Novel ini bercerita tentang seorang siswa biasa bernama Reza yang secara mendadak mendapatkan teman-teman baru yang merupakan sekumpulan group Idol kesukannya.
Apa itu idol? idol adalah seseorang atau sekelompok orang yang dicintai dan diidolakan oleh para fansnya karena suatu hal.
Singkat cerita, Reza ingin melindungi senyuman para idol itu dan tidak ingin melihat mereka menangis.
Namun Impiannya punah, dia hanyalah pecundang yang tidak bisa melakukan apapun disaat idolanya membutuhkannya. Alhasil Reza menangis dengan kencang dan tanpa sadar iapun pingsan.
Saat bangun ia terkejut karena waktu terulang kembali ke saat dimana pertama kalinya idol yang ia cintai datang kesekolahnya, dan secara tiba-tiba juga sebuah sistem muncul di hadapannya.
"Sistem Perlindungan Idol"
Akhirnya kisah Seorang Reza sang pemeran utama pun dimulai...
P : Apakah hidup dengan mengidolakan seseorang adalah hal yang salah?
J : Tidak, itu tidak salah, malahan itu hal yang bagus
P : Alasannya?
J : ...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rikazum, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10 : Meskipun Keberadaanku Tidak Ada -10-
..."Dibandingkan pengorbananmu dimasa lalu, dan pengorbanan yang aku lakukan dimasa ini, Apa menurutmu yang aku lakukan saat ini sudah sepadan?"...
^^^-SNR^^^
"Rumi? Apa kau baik-baik saja? Ayo bangun...Ayamnya sudah masak"
"E---Eh? A---Ayah? Ayah!!!"
Narumi terbangun dengan mata buram dan keringat dingin bercucuran di atas meja belajarnya. Ketika ia melihat sosok tinggi besar berpostur tinggi dengan rambut biru tua dan kacamata optik berwarna hitam, ia merasa familiar saat orang itu membangunkannya dari tidur, ia dengan cepat membersihkan kotoran matanya dan dengan sigap melemparkan badannya dan lalu memeluk ayahnya dengan erat, lalu tanpa disadari deraian air mata terjatuh dari kedua buah mata Narumi.
"Ru---Rumi!? Kamu kenapa menangis!?"
Ayah Narumi sontak kaget dan tanpa sadar termundur kebelakang ketika anaknya melompat kearahnya dan tiba-tiba menangis dipelukannya.
"Ayah...ada apa...?"
Ibu Narumi yang sedang memasak didapur pun dengan gesit datang ke kamar Narumi dengan masih memikul wadah berisi adonan aci yang dipegang kedua tangannya.
Narumi melihat ke Ibunya yang baru saja muncul dari luar pintu kamarnya, ia melepaskan pelukan dari ayahnya dan lalu melompat dan mendekap ibunya dengan kuat masih dengan air mata yang mengalir.
"Rumi...ada apa sebenarnya...?"
"Aku baik-baik saja..."
Ibu Narumi bertanya dengan heran dan juga khawatir, namun Narumi hanya membalas ala kadarnya dan masih terus memeluk ibunya.
"Apa dia bahagia karena bisa bersekolah dan tinggal bersama kita di kota Apex ini yah" Ayah Narumi berkata dengan gembira saat melihat anaknya yang biasa pemurung itu menjadi lebih terbuka pada ayah dan ibunya.
"Sekolah?" Narumi berbalik dan melihat ayahnya dengan keheranan.
"Eh, memangnya bukan karena itu yah? Kata kamu besok sudah harus masuk sekolah di daerah Gritin dengan teman-teman kamu, iyakan?"
Ayahnya berucap dengan bingung, ia mengira alasan anaknya menjadi bahagia karena kepindahannya dari sekolah jepang dan akhirnya bersekolah di tanah kelahirannya sendiri, ternyata salah.
"Ba---Bagaiman kalau kita makan dulu, ayah kamu baru saja selesai masak makan malam kesukaan kamu loh, Ayam Goreng soy sauce"
Melihat suasananya yang menjadi canggung, Ibu Narumi mencairkan makanan dengan mengajak ayah dan anak itu untuk makan bersama.
Merasa suasana tiba-tiba menjadi canggung, Narumi mencoba melawan rasa gugupnya dan lalu memegang tangan ayahnya dengan lembut seraya berkata, "A--Ayah, ayo kita makan bersama"
Meskipun masih terasa gugup dan gemetar, ayah Narumi bisa melihat dengan jelas perjuangan putrinya untuk melawan sifat dan sikap gugupnya dan itu membuat dirinya sangat terharu hingga kacamatanya terasa basah karena sesuatu.
"Kok malah gantian yang nangis? Kalian berdua ada masalah apa sih"
Ibu Narumi tidak tahu harus memberikan komentar apa, hembusan nafasnya yang berat sambil tangannya tetap mengaduk-aduk adonan ditangannya sudah cukup menjelaskan betapa beratnya perjuangannya sebagai ibu rumah tangga.
"Tidak, ayah tidak kenapa-kenapa."
Ucap Ayah Narumi dengan tisu yang ia usapkan ke kelopak matanya.
Ayah Narumi adalah seorang Chef disebuah kapal pesiar, hal itu membuatnya harus menetap di atas asinnya air laut dan harus jauh dari keluarganya. Satu bulan setelah pernikahannya dengan ibu Narumi, ia sudah harus melanjutkan pekerjaannya dikapal pesiar. Istrinya yang seng hamil, istrinya yang sedang melahirkan, dan istrinya yang membesarkan anaknya, berbagai hal sakral seperti itu tidak bisa ditemani langsung olehnya karena tuntunan pekerjaannya yang sangat berat. Akhirnya ia tidak pernah punya waktu untuk berkomunikasi secara akrab dengan putrinya.
"Sudahlah...ayo makan!"
Ayah Narumi merangkulkan kedua tangannya kepundak istrinya dan juga ke atas pundak anaknya menuju tempat dimana mereka akan makan.
"Apa aku bereingkarnasi?" Tanya Narumi pada dirinya sendiri dikala sedang duduk dimeja belajarnya sehabis makan malam.
“Aku merasa telah bermimpi namun aku yakin itu sama sekali bukan mimpi, penglihatanku menjadi pudar ketika aku melihat ada seorang siswa yang menghantamkan bangku sekolah ke arah kepala orang yang menculik kami dikehidupan sebelumnya.
Badannya Narumi bergetar ketika mengingat kejadian itu, sentuhan tangan para baj*ngan kotor yang membelai-belai tubuhnya dikehidupan sebelumnya membuatnya ingin muntah saat ini juga, namun ia menahannya agar ayah dan ibu nya tidak khawatir saat mendengar suaranya muntah.
"Orang itu...Siapa namanya yah..."
Disela-sela menahan kerongkongannya agar tidak memuntahkan makanan yang baru saja ia makan, sebuah pertanyaan ambigu muncul dikepalanya.
Padahal ia sudah bersekolah hampir satu semester namun masih juga belum tahu nama orang yang duduk dibarisan yang sama dengannya dan juga satu-satunya orang yang berani melawan gang besar disekolah itu demi menyelamatkannya dan juga menyelamatkan seluruh anggota member Kanashi Tamashi.
"Andai saja aku bisa bertemu dengannya lagi, Aku mungkin akan melakukan yang terbaik untuk balas budi padanya."
Ucap Narumi merasa sangat menyesal karena tidak mengingatnya.
Dikehidupan sebelumnya Narumi tidak dekat dengan siapapun kecuali dengan teman-teman Idolnya. Walaupun banyak murid yang mencoba mendekatinya dan berteman dengannya, ia selalu menghindari mereka semua dengan berlindung pada gadis-gadis idol yang menjadi temannya juga keluarga keduanya.
Dia merasa menyesal, karena itulah dia membuat sebuah harapan...
Aku berharap bisa menjadi lebih percaya diri
***
Inspektur Hana memandang Reza dari atas ke bawah. Dan lalu merenungkan sesuatu: Dia adalah pria yang menyelamatkan seorang gadis kecil dari geng kejahatan sebelumnya dan yang dia temui singkat di luar pintu masuk ke kantor polisi.
Karena tindakannya, dia mampu membobol geng kriminal yang melumpuhkan anak-anak dan memaksa mereka untuk bekerja sebagai pengemis jalanan. Hari itu, dia menyelamatkan 20 anak yang diperbudak yang tangan dan kakinya patah. Memikirkan hal itu membuatnya berpikir darimana asal kekuatan anak ini hingga bisa membuat orang dewasa pingsan. Ia lalu melembutkan pandangannya ke arah Reza namun disisi lain ia juga heran, kenapa seorang remaja sebaik Reza harus membuat kericuhan di Masyarakat?
“Ibu Inspektur Hana!?”
Pintu ruang interogasi terbuka, dan seorang petugas polisi menyandarkan setengah tubuhnya ke dalam, matanya celingak-celinguk dengan setumpuk dokumen kertas di dekapannya, terlihat jelas kalau dia punya sesuatu untuk dilaporkan.
Sebelum meninggalkan ruangan, Inspektur Hana memerintahkan dua petugas lainnya untuk terus mengawasi dan juga menginterogasi Reza.
“Ketua Tim Gu, kami telah menyelidiki identitas orang-orang itu. Pria botak itu bernama Keryhan, dan ia lebih sering dipanggil dengan nama Terhan. 30 orang lainnya, termasuk yang telah kabur adalah bawahannya. dan kami mendapat info kalau mereka bagian dari kelompok yang sama dengan beberapa orang yang telah kita tangkap belum lama ini, ”lapor petugas pria itu dengan datar.
Inspektur Hana kaget, namun juga lega karena Tiba-tiba dia merasa segalanya menjadi semakin jelas sekarang. “Jadi, Keryhan dan kelompoknya sengaja membuat keriuhan itu hanya untuk membalas dendam pada seorang anak yang bahkan msih belum lulus sekolah?" ucap inspektur Hana dengan rasa empati.
“Benar bu Inspektur, seperti itu. Saya juga berbicara dengan pemilik kios, yang menguatkan cerita Reza dan seorang gadis yang membela Reza sebelumnya. Mereka mengatakan dia hanya duduk di sana sambil memakan ayam geprek kesukaannya sebelum akhirnya kelompok Teryhan datang dan tiba-tiba berlari dengan parang, golok, pisau, pipa baja, dan berbagai alat tajam dan berat lainnya. Mereka datang kewarung itu untuk membuat masalah. si Keryhan bahkan membalik meja makan Reza hingga membuatnya kaget. Hal itulah yang memulai konflik. ”
Tatapan Inspektur Hana mengalihkan pandangannya kearah ruangan introgasi dan lalu beralih ke topik lain dan bertanya, “Apa kau sudah memeriksa identitas anak itu.?”
“Iya. Anak itu hanya manusia biasa yang dilahirkan dalam keluarga tukang kayu biasa di Provinsi Jamber, Anak itu mendapatkan beasiswa untuk bersekolah di Elyon International School dan telah menjuarai berbagai kompetisi dan juga memenangkan olimpiade dan berbagai kejuaraan lainnya. Namun sayangnya ia harus dikeluarkan tepat dihari kemarin karena alasan yang ambigu. Dan sekarang ia masih menganggur dan belum memutuskan akan melakukan hal apa"
"Bagian akhir tadi seharusnya tidak perlu kau sebutkan" Inspektur Hana memijat-mijat dahinya saat melihat kekonyolan anak buahnya itu. "Selain itu apa orantuanya hanya seorang tukang kayu saja? Apa mebel keluarganya besar?
"Iya, benar adanya kalau orang tuanya adalah seorang tukang kayu, namun mebel milik mereka tidaklah terlalu besar, menurut laporan, luas mebelnya hanya sepanjang 4×5 meter saja. Dia juga memiliki seorang kakak perempuan yang sudah menikah dan bekerja sebagai apoteker di sebuah Apotek di daerah kota Apex ini. Apakah kita harus memanggil kakaknya untuk introgasi lebih lanjut? jika dibutuhkan maka saya ak… “
Inspektur Hana melambaikan tangannya dan menyela, “Tidak perlu, selain itu..." dia berhenti sejenak namun kemudian menatap lurus ke mata anak buahnya, " Hendra, Apa menurutmu ada yang salah dengan laporan ini?”
Petugas Bernama Hendra itu memasang ekspresi kosong di wajahnya karena tidak memahami maksud dari pertanyaannnya atasannya itu. Dia menggelengkan kepalanya dan berkata, “Inikan cuman laporan yang sangat biasa. Dan aku juga tidak menemukan ada yang salah dari laporan miliknya. ”
“Aku tidak peduli dengan laporannya. Hanya saja, apa kau benar-benar sama sekali tidak dimana kejanggalannya!. ”
"Ma--maap Inspektur, saya tidak tahu" Jawab Aiptu Hendra, bawahan Iptu Hana dengan gugup.
Alis hitam Iptu Hana merajut sedikit, dan dia berkata dengan sangat serius, “Anak itu bahkan menangani 28 anggota kejahatan yang bersenjatakan pisau dan pentungan sendirian. Tidak hanya dia tidak terluka, tetapi dia menyebabkan 20 luka ringan dan delapan luka serius. Bukan hanya diriku sendiri, Keterampilan bertarung anak itu seharusnya sudah cukup membuat seluruh tim SWAT elit kita merasa malu. Bahkan tidak ada satupun dari kita yang berani menghadapi Penjahat kelas teri seperti Keryhan dengan duel solo, tapi coba kau pikirkan lagi, bagaimana bisa seorang anak yang bakan belum lulus sekolah dan tidak pernah punya riwayat pelatihan ilmu bela diri bisa membuat gangster itu hancur dalam semalam!?"
Setelah mendengar keluh kesah atasannya, Hendra terdiam mencoba memahami masalahnya.
Dia mengerutkan alisnya dan menggaruk bagian belakang kepalanya. Wajahnya penuh keheranan dan keraguan. “Ya, Bu Inspektur, anda benar. Anak itu memang orang biasa menurut apa yang tertulis di laporan kita. Tapi bagaimana anak dari orang biasa bisa memiliki keterampilan yang begitu aneh? “
“That's Right!!! Sudah kukatakan kalau pasti ada yang salah dari bio data milik dia itu! Apa kalian yakin tidak mengambil bio data orang lain yang mempunyai nama yang sama!” Inspektur Hana berkata dengan raut wajah yang tegas.
“ Maaf, bu Inspektur. Tapi itu tidak benar. Bahkan pihak berwewenang yang berasal dari provinsi jamber bisa mengonfirmasi hal itu. Untuk masalah Biodata-nya dengan jelas menyatakan bahwa dia tidak menerima pelatihan khusus atau bergabung dengan organisasi beladiri mana pun sejak ia kecil. Dan Juga, kakak perempuannya, Anita, yang bekerja di sebuah Apotek besar di daerah kecamatan Burung Dara, telah mengkonfirmasi kalau catatan biodatanya akurat, dan sama sekali tidak ada kesalahan. Apakah mungkin kalau dia mempunyai seorang guru yang merupakan seorang pertapa? Dan karena ia tidak ingin terlalu tersorot maka dia menyuruh anak itu untuk tidak menonjolkan diri “
“Apa maksudmu?”
Iptu Hana bahkan lebih bingung: Bagaimana ceritanya manusia biasa bisa tiba-tiba mempunyai kekuatan super dengan kemampuan bertarung yang menakutkan?
Aiptu Hendra lebih jauh menjelaskan, “Maksud aku, apakah ada seorang ahli yang kebetulan hidup sebagai pertapa di desa pegunungan mereka? Mungkin saja karena ada suatu kejadian membuat anak bernama Reza itu menarik perhatian sang pertapa yang membuat pertapa itu mengajarinya ilmu martial art. Kalau situasinya seperti itu, bahkan tim penyelidik seperti kita juga tidak akan bisa mengidentifikasinya." jelasnya.
"Argumenmu menarik juga, dari mana kau tahu hal-hal berkaitan spiritualis hingga sejauh itu" Tanya Iptu Hana saat sedang terkagum dengan penyampaian bawahannya itu.
"Film kolosal..." jawab Aiptu Hendra dengan polos.
“Haahhh....Apa kau berpikir spontan untuk membuat sebuah cerita fantasi sekarang?" Iptu Hana menghembuskan nafas berat yang panjang. "Sepertinya kau lebih cocok jadi pendongeng handal dibanding jadi polisi" sarkasnya. "Seorang pertapa yang hidup bersemedi diatas gunung dan dibawah air terjun? begitukan maksudmu! ”
Iptu Hana hanya menggelengkan kepalnya dan menghembuskan nafas berat sembari menyesal dalam pikirannya : kenapa bawahannya harus sesengklek ini.
Aiptu Hendra tertawa karena malu. Dia telah menonton film serupa; begitulah cara dia membuat tebakan liar seperti itu.
Pada saat itu, seorang petugas polisi muda berwajah segar datang dan memberi hormat pada Iptu Hana. “Bu iptu Hana, pengacara Randy Perald, beserta ayahnya Herias Perald dari departemen hukum, ada di sini untuk memberi pembelaan kepada seorang terdakwa bernama Reza. ”
"Pengacara Randy Perald? Bahkan dengan ayahnya juga!? datang dari departemen hukum di ibukota?"
"Apa!? bagaimana bisa meraka berdua datang?!"
Ekspresi wajah Iptu Hana dan Aiptu Hendra berubah sedikit. Herias Perald adalah seorang pengacara terkenal di negara ini, dan dia berasal dari sebuah firma hukum terkemuka. Bahkan jika seseorang memiliki uang, hampir tidak mungkin untuk membayar jasanya jika orang tersebut tidak memiliki status yang tinggi. Selain itu dia juga mempunyai sebuah prestasi yang belum pernah dipatahkan oleh siapapun, yaitu 'keluar dari ruang sidang tanpa kekalahan' Begitu pula dengan anaknya, Randy Perald, walaupun menggunakan nama belakang ayahnya, bukan berarti ia hidup dari keringat ayahnya secara terus menerus. Bahkan jika berdasarkan penilaian umum, orang-orang telah menganggap kalau Randy telah melampaui kemampuan ayahnya sendiri. Berbeda dengan ayahnya yang hanya berpihak pada orang yang mempunyai status tinggi, Randy malah sebaliknya, ia membantu rakyat miskin mendapat keadilannya yang membuatnya dicintai oleh sebagian warga di desa ini. Karena hal itulah membuat Iptu Hana bertanya-tanya Siapakah anak bernama Reza ini yang bahkan seorang terkemuka dan memiliki karir yang mentereng sepert Herias dan anaknya, Randy, datang jauh-jauh ke kota Apex hanya untuk membebaskannya.
Karena penasaran dia akhirnya berencana untuk menyelidiki Reza lebih lanjut, tetapi sepertinya tidak mungkin sekarang.
****
“DING! Selamat ya Anda telah mendapatkan seratus poin! ”
“DING! Selamat ya Anda telah memperoleh dua ratus poin! “
…
Di ruang interogasi, pemberitahuan sistem terdengar di benak Reza secara berturut-turut. Sistem telah mengingatkannya tentang poin yang dia peroleh ketika dia mulai bertarung dengan pria botak dan kelompoknya. Sejauh ini, dia telah mengumpulkan lebih dari 2000 poin.
Atmosfer ruangan juga terasa agak ambigu dengan para penjaga yang mengawasi Reza dengan tatapan ngeri. Reza sendiri juga hanya diam dan murung, memikirkan bagaimana kehidupannya selanjutnya. Apakah dia harus mendekap selama-lamanya dipenjara? Atau mungkin hakim akan memutuskan hukuman mat* buat dirinya. Namun semua hal buruk dipikirannya berubah ketika iya mendengar ada sebuah bunyi deritan pintu dari sisi kanan badannya.
DRETT!!
Pintu ruang interogasi berderit terbuka, dan Inspektur polisi satu, yaitu Hana dan bawahannya, Aiptu Hendra masuk kedalam ruangan. Dia lalu memerintahkan dua petugas polisi lainnya untuk melepaskan borgol dari kedua tanganya.
Dia berkata dengan dingin, “kau bebas sekarang, nak! Jadi sebaiknya jangan buat masalah lagi kalau kau tidak mau hidup didalam sel sepanjang hidupmu!"
“Jadi, apa anda sudah memastikan pernyataan saya sebelumnya? Aku tidak bohong, kan?” Reza lalu berdiri dari kursinya dan bertanya sambil tersenyum kearah Iptu Hana.
“Masalahmu bisa berupa pembelaan diri yang sah atau pembelaan diri yang berlebihan. Jika bukan karena kau belum cukup umur untuk disebut legal, dan mengingat beberapa jasa-jasamu yang secara tidak langsung membantu polisi melakukan serangan terhadap kejahatan, aku sudah pasti tidak akan membiarkan anak kecil sepertimu pergi begitu saja, ”kata Iptu Hana dengan datar sambil merapikan atribut topinya berwarna hitam yang sebelumnya terlihat sedikit miring
“Anda baik sekali, aku benar-berterimakasih pada anda, bu Hana...atas bantuan anda akhirnya aku bisa menghirup udara bebas lagi” Reza dengan tulus berterima kasih pada iptu Hana yang membuat Hana tersipu melihat sisi lain Reza yang sebelumnya terlihat seperti iblis dan psikopat ternyata bisa tersenyum juga. Reza membungkukkan badannya sedikit untuk berterimakasih sebelum akhirnya melangkah ke pintu.
“Ah..tunggu dulu..." Bu Hana tiba-tiba menghentikannya setelah tiba-tiba teringat sesuatu dibenaknya.
Reza berhenti berjalan dan berkata, “iya, ada apa?"
Aku masih heran dengan sesuatu, menurut laporan, selama pertarungan kau sering sekali mengeluarkan tekhnik Aikido. Aikido adalah ilmu seni bela diri yang berasal dari negara jepang. Pertanyaanku, dari mana anak desa sepertimu bisa belajar ilmu bela diri yang bahkan belum ada cabang bela dirinya di megara ini? Bu Hana menatapnya seolah dia sedang menginterogasi seorang tersangka.
Reza sempat terdiam sesaat, lalu dia tertawa dan berkata, “Dua tahun yang lalu saat pulang ke kotaku dulu, aku pernah bertemu seorang kakak laki-laki yang sedang terjatuh dari motornya,. ” aku pun menolongnya dan membawanya kerumah sakit, karena jarak rumah sakit dari rumahku lumayan jauh aku terpaksa berjalan kaki ribuan meter karena tidak ada orang yang menemaninya. Setelah satu minggu dirumah sakit ia pun mengajakku pergi kesebuah gunung yang tidak jauh dari desa tempatku tinggal, disitulah dia melatihku hingga membuatku sedikit mahir dengan ilmu bela diri ini
Aiptu Hendra tercengang. "Jadi ternyata benar seperti cerita karangan asal yang kubuat sebelumnya! tidak kusangka kalau ada kebetulan yang benar-benar dekat didunia ini..!" pikirnya.
“Siapa nama pemuda yang kau tolong itu?” Bu Hana yang skeptis dengan hati-hati mengamati ekspresi Reza seditail mungkin untuk memastikan apakah dia berbohong atau tidak, ia merasa kalau apa yang dia sampaikan saat ini seperti sebuah cerita karangan yang telah dibuat dan lalu dihafalkan secara berulang-ulang kali.
“Aku tidak tahu...Dia adalah seorang Pemuda rebel yang mengerikan yang biasa mengorbankan orang lain untuk membayar makanan dan minuman, bahkan ketika sedang mabuk ia menjadi lebih ganas lagi. Namun begitu, saya tetap menghormatinya karena walaupun terlihat rebel, saat ua sedang mengajarku, dia menjadi satu-satunya guru yang merawatku. ” jelas Reza dengan senyum yang terlihat sangar dipaksakan.
“Siapa namanya?”
“Aku tidak tahu nama aslinya, Dia hanya selalu menyuruhku untuk memanggilnya Oremaru ”
Nama yang terkesan jejepangan bukanlah hal aneh dinegara ini. Pasalnya, setelah dijajah begitu lama oleh negara jepang, para penduduknya yang mempunyai hubungan dengan orang berkebangsaan jepang memberikan nama keturunannya dengan nama yang memiliki unsur jejepangan.
“Abstrak sekali yah namanya. Jadi dimana dia sekarang?” Tanya Inspektur Hana yang semakin terlihat tidak yakin dengan jawaban Reza.
"Aku juga tidak tahu, saat itu aku baru saja akan mendaftar ke sekolah elit Elyon yang membuatku sibuk dengan banyak hal. Terakhir kali aku bertwmu dengannya, ia berkata akan kembali ke jepang karena dijodohkan oleh janda sebelah rumanya oleh kedua orang tuanya ” jelas Reza.
Reza tahu pertanyaan ini pada akhirnya akan datang, karena itulah jawabannya terlihat fasih. Apalagi, memang ada orang seperti itu di desanya, namun dengan sedikit rombakan cerita membuat orang-orang sulit untuk memastikan kejadianya apakah benar-benar nyata atau tidak.
Iptu Hana mengalami demoralisasi. Mengajukan pertanyaan ini sama dengan tidak bertanya. Selain itu, keterampilan dan tekniknya dalam mengamati ekspresi seseorang, sesuatu yang dia banggakan, sepertinya tidak efektif sekarang. Dia tidak tahu apakah Reza mengatakan yang sebenarnya atau mungkin berbohong.
….
Di gerbang kantor polisi, Herias, seorang pria beruban dengan kacamata berbingkai emas, berjabat tangan dengan Reza dengan sungguh-sungguh, "Selamat nak, kau bebas sekarang! “
Reza segera mengerti mengapa dia dibebaskan dari kantor polisi begitu cepat.
“Apa anda yang membebaskanku?”
Herias Perald mengangguk, “Benar, atas permintaan dari Pak Leonardo.
“Pak Leonardo? ” Reza mengerutkan kening, tidak ingat bertemu siapa pun dengan nama itu.
“Yah! orang terkaya saat ini, Leonardo Tanaka!” Herias berkata sambil tersenyum.