"Selamanya masa lalu adalah pemenang, siapapun pengisi hati hari ini, akan kalah dengan masa lalu yang datang kembali."
Untuk Sheila, itu tidak berlaku, karna masa lalu yang dicintai suaminya setengah mati itu sudah tiada hampir sepuluh tahun yang lalu karna jatuh ke jurang.
Karna itu, suaminya hanya bisa mencintai dirinya yang masih hidup di dunia ini.
Lantas, bagaimana jika masa lalu yang dikatakan telah meninggal dunia, datang kembali seperti keajaiban dengan anak perempuan berusia sepuluh tahun?
Lantas, apakah benar masa lalu akan tetap menjadi pemenang setelah kembali?
Apakah Sheila hanya menjadi istri pengganti?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rini IR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menemui Oma Cici!
...**************...
Shei, Mikhail, Arthur dan Daniel akhirnya sampai di rumah Shei. Tidak sekalipun Shei bertanya tentang kemana perginya istri Mikhail, pun dengan Mikhail, ia tidak pernah bertanya sedikitpun soal suami Shei.
Keempatnya masuk ke dalam rumah Shei, mereka kembali setelah pulang dari restoran.
"Papa sama Mama pasti seneng banget liat kamu, udah lama banget ga liat kamu Khal." Ujar Shei dengan bahagia, dia juga sedikit terharu, tidak pernah ia sangka akan bertemu lagi dengan teman masa kecilnya ini.
Sejak di restoran hingga di mobil, mereka hanya membahas kenangan masa kecil mereka saja, tanpa bertanya apa yang terjadi pada masing-masing mereka selama 20 tahun terakhir.
Mereka hanya mengenang, sementara Shei terlalu gugup dan merasa tidak enak bertanya tentang 20 tahun terakhir pada Mikhail.
Arthur senang melihat sang mama banyak tertawa dan bercerita seperti hari ini. Setelah kepergian Haren, Arthur tau Shei lebih pendiam dan jarang tersenyum. Tapi setelah bertemu dengan Mikhail, Shei kembali seperti Sheila sebelumnya, senyum tulus, tawa lepas dan ceria itu Arthur lihat di wajah sang mama saat mengobrol kenangan lama dengan pria itu.
Melihat Shei bahagia, Arthur pun ikut bahagia.
"Iyaa, udah lama banget ngga ketemu Tuan sama Nyonya besar." Jawab Mikhail dengan ramah.
"Tuan sama Nyonya besar itu, orang tua calon mama, ya Pi?" Tanya Daniel dengan polosnya.
"Iyaa." jawab Khal.
Shei hanya diam, mengangguk dan tersenyum, soalnya Daniel memang sangat menggemaskan.
"Hei Arthur, kamu manggil mereka apa? Kakek--Nenek, Datuk--Nenek, Atau Oma sama Opa?" Tanya Daniel menyenggol siku Arthur.
"Kenapa kamu pengen tau?" Arthur sudah mengernyitkan dahinya, dia punya firasat tidak enak soal kalimat yang akan Daniel cetuskan berikutnya.
"Loh? Pake nanya lagi, ya karna aku calon cucu mereka lah, kita kan bakal jadi saudara." Jawab Daniel dengan entengnya.
Sudah Arthur duga, jawaban yang keluar dari mulut anak ini memang tidak harus di dengarkan.
4 kali.
Arthur sudah memutuskan untuk memukul Daniel 4 kali besok tanpa sepengetahuan siapapun, sebagai balasan ocehan tidak jelas anak itu hari ini. Soalnya Arthur tidak bisa memukul anak itu sekarang, karna masih ada Shei dan Mikhail. Arthur tidak mau membuat ibunya sedih karna dirinya, tidak mau membuat Shei berpikir bahwa Arthur menjadi anak yang temperamental karna perceraian mereka.
"Shei, udah pulang? Arthur cucu nenek juga udah pulang." Sambut sang mama yang baru saja datang dengan jalan yang pelan.
"Ma? Coba tebak dia siapa." Shei menunjuk ke arah Mikhail, dengan senyuman bahagia.
Oma Cici, nama ibunya Shei. Beliau berjalan tertatih memperhatikan baik-baik, pria tampan bersetelan formal yang Shei kenalkan.
Tampak familiar, namun entah kenapa terasa asing.
"Mama ngga kenal." Akhirnya Oma Cici menyerah, dia benar-benar tidak bisa tau siapa orang ini, tapi wajahnya terasa familiar.
"Gimana kabar Nyonya besar? Sehat? Ini Mikhail, Khal, anaknya Pak Jaka Dinawang, sopirnya Bapak Gal dulu." Akhirnya Mikhail memperkenalkan dirinya.
Detik itu juga Oma Cici langsung mengenalinya, ia langsung menjatuhkan air mata melihat perubahan drastis bocah yang dulu itu.
"Ya ampun, ini kamu Khal. Kamu apa kabar? Bapak gimana kabarnya? Udah besar kamu ya, udah sukses jugaa, bangga saya sama kamu." Suara Oma Cici tulus, dia merangkul anak yang dulu dia sekolahkan itu.
"Nyonya juga apa kabar?" Mikhail langsung menyalami tangan perempuan yang sudah cukup tua itu. Perempuan yang menawarkan sekolah di tempat yang sama dengan Shei dari SD hingga lulus.
"Alhamdulillah kalo itu, ayo ayo sini duduk. Loh ini siapa?" Akhirnya Oma Cici melihat Nak kecil yang ada di sebelah Mikhail.
"Saya Daniel Nek, anaknya Papi Mikhail. Salam kenal, aku juga bakal jadi cucu nenek loh, soalnya Papi aku sama mamanya Art--"
Dengan cepat Arthur langsung menutup mulut Daniel. "Engga Oma, Mama sama Om Mikhail ngobrol aja dulu, aku bakal ajak main Daniel ke kamar, sekalian mau ganti baju gerah, Ayo."
Tentu saja Arthur takut anak itu akan menceploskan hal besar itu. Kalau mungkin di depan Shei dan Arthur itu bisa saja candaan, tapi Arthur takut kalau Omanya akan menganggap itu serius. Entah apa yang terjadi nantinya kalau Oma anggap itu serius.
Yang jelas akan terjadi masalah dan keribetan lagi di rumah ini, semua orang akan bersitegang lagi, dan Arthur menghindari hal-hal seperti itu terjadi lagi, setelah rumah mereka cukup damai setelah badai topan yang menerpa secara tiba-tiba kapan hari lalu.
"Iya, jangan berantem lagi ya Nak, yang akur, nanti mama anterin jus sama cemilan." Nasihat Shei melihat kedua anak itu berjalan menuju kamar Arthur.
"Iya ma, makasih."
Sebenernya yang terjadi bukan mereka berjalan bersama, tapi Arthur yang menyeret paksa Daniel.
"Makasih calon ma--uhkk."
Mulut Daniel langsung disumpal oleh dasi yang Arthur kenakan.
......................
Akhirnya ketiganya duduk di ruang tamu sambil mengobrol mengenang masa lalu.
"Tuan Gal kemana Nyonya? Kok nggak ada?" Tanya Khal saat sejak tadi dia disini, dia tidak melihat sosok tuan besar itu.
"Ih Khal, udah dong, jangan manggil Nyonya besar, tuan besar gitu, kamu kan bukan anak sopir kita lagi. Kamu ini pengusaha tau, panggilnya sekarang Om-tante aja, atau bapak-ibu ajaa." Sela Shei, dia tidak nyaman Arthur terus memanggil orang tuanya dengan panggilan saat mereka kecil dulu.
"Iyaa bener, panggil biasa aja, kamu kan juga udah jadi tamu sekarang Nak." Timpal Oma Cici yang setuju.
"Ya udah deh kalau Shei sama Ibu maunya gitu. Iya itu Pak Gal kemana, Bu?" Khal mengucapkannya dengan lancar tanpa terbata-bata sedikit pun.
"Masih kerja, ada masalah di pabrik, baru aja pergi. Makanya sayang bangett, Bapak pasti juga seneng liat kamu sekarang, bangga pasti bapak tuh."
"Iyaa Bu."
"Oh iya, pertanyaan ibu tadi kok belum dijawab. Bapak kamu kemana? Pak Jaka?"
Khal diam sebentar, sebelum akhirnya dia menatap Oma Cici dengan mata yang sedikit bergetar.
"Bapak udah lama meninggal Bu, semenjak 12 tahun yang lalu, karena kecelakaan."
"Astaghfirullah!"
Oma Cici dan Shei kaget, mereka langsung menangis seketika.
Suasana hening untuk beberapa saat, yang terdengar hanyalah isakan tangis Oma Cici dan Shei yang mencoba menahan suara mereka agar tidak membuat Khal mengingat hari itu lagi.
"Udah udah jangan nangis, hobi banget nangis. Perasaan Shei dulu ngga cengeng kayak sekarang deh, dulu kan wonder woman." Mikhail mengambil sapu tangannya, mengusap lembut air mata di wajah Sheila yang memang sejak tadi mereka duduk bersebelahan.
"Kenapa kamu ngga bilang daritadi?"
"Kalo aku bilang daritadi, kamu banyak nangis daritadi, kasian anak kamu kalo liat mamanya nangis. Kamu liat sendiri kan, dia senang banget waktu liat kamu seneng." Khal mengusap kepala Shei lembut.
ada kami yg mendukungmu
dia bilang shei murahan tpi dia gak ngaca gitu saat dia ciuman & pelukan didepan istri sahnya dengn wanita lain... meski orang itu org zg prnah dicintainya tpi kn dia dah punya istri jdi dia hrusnya bs tahan kan nafsunya itu.... bahkan dia ceraikan shei krna jalang itu pula, skrg mlah berlagak sok benar dan sok suci ,cuiiihh... jijik liatnya 😤😤😤