Gairah Berbahaya CEO

"Bagaimana hubungan kak Vivi dengan om David, apa baik-baik saja?" tanya Anabela dengan tatapan curiga.

"Yah, seperti hubungan atasan dan bawahan pada umumnya. semua berjalan lancar."

Viv berusaha meyakinkan dirinya, jika dia baik-baik saja tanpa David. Membentengi hati dan pikirannya agar selalu tidak terbawa perasaannya.

"Aku tidak berhak untuk cemburu padamu Dav, aku sadar akan posisiku yang hanya wanita simpananmu." bathin Viv sedih.

***

Bella terlihat begitu cantik, dengan gaun indah dengan harga fantastis yang membalut tubuh seksinya. Malam ini dia harus bisa mendapatkan perhatian David sepenuhnya.

"Aku sudah tidak sabar lagi, untuk menyandang status sebagai nyonya Davidson." bathin Bella.

Bella sudah lama menyukai pria itu, jauh sebelum Marina muncul di kehidupan David, Selama itu dia berjuang. bahkan bantuan kedua orang tua David waktu itu, juga tidak membawa hasil apa-apa. hingga kesempatan emas itu datang dengan sendirinya. perceraian David dan Marina membawa angin segar ditelinga Bella.

Ruangan makan khusus sudah dihiasi dengan lilin-lilin kecil, sehingga suasana terasa begitu romantis. Bibir Bella melengkung indah begitu melihat kedatangan David.

"Ya tuhan, David benar-benar tampan. tidak ada yang berubah, meskipun dia sudah berstatus duda." detak jantung Bella semakin berdebar-debar tak menentu begitu langkah David semakin dekat.

"Selamat malam David, senang bisa bertemu kembali denganmu." tersenyum manis dengan hati yang makin berdegup.

"Malam juga Bel."

Mereka duduk saling berhadapan, terhalang sebuah meja kecil dan lilin yang menjadi penerang. Namun semua itu tidak menghalangi Bella untuk bisa memandangi wajah tampan David sepuasnya. Seorang waiters maju lalu menuangkan minuman ke gelas mereka masing-masing.

"Silahkan Bella."

"Terimakasih Dav." jawab Bella malu.

"Cherss!!!"

David memajukan gelas ditangannya, diikuti Bella bersulang dengan lembutnya.

"Sudah lama tidak mendengar kabar kedua orang tuamu, apa mereka baik-baik saja? tanya David.

Ah!

"Eh iya Dav, ada apa?" tanya Bella tersentak dari lamunannya, yang hanya fokus memandangi Dav saja.

"Bagaimana kabar orang tuamu?"

"Mereka baik-baik saja David, dan sangat ingin bertemu denganmu, terutama membicarakan tentang hubungan kita." jawab Bella memberanikan diri, karena dia sudah bosan selalu menunggu dan berharap, terutama janji-janji kedua orang tua David, yang saat ini sudah berubah tanpa sebab yang jelas.

"Hn, tentang hubungan kita. apa maksudmu Bel?"

"Mereka ingin kita segera menikah, Dav."

"Bukankah kalian sudah mengetahui jika aku sudah menikah sebelumnya?"

"Bukankah pernikahanmu dan Marina sudah berakhir."

"Tapi dari awal sudah aku katakan jika aku tidak mencintaimu Bella, hubungan kita tidak lebih sebagai seorang sahabat, dan tidak akan ada yang berubah."

"Please Dav. beri aku kesempatan untuk menjadi istri yang baik untukmu, Kita bisa mencobanya dari awal."

Bella tertunduk sedih, sangat sulit baginya untuk menaklukkan hati David yang keras dan dingin seperti es jika sudah membahas tentang hubungan mereka.

"Maaf Bella, tapi aku lebih nyaman dengan hubungan persahabatan kita."

"It's Oke Dav."

Bella tetap berusaha tersenyum dihadapan David, mengendalikan perasaan kesal dan sakit hatinya ketika mendapat penolakan secara halus.

***

Ditempat lain, Sarah dan Marina semakin panik. Bagaimana tidak. gudang tempat penyimpanan hasil produksi perusahaan Bramantyo yang sudah beralih kepemilikan tiba-tiba terbakar, sehingga mengakibatkan kerugian yang cukup besar.

"Bagaimana ini bisa terjadi?" ucap Sarah frustasi.

"Aku yakin pasti ada seseorang yang dibalik insiden ini."

"Apa cctv dan pengawasan di gudang utama sudah diperiksa?"

"Sudah kak, tapi cctv sepertinya sengaja dirusak terlebih dahulu."

"Siapa dalangnya, tidak mungkin Vivian ataupun bocah ingusan Anabela yang beraksi."

"Untuk menutup kerugian, terpaksa kita menjual separuh saham Bramantyo lagi."

"Aku setuju kak."