Hilya Nadhira, ia tidak pernah menyangka bahwa kebaikannya menolong seorang pria berakhir menjadi sebuah hubungan pernikahan.
Pria yang jelas tidak diketahui asal usulnya bahkan kehilangan ingatannya itu, kini hidup satu atap dengannya dengan status suami.
" Gimana kalau dia udah inget dan pergi meninggalkanmu, bukannya kamu akan jadi janda nduk?"
" Ndak apa Bu'e, bukankah itu hanya sekedar status. Hilya ndak pernah berpikir jauh. Jika memang Mas udah inget dan mau pergi itu hak dia."
Siapa sebenarnya pria yang jadi suami Hilya ini?
Mengapa dia bisa hilang ingatan? Dan apakah benar dia akan meninggalkan Hilya jika ingatannya sudah kembali?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
STOK 30: Apa Dijual Bebas?
Babak kedua, tatapan tidak percaya sekaligus curiga dilayangkan oleh Visha, sang adik. Tara hanya bisa pasrah untuk kembali menjelaskan kepada adik satu-satunya itu.
" Mbak nggak dipaksa kan sama Abang?"
" Vishaaa, nggak ya. Udah dibilang nggak ih."
Tara sungguh gemas, ia berpikir Visha tidak akan seperti ayah dan bundanya, tapi ternyata sama saja. Hingga lepas sholat subuh, dirinya masih dianggap sebagai tersangka penculikan gadis cantik dibawah umur.
Wajah Hilya yang manis seperti tidak sesuai dengan Tara. Padahal menurut Hilya, Tara memiliki wajah yang rupawan perpaduan ayah dan bundanya. Namun suaminya itu dianggap kurang bersanding dengan dirinya. Hilya yang sedari awal sudah minder saat mengetahui siapa suaminya itu, kini malah merasa sangat malu.
Ia berpikir bahwa keluarga Tara dengan nama besar yang mengikutinya itu akan terkesan menakutkan, serius dan dingin. Ia juga tahu bahwa ayah dari suaminya merupakan seorang profesor yang merangkap sebagai rektor yang memiliki aura dingin dan kaku. Namun semua anggapannya itu terpatahkan saat melihat interaksi mereka.
Kini Hilya menyadari dari mana asal sikap absurd dan aneh suaminya yang terkadang muncul tanpa permisi. Semua berasal dari keluarganya, namun Hilya menyukainya. Suasana kekeluargaan yang hangat dan sederhana ini membuatnya merasa nyaman.
" Ndak kok, Mas Tara beneran nggak maksa. Beliau orang yang baik dan lembut."
" Tuh kan, ya udah lah ya sekarang biarin istri Abang istirahat dulu. kasian badannya pasti pegel-pegel tidur di mobil. Ah iya Yah Bun, ada oleh-oleh dari bapak dan Ibu di mobil. Tolong ya?"
Tanpa menunggu jawaban dari kedua orangtuanya, Tara langung menarik Hilya dan membawanya ke kamar. Kaluna, Yasa dan Visha hanya bisa membuang nafas mereka. Sungguh ini sebuah kejutan yang tidak pernah terpikirkan sama sekali. Bagiamana bisa Tara menghilang selama 2 bulan lebih dan tiba-tiba pulang sambil membawa istri?
Satu sisi mereka senang tapi satu sisi yang lain mereka merasa amat sangat sedih dan bersalah. Menikahi seorang wanita dimana keluarga dari pihak pria tidak muncul pasti akan menimbulkan banyak gunjingan.
" Kita harus mengunjungi rumah Hilya Mas," ucap Kaluna memberi usul.
" Ya, kita memang wajib kesana. Kita harus menyapa keluarga besan dan meminta maaf. Ah iya, ayo kita keluarkan dulu itu apa yang tadi dibilang Tara."
Doeeeng
Wajah mereka bertiga seketika membeku saat melihat apa yang ada di dalam mobil. Sayuran yang begitu banyak itu tidak pernah mereka duga sebelumnya.
" Abang mau buka warung?"
" Hush, bukan Visha. itu tadi katanya oleh-oleh. Haah, kita bagiin aja ke paman dan bibimu pasti semua bakalan sebagian kalau segini banyaknya."
***
Hari ini Tara menitipkan Hilya kepada sang bunda, mengingat dia memiliki banyak hal yang harus diurus maka mungkin satu hari ini dia akan full berada di luar.
" Jangan diusilin lho ya Bund."
Plak
Kaluna kesal sekali melihat wajah iseng sang putra. Beberapa bulan sudah membuatnya merasa kehilangan, tapi saat di depan mata anak itu membuatnya kesal.
" Hehehe, maaf ya Bund. Pasti Bunda sedih banget Abang nggak ada kabar. Tapi terimakasih, berkat doa Bunda Abang bisa pulang dengan selamat plus bonus bawa istri yang cantik dan baik."
Kaluna tidak banyak bisa bicara, tenggorokannya tercekat, sehingga ia lebih memilih untuk memeluk sang putra yang kini sudah tumbuh menjadi seroang pria beristri.
Tara mencium tangan dan pipi Kaluna, lalu ia mencium kening Hilya. Dari wajah sang istri ia tahu bahwa Hilya masih enggan untuk ditinggal. Tapi seketika Hilya tersenyum yang berarti ia tidak masalah.
" Kayaknya aku akan sedikit lama, bersenang-senanglah dengan Bunda."
" Iya Mas, hati-hati."
Hilya mengantarkan Tara hingga ke pintu. Saat Tara sudah pergi, ia kembali ke dapur dimana Kaluna berada.
" Nah, apa yang biasanya kamu lakukan di rumah nak?"
Awalnya Hilya malu, tapi dia senang saat ibu mertuanya itu terlihat antusias mendengar ceritanya. Hanya dalam hitungan menit keduanya sudah akrab. Kaluna bahkan takjub dengan kemampuan memasak Hilya. Ya, mereka memutuskan untuk membuat makan siang setelah melewatkan sarapan dengan roti oles selai saja.
Di sisi lain, Tara saat ini menuju laboratorium milik Brisia, teman dari sang ibu sekaligus seorang ilmuan. Tadi dia sudah meminta janji temu dan tentu saja Brisia sangat senang bertemu keponakannya itu. Ya dia menganggap anak dari Kaluna sepeti keponakannya sendiri yang mana memang hubungan keluarga mereka adalah baik.
" Hallo Aunty, gimana kabar Aunty"
" Ponakanku yang manis, uhhh aunty kangen banget tahu. jarang banget bundamu itu ngunjungi aunty. Kamu juga. Jadi ada apa nih?"
" Serum penghilang ingatan, apa Aunty menjualnya secara bebas?"
TBC
banyak typo 🤭