NovelToon NovelToon
Istrinya Polisi?

Istrinya Polisi?

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cintapertama / Cinta Paksa / Beda Usia / Kehidupan Tentara / Slice of Life
Popularitas:393.3k
Nilai: 5
Nama Author: sinta amalia

Aya tak pernah menyangka sebelumnya, sekalipun dalam mimpi. Jika kepindahannya ke kota kembang justru menyeretnya ke dalam kehidupan 'ibu merah jambu'.

Kejadian konyol malam itu, membawanya masuk ke dalam hubungan pernikahan bersama Ghifari yang merupakan seorang perwira muda di kepolisian. Suka duka, pengorbanan dan loyalitas menjadi ujian selanjutnya setelah sikap jutek Ghi yang menganggapnya pengganggu kecil.

Sanggupkah Aya melewati hari-hari yang penuh dedikasi, di usia muda?

~~~~~
"Kamu sendiri yang bilang kalau saya sudah mele cehkan kamu. Maka sebagai perwira, pantang bagi saya untuk menjadi pengecut. Kita akan menikah..."

- Al Ghifari Patiraja -

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sinta amalia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

23. Arisan

Langkahnya keluar dari kamar dilatari oleh suara mama dan bi Wiwin.

"Ini nanti diangetin aja ya bu, kan bapak ngga suka kalo makanannya dingin?"

Mama mengangguk, "ditanya dulu, mau langsung makan atau engga..."

Lantas pandangannya beralih pada Aya yang sudah siap dengan rok rempel diatas lututnya sekaligus kemeja tipis yang melapisi kaos dala mann. Senyumnya terurai, bagaimana pun Aya, meskipun telah menjadi seorang istri...ia tetaplah remaja baru netes. Dan sepertinya, mama Rena harus waspada, none betawi yang telah berubah jadi mojang kembang ini akan banyak lebah yang hinggap.

"Udah siap, yuk."

Aya mengangguk, sebenarnya malas...tapi mau bagaimana lagi. Mama Rena yang minta, dan ia sangat sulit menolak, tak ada alasan pun untuk menolaknya.

"Nanti kalo ditanya temen-temen mama, bilang aja baru mau milih kampus pindahan. Terserah Aya lah mau nyebutin kampus ibukota mana."

Oke. Aya paham, mama menggeret usianya di depan teman-teman arisannya.

Duduk dan memperhatikan jalanan di luar kaca jendela mobil, yeah! Hal membosankan pertama yang nantinya akan jauh membosankan lagi ketika nungguin ibu-ibu kocok arisan terus ujung-ujungnya bikin konten centil, plus ghibahin orang dengan dalih info dan fakta.

Aya sudah khatam, bahkan seringnya...ia meminta Ica menggantikan perannya menemani bunda arisan dan pengajian, alhasil mulut Ica persis emak-emak sekarang.

Rumah makan bernuansa sundanese menjadi pilihan genk nya mama Rena mengadakan arisan kali ini, Aya menerka-nerka, kira-kira berapa dapetnya? Tak mungkin hanya 50 ribu sebulan kalau ngocoknya saja di sebuah rumah makan.

Tak ubahnya Aya, sepertinya om Wirya pun mengalami hal yang sama dengannya.

"Wir, masuk aja...pesen minum dan makan. Nanti masukin bill saya."

Alih-alih senang, Wirya justru menggeleng, "ngga usah bu. Biar saya di mobil saja, boleh? Kalau ada apa-apa ibu bisa telfon..." ringisnya tak enak.

"Loh, kok gitu om? Di dalem aja bisa makan minum..." Aya bersuara, bahkan tak butuh waktu lama untuknya berpikir kembali dan menggeleng saat Aya bertanya, Wirya langsung saja menolaknya mentah-mentah.

Cukup aneh, namun mama Rena justru tertawa akan itu, "ya udah nanti saya suruh pramusaji minta anter itu ke mobil. Atau nanti kamu bawa pesenan ke mobil, nanti saya bayar..."

"Siap bu." Hormatnya.

Mama Rena merangkul Aya, tak ubahnya ibu kandung pada putrinya. Masuk lebih dalam yang nyatanya beberapa orang sudah melihat kedatangan mereka diantara pengunjung lain, begitu kontras perbedaannya mengingat dresscode yang dipakai geng arisan ini. Tahun 202X tuh ganti, bukan tren geng motor yang merajaleleee...melainkan geng arisan emak-emak.

Seorangnya bahkan ada yang mengangkat tangan pada mama demi memberitahukan posisi.

Dan dapat Aya lihat dari jaraknya berdiri, wanita paruh baya seusia mama duduk berhadapan dan bersampingan di satu meja panjang, 1,2,---sekitar 7 orang...

Dan sambutan hangat serta senyuman lebar dilemparkan untuknya dan mama Rena.

"Oalah ini mantu jeng Ren?"

"Iya."

"Cantiknya."

"Gagal deh besanan kita, jeng..." seloroh ibu berkerudung peach, dimana ibu lain menyebutnya ibu dewan.

Mama Rena hanya terkekeh garing, "iya. Bukan jodohnya Ghi sama Naura."

"Loh, ajudan ganteng suamimu ngga ikut jeng? Wirya?" tanya yang lain dengan senyum genit dan alis yang naik turun, mama Rena tersenyum geli, "ada...di mobil. Takut sama jeng Alin katanya..."

Mereka tertawa dan menggoda, oke! Sampai sini Aya paham alasan kenapa om Wirya tak mau masuk.

"Ay, mau gabung disitu...itu ada Naura, sama Maudi juga...kenalan sama yang lain?" tunjuk mama ke arah meja samping.

"Oh iya....Nau! kenalan dulu sama mantunya tante Rena dulu..."

Mereka memanggil penghuni meja samping. Dua orang perempuan dengan rentang usia hampir sama dengannya.

"Oh iya." ujar keduanya menghampiri, namun seorang diantara mereka memandangnya cukup membuat risih.

"Hay, aku Maudi...itu mamaku.." tunjuknya pada ibu berambut sebahu dengan senyuman ramah.

"Naura." Ucapnya singkat. Namun matanya itu sudah jelalatan dengan meneliti Aya lebih detail, mulai dari ujung rambut hingga kaki, biasa aja...lengkungan bibirnya itu dapat tertebak, begitu meremehkan Aya.

"Ranaya." jawab Aya mencoba ramah, awalnya Aya tak mau bergabung, namun ketika mama mulai sibuk dengan kawan-kawannya dan tak ada lagi kursi kosong tersisa untuknya di meja sana, Aya terpaksa harus bergabung di meja samping.

Krikk--krikk...

Tak obrolan diantara ketiganya, Maudi lebih memilih bertelfon ria di tempatnya sembari menikmati makanan dan minuman, sementara sosok bernama Naura, yang katanya digadang-gadang hendak di comblangkan dengan Ghi justru sibuk menscroll-scroll ponsel dimana suara-suara isian konten manusia lain ia putar secara berturut-turut.

Terkadang Naura mengikuti gerakan dan berkaca diri di layar ponselnya, begitu centil. Seolah dunia hanya miliknya sendiri.

Sudah Aya duga semuanya akan menyebalkan dan membuat suntuk. Ia hanya bisa sesekali memainkan ponsel dengan beberapa kali memilih memperhatikan mama bersama teman-temannya yang sedang bersenda gurau, kadang juga ikut menyimak obrolan mereka yang nyerempet-nyerempet pada aib orang.

Tau ngga, tetanggaku----

Oh iya, dia baru beli rumah lagi?

Jadi di Kepulauannya bawa-bawa simpanan?

Tuh kan! Aya menghela nafasnya berat.

Bahkan makanan yang dipesan Aya sudah kosong sejak tadi demi mengusir rasa jenuh, hanya menyisakan sisa sisa sausnya saja, sementara minum? Aya mengisi kekosongan itu dengan hobbynya yang tak berfaedah, nyemilin es batu bekas minuman di gelasnya.

Hingga---

"Kuliah dimana? Atau masih sekolah justru?" suara itu lirih bertanya, namun begitu sumbang di pendengaran terlebih nada sinisnya itu seolah mencibir Aya, jika Aya masihlah sangat bocah untuk Ghi.

"Lagi nyari kampus pindahan..." jawab Aya seperti yang diinteruksikan mama tadi.

Kini alisnya bahkan terangkat sebelah, "ngga nyangka aja, tante Rena sama om Sakti milihnya bocah buat bang Ghi, bukan karena kecelakaan kan?" dengusnya.

"Punya pelet apa bisa bikin bang Ghi mau sama kamu?"

Dan Aya tak bisa untuk sabar kali ini, bahkan Maudi saja sampai menjeda obrolannya demi mendengar Naura berucap lumayan kurang ajar, padahal notabenenya Aya adalah orang yang baru saja ia kenal beberapa menit lalu.

"Pelet? Maksud loe pelet pakan ikan?" tanya Aya langsung dihadiahi tawa Maudi, namun tak lama tawa Maudi meledak, ia harus kembali mengatupkan mulutnya mana kala Naura mendeliknya tajam, "ngga usah ketawa kamu, Di..."

"Kak Aya lucu, abisnya. Sorry--sorry lanjut deh..." jawabnya masih menutup mulut.

Aya dapat melihat aura-aura gagal move on dari gadis itu, sepertinya ia adalah kandidat calon menantu tante Rena jika saja skandal antara dirinya dan Ghi tak terjadi pagi itu. Dan berkat kecerobohan Aya, mimpi indah yang telah ia rangkai hancur begitu saja.

"Sorry ya, udah bikin rencana indah loe sama mama loe gatot..." jawab Aya. Dan untuk apapun, ucapan itu membuat wajah Naura memerah, "maksud loe? Itu----" Naura benar-benar mendekap kedua tangannya di dada dan memalingkan wajah geram.

Tak lama mereka terdiam sampai Naura kembali angkat bicara, "jangan terlalu yakin bang Ghi bakalan suka beneran sama kamu. Dia tuh tipe orangnya susah suka sama orang, apalagi cewek..." ucapnya lagi pada Aya, entah memiliki maksud apa.

"Termasuk loe gitu?" tanya Aya lagi, dan Maudi...rupanya dapat mendengar itu meski sedang bertelfon ria, ia cukup dibuat menahan tawa gelinya saat itu.

"Shhh. Loe tuh nyebelin banget ih! Dibilangin juga ngga percaya, jangan nyesel kalo nanti loe dikacangin bang Ghi selama pernikahan...banyak-banyak stok sabar deh..."

Aya merotasi bola matanya, "kak Naura kita ini kayanya hafal banget sama----"

"Ya iyalah hafal, seumur bang Ghi pindah ke kota kembang, dan seumur pertemanan mamaku sama tante Rena, selama itu gue kenal bang Ghi." Jumawanya memotong ucapan Aya dan memancing Aya untuk mengangguk-angguk, "waww...berapa tahun tuh..."

"Lama banget lah. Ada mungkin sekitar 12 tahunan. Waktu gue juga masih sd." Kembali ia berujar jumawa, namun seolah tak kehilangan ide, Aya justru tersenyum dan tetap tenang tak terprovokasi.

"Kalo gitu harusnya gue ucapin makasih sama loe. Makasih ya udah jagain jodoh gue...."

Dan untuk apa, tawa Maudi kembali meledak. Nafas Naura semakin menggebu, wajahnya bahkan semakin matang, tanpa di duga ia menggebrak meja hingga membuat beberapa penghuni rumah makan terkejut melirik ke arah mereka, termasuk para ibu.

"Loe tuh!" tunjuknya pada Aya. Naura memandang sekeliling yang melihatnya, rasa malu membuncah terlebih rasa kecewa, sedih dan frustasinya yang ia tahan sejak sebelumnya meledak jadi satu saat itu, "gue yakin, bang Ghi nikahin loe karena sesuatu. Apa karena hamil duluan?! Loe pasti yang goda-godain, iya!"

Tangan Aya sudah mengepal untuk itu, diraihnya sisa air lelehan ea batu dan menyiramkannya ke arah Naura membuat ia terperanjat termasuk Maudi.

"Ha! Mamaaaa!" jeritnya.

Para ibu bergegas beranjak dari tempatnya, terlebih ibu Naura dan mama Rena.

"Aya kok gitu..." tegur mama Rena, "maaf ya Nau, jeng..."

"Jaga ya mulut loe. Mulut loe ngga pernah disekolahin apa gimana? Seenaknya kalo ngomong?!" sengit Aya.

"Udah stop...udah.." lerai mama Naura bersama ibu lain dan mama Rena.

"Kenapa ini, ada apa neng?" tanya mama. Namun sepertinya pendengaran kedua gadis ini ditulikan rasa amarah.

"Kalo ngga ngerasa ngga usah marah harusnya!" ujar Naura nyolot, bahkan mamanya sudah membekap mukut Naura yang kemudian ditepis Naura.

Aya dan Naura sudah saling menunjuk wajah dengan nada tegang, begitupun Naura yang menyerang balik dengan menyiramkan air minumnya pada Aya.

"Eh!"

Naas....mama Rena justru menghalangi hingga air itu membasahi baju mama Rena.

Mereka terkejut, terkhusus Aya yang langsung mendekap sang mertua.

"Nauraa!" sentak sang mama pada putrinya.

"Heh! Itu kena mama gue!" Aya melotot pada Naura dan ingin membalas gadis itu dengan mencoba meraihnya, namun aksinya justru dihalangi para ibu, Maudi dan mama Rena, "justru karena gue ngga ngerasa, makanya marah waktu loe tuduh-tuduh!" sewot Aya lagi.

"Hey, udah...udah...op..op..." lerai mereka pada kedua gadis yang sudah siap baku hantam, saling jambak ini.

"Ma," Aya memandang khawatir, "baju mama jadi basah."

"Kenapa, ini ada apa sih, ya ampun...jangan ribut-ribut." Lerai ibu lain.

"Jeng, maaf..." ringis ibu Naura, digelengi mama Rena.

Tanpa meminta maaf, Naura justru beranjak mengambil tasnya dan pergi dari sana.

Aya masih menatap mama Rena dengan rasa bersalahnya, salahnya yang terhasut.

"Udah ngga apa-apa neng...cuma air..."

Om Wirya melirik keduanya dari rear vision dengan perasaan bersalah juga, jika saja dirinya ada bersama atasannya itu mungkin kejadian ini tak akan menimpa atasannya itu, auto dihukum oleh komandan Sakti jika begini.

"Maaf bu, saya lalai." Ringisnya.

"Tapi itu manis, pasti lengket." Aya bahkan membantu mama membersihkan sisa jelly dan strawberry dari dada mama Rena dengan tissue.

"Kan tinggal ganti nanti di rumah."

"Maafin Aya, ma. Kalo Aya ngga ke provokasi Naura tadi, mama ngga akan kesiram begini."

Mama Rena tersenyum usil, "ih ngga usah lebay. Ini cuma kesiram air aja...jangan sedih gitu mukanya. Di rumah malah kecipratan minyak panas..." ujar mama menenangkan.

"Udah, Wir...kejadian ini, kamu ngga usah ngomong sama bapak, saya ngga apa-apa, anggap aja barusan saya minum ngga hati-hati..." kembali mama Rena berucap.

"Tadi itu kenapa, neng?"

.

.

.

.

.

1
Sari Aliya
kq gx up lagi iya kk
oca rm
kapan up lagi kak
Zee Zee Zubaydah
kok blum up juga kak
'Nchie
haha kasian ica 😄dipenjara aja ca penjara orang2 sholeh biar dpt ustad ganteng plus sholeh
Ika Sembiring
up kak
sitimusthoharoh
dah kebayang serendom ap rumah tanggane merekq berdua.
lanjut
sitimusthoharoh
aya emang beda y kapt wkwkkwkwkwwkwk
lanjut
Anonymous
Up
Defvi Vlog
enak aja minta maaf, ga segampang itu ya ghi
Defvi Vlog
aku aja yg baca sedih sakit bacanya😢
Defvi Vlog
emang c klo suami pulang kerja cape pasti bawaannya emosi, apalagi istri bwt ulah.
Defvi Vlog
tegang berasa nonton film action 🤭
Ika Sembiring
up kakakkk
Yuni Widiyarti
siap2 ay tinggal dirumah sendiri
Yuni Widiyarti
emang ay nya bang ghi segokil itu dak heran aku
oca rm
lanjut kak
Ika Sembiring
up kakak
Ney Maniez
jangan atas nama kan jihadddd please 😭😭😭
lagi sedihhh pengen ketawa ngakak
Rita
sadizzzzz🤣🤣🤣🤣🤣🤣
Rita
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣dongkol ngga tuh
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!