Kayla datang untuk menghadiri pesta pernikahan sepupunya. Namun, pernikahan itu menjadi pernikahan mendadak baginya karena sepupunya kabur dari rumah.
Untuk menutupi rasa malu pada tamu undangan, Ibu Kayla meminta Kayla menggantikan posisi sang sepupu. Dia tak ingin nama baik keluarga besar menjadi cemoohan tamu undangan.
Kayla tidak bisa menerima pernikahan ini, tapi demi mengabulkan permintaan sang ayah yang di paksa ibunya untuk membujuk Kayla, akhirnya dia terpaksa menerima takdirnya.
Dengan terpaksa dan hati yang luka Kayla melaksanakan permintaan sang ayah, pria terhebat dihidupnya.
Perjodohan ini mengantarkan mereka pada cinta pertama yang dulu sempat dikuburnya.
lanjut baca yukk...novel ini akan update setiap hari 🙏🙏🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sri Ghina Fithri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 2
"Kalian ke mana saja? Cepat masuk!" bentak Buk Rita kesal pada Rayna dan Kayla yang baru saja datang dari toilet.
"Maaf, Buk!" lirih Rayna menundukkan kepalanya merasa bersalah.
"Ini pasti gara-gara kamu!" bentak Buk Rita pada Kayla.
"Bukan, Buk. Ini salah Ray," ujar Rayna berusaha membela Kayla.
"Kamu yakin?" Buk Rita tidak percaya.
"Sejak kapan, Ibuk nggak percaya sama aku?" ujar Rayna memelas sendu.
"Udah-udah! Yuk, masuk. Kita harus check-in sekarang" Pak Bram menengahi.
Mereka pun melakukan check-in, lalu masuk ke ruang tunggu menunggu keberangkatan.
1 jam 50 menit penerbangan, pesawat yang ditumpangi keluarga Bramantyo pun sampai di Bandara Internasional Minangkabau.
"Rita!" teriak seorang wanita berbaju hitam dengan hijab modis yang dikenakannya.
Dia berdiri di samping pria yang hampir seumuran dengannya. Wanita itu melambaikan tangannya.
Rita langsung mencari sosok wanita yang memanggil namanya.
"Uni Dina," pekik Rita menghampiri wanita yang hampir mirip dengannya.
Wanita yang bernama Lina itu pun mendekati keluarga Bramantyo.
"Gimana kabar, Uni?" tanya Rita pada sang kakak sambil memeluk tubuhnya.
"Alhamdulillah baik, Dek!" jawab Lina membalas pelukan adiknya.
"Bram, bagaimana kabarmu?" tanya pria yang berdiri di samping Lina.
"Baik, Bang Wisnu!" jawab Bram sambil menjabat tangan suami kakak iparnya.
"Sehat, Bang?" tanya Bram.
"Sehat," serunya bersemangat.
"Rayna, Kayla? Kalian sudah besar, ya!" Wisnu menoleh ke arah Rayna dan Kayla.
Sedari tadi mereka diabaikan oleh para orang tua yang tengah melepas rindu karena telah lama tak bersua.
"Baik Om," jawab Rayna dan Kayla bersamaan.
Mereka pun menyalami tangan Wisnu dan Lina sebagai tanda sopan santun mereka.
"Irene pasti senang banget bisa ketemu kalian," ujar Wisnu dengan senyuman yang lebar.
Kayla dan Rayna hanya tersenyum sambil menunduk.
"Ya udah, yuk!" ajak Wisnu sambil membantu Bram membawa barang-barang bawaannya.
"Banyak sekali bawaan kalian," keluh Wisnu sambil tertawa.
"Sedikit oleh-oleh buat keluarga, kami kan jarang pulang," sambut Rita.
Mereka terus mengobrol melepas rindu sambil melangkah menuju parkiran.
Saat mereka telah berada di depan mobil Ru** Toyo** berwarna silver.
Wisnu memasukkan barang-barang tersebut ke dalam bagasi mobil di belakang jok.
Setelah semua barang-barang mereka masuk ke dalam mobil, satu per satu mereka masuk ke dalam mobil.
Rayna dan Kayla duduk di bangku paling belakang. Para orang tua asyik mengobrol sepanjang perjalanan.
Mobil milik Wisnu memasuki pekarangan sebuah rumah lumayan besar di kawasan perumahan Griya Kuranji Permai.
Rumah megah dengan desain minimalis membuat kesan mewah pada bangunannya.
"Kita sampai," seru Wisnu saat dia menghentikan laju mobilnya.
Mereka turun dari mobil satu per satu.
Buk Rita dan Bibi Lina melangkah masuk ke dalam rumah diikuti oleh Kayla dan Rayna. Sedangkan Wisnu dan Bram mengeluarkan barang-barang bawaan mereka.
"Kayla!" pekik Irene saat melihat Kayla.
Mata semua orang tertuju pada seorang gadis yang mengenakan kaos oblong biru serta celana jeans Dongker selutut, dan rambut yang terurai indah.
Dia bergegas menuruni anak tangga, rasa rindu pada sahabatnya membuat dirinya tak sabar ingin memeluk sang sahabat.
"Aku kangen," ujar Irene.
"Aku juga," ujar Kayla.
Mereka saling berpelukan melepas rindu.
"Sama aku nggak kangen, Kak?" gerutu Rayna mengerucutkan bibirnya karena dicuekin.
"Eh, kangen juga lah, Dek!" Irene melepaskan pelukannya dari tubuh Kayla dan berpindah pada adik sepupunya.
"Aku juga kangen sama kamu. Yuk, ke kamar. Aku udah siapkan kamar khusus buat kalian." Irene menarik tangan kedua sepupunya meninggalkan para orang tua.
Para orang tua hanya tersenyum melihat keakraban anak-anak mereka.
Kayla dan Rayna mengambil tas Ranselnya lalu melangkah mengikuti Irene.
"Ren, setelah meletakkan barang-barang, langsung ajak saudaramu turun untuk makan siang," pesan Lina pada putrinya.
"Baik, Bu!" teriak Irene.
"Nah, ini kamar kalian. Aku sengaja menyiapkan kamar kalian tepat di samping kamarku," ujar Irene.
"Makasih, Ren." Kayla tersenyum senang.
"Ah, nyaman sekali," ujar Rayna saat merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur berukuran standar.
"Ray, jangan malu-maluin!" ujar Kayla melebarkan matanya pada sang adik.
"Biarin aja, Kay. Namanya juga anak kecil," ledek Irene sambil melirik ke arah Rayna.
"Aku bukan anak kecil lagi, Kak!" gerutu Rayna.
Kayla dan Irene tertawa melihat ekspresi sang adik yang cemberut.
Irene membantu Kayla dan Rayna menyusun barang bawaannya, setelah itu mereka pun keluar dari kamar. Lalu mereka melangkah menuju ruang makan di lantai satu.
"Yuk, kita makan!" ajak Lina pada anak-anak yang baru saja memasuki ruang makan.
Irene dan Rayna langsung duduk di kursi meja makan, sedangkan Kayla membantu Lina menyiapkan hidangan makan siang di atas meja.
"Udahlah, Sayang. Biar bibi yang menyiapkan, kamu pasti lelah." Lina merasa kasihan pada Kayla.
"Tidak apa-apa, Bi. Aku sudah biasa melakukan hal ini," bantah Kayla.
"Kamu memang anak yang rajin, Nak," gumam Lina di dalam hati.
Lina tahu bagaimana perlakuan adiknya pada Kayla, selama ini Rita sangat membencinya. Namun, sifat dan kelakuan Kayla yang baik membuat semua orang di sekitarnya menyayanginya.
"Ayo, Bram, Rita, kita makan!" ajak. Lina saat melihat adik dan adik iparnya memasuki ruang makan.
"Wah, enak sekali menu makan siangnya. Aku jadi lapar, Kak!" seru Bram saat melihat berbagai menu masakan Padang telah terhidang di atas meja.
"Iya, Kak. Aku kangen lho masakanmu," tambah Rita.
"Ya udah, ayo!" timpal Wisnu yang baru saja bergabung dengan mereka.
Semua orang pun duduk di kursi yang telah tersedia.
"Ayah, sini Kayla ambilkan!" tawar Kayla pada satu-satunya pria yang disayanginya.
Bram tersenyum, lalu dia menyodorkan piring yang ada di depannya pada Kayla.
Kayla mengambil piring itu, lalu dia pun mengisi piring tersebut dengan nasi, tak lupa Kayla menambahkan rendang kesukaan sang ayah.
Kayla tahu betul makanan kesukaan sang Ayah sehingga tanpa bertanya pada ayahnya dia sudah tahu makanan apa yang diinginkan oleh sang ayah.
"Terima kasih, Sayang!" ucap Bram saat mengambil piring yang sudah diisi oleh Kayla.
Terlihat ekspresi Rita yang masam melihat perlakuan Kayla pada sang suami. Dia tak suka Kayla dekat dengan suaminya, tapi kasih sayang Bram pada Kayla takkan bisa dibatasi. Sejak Kayla kecil Bram memang sudah menyayangi anak itu.
Lina melihat sang adik yang bermuka masam hanya bisa menggelengkan kepalanya.
Mereka pun mulai menikmati hidangan makan siang, tak ada suara yang terdengar kecuali dentingan sendok dan garpu yang beradu.
Pada malam hari saat semua orang mulai beranjak tidur, Kayla dan Rayna juga melangkah menuju kamar mereka.
"Ponselku," lirih Kayla saat menyadari dia telah meninggalkan ponselnya di ruang keluarga.
"Dek, kamu duluan aja! Ponselku ketinggalan di ruang keluarga," ujar Kayla pada Rayna saat mereka hendak masuk ke dalam kamar.
Kayla pun kembali menuruni anak tangga menuju ruang keluarga.
"Ternyata di sini," gumam Kayla saat melihat ponselnya tergeletak di atas sofa.
Dia meraih ponselnya lalu kembali melangkah menuju kamarnya.
Saat dia baru saja menginjak lantai dua, seseorang menarik tangannya.
"Aw," pekik Kayla kaget.
Dia melotot cemas.