebenarnya boksun tahu waktu di hutan itu kalau tuan damar hanya ingin menghibur dirinya karena tuan damar mendengar cerita sedih yang boksun ceritakan.
"saat ini aku karena aku memiliki uang karena menjual benda benda dari macan hitam itu, aku tak keberatan berbagi dengan kalian orang yang telah baik dan mau menerima ku apa ada nya" gumam boksun.