NovelToon NovelToon
Beringin Tujuh Ratapan Hantu

Beringin Tujuh Ratapan Hantu

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Misteri / Iblis / Hantu
Popularitas:3.2k
Nilai: 5
Nama Author: MAHLEILI YUYI

Di atas bukit di tengah hutan, lebih kurang lima kilo meter jarak nya dari kampung.Terdengar sayup-sayup untaian suara yang berbunyi melantun kan seperti mantra jika di lihat dari dekat, ternyata dua orang pemuda berumur tujuh belas tahun paling tinggi, dihadapan orang itu tergeletak sebuah foto dan lengkap dengan nasi kuning serta lilin dan kemenyan.

Sesekali mengepul asap kemenyan yang dia bakar dari korek api, untuk mengasapi sebuah benda yang dia genggam di tangan kanan.

Jika di perhatikan dari dekat sebuah benda dari jeruk purut yang telah di keringkan, di lubang dua buah untuk memasukan benang tujuh warna.

Menurut perkataan cerita para orang-orang tua terdahulu, ini yang di namakan Gasing Jeruk Purut, keganasan nya hampir sama dengan gasing tengkorak tapi gasing jeruk purut hanya satu kegunaan nya saja, tidak sama dengan gasing tengkorak,

Gasing tengkorak bisa di gunakan menurut kehendak pemakai nya dan memiliki berbagai mantra pesuruh.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MAHLEILI YUYI, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 27. Tawar Sakit

       Antah apo sakik nyo". (Oh... Om Datuk, sudah tiba, Om... coba di lihat Yuni itu dahulu, entah apa sakit nya". Ucap Mama Yuni.

"Limau kape sajo dicari agak tigo buah, tu piriang putiah". (Jeruk nipis saja di cari tiga buah, serta piring putih). Ucap Datuak Klewang Pandore.

"Iyo, la... Mak". (Iya Om) Jawab mami Yuni.

"Yuni di ma nyo kini ko?" (Yuni di mana sekarang?) Tanya Datuk Klewang Pandore.

"Inyo di dalam kamar Mak datuak". (Dia dalam kamar Om datuk). Ucap Mama Yuni.

"Salamo sakik di lua la dulu, ko banyak urang pai mancaliak Yuni". (Selama sakit di luar dahulu, ini banyak orang melihat Yuni). Ucap Datuk Klewang Pandore sambil melangkah ke kamar Yuni.

"Tu lah Mak... dari sanjo, Yuni ndak sadar do, ndak dapek mambaok nyo kalua do, tuha pintu kamar nyo sajo la hancua dek ayah nyo". ( Begitu lah Om... dari senja, Yuni tidak sadar, tidak bisa membawa dia keluar, itu pintu kamar nya saja sudah hancur oleh papa nya). Ucap Mama Yuni.

"Gur... Bantu ibuk nyo, cari limau kapeh tu". (Gur... Bantu ibu nya, cari jeruk nipis itu) Ucap ibu Gura pada nya.

"Jadi Bu...". (Baik bu...) Jawab Gura, pada ibu nya.

"Buk... Aku saja yang cari jeruk nipis nya". Ucap Gura pada mama Yuni.

"Terimakasih Gur... dengan siapa kamu mencari nya?". Tanya Mama Yuni.

"Aku sering cari sendiri saja Buk...". Jawab Gura.

"Siapa yang membawa motor, boleh aku pinjam?". Tanya Gura.

"Pilih oleh mu, motor siapa yang ingin kamu bawa". Jawab sanak saudara Yuni.

Lalu Gura pergi dengan membawa motor keponakan sesuku bagi ayah nya Gura.

Setelah tiba Datuk Klewang Pandore duduk di sisi ranjang Yuni, dia melihat Yuni sambil di pegang oleh papa nya, mata Yuni memutih, dia seperti cacing kena panas.

"Mak... Datuak". (Om Datuk) Sapa Papa Yuni.

"Yo...". (Ya...). Jawab Datuk Klewang Pandore. Lalu dia duduk di sisi Yuni, sambil menatap leher Yuni. Benjol yang tadi sebesar biji jagung, sekarang telah sebesar telor ayam warnah merah kebiruan.

Lalu Datuk Klewang Pandore duduk berjuntai di samping Yuni, sambil membaca doa, semua sanak saudara yang melihat Yuni yang berada dalam kamar, hening diam sambil menunggu hasil perjalanan gaib nya. Hampir setengah Jam beliau duduk hening, setelah itu matanya kembali terbuka.

"Hmmm... ". Datuk klewang pandore menarik nafas dalam-dalam.

Mereka diam hanya menatap beliau dengan rasa ingin tahu.

"Assalamualaikum". Tiba-Tiba suara dari pintu kamar.

"Alaikumsalam". Jawab mereka bersama.

"Kek iko limau nyo". ( Kek ini jeruk nya). Ucap Gura, sambil memberikan tiga buah jeruk nipis.

"Oh... iyo, mano piriang putiah nyo?". (Oh... iya, mana piring putih nya?). Ucap Kakek nya Gura.

"Iko Mak Datuak". (Ini Om datuk) Ucap mama Yuni sambil memberikan piring.

"Pisau sarato aia matah". (Pisau serta air mentah). Ucap kakek Gura.

Lalu Gura mencari pisau dan air mentah ke dapur, dari dahulu di rumah Yuni ini, Gura bebas, pertama mama Yuni adik kandung ayah Gura, yang kedua Yuni itu teman dari kecil oleh Gura, saat mama Yuni dan ibu Gura kuliah dahulu, dia sering di titip kan pada kakek dan nenek Gura, hingga mama Yuni mencapai menjadi guru SMA.

"Kek... Iko pisau jo aia nyo". (Kek... Ini pisau beserta air nya). Ucap Gura sambil memberikan benda-benda itu.

Lalu Datuak Klewang menuang kan air putih ke dalam piring, serta jeruk yang tiga itu dia genggam sambil membaca doa, setelah dia ambil satu jeruk lalu dia potong dua, lalu di masukan ke dalam piring yang berisi air tadi, tidak lama setelah itu, entah kekuatan dari mana, tiba-tiba air dalam piring itu berputar perlahan makin lama makin kencang seperti ada pusar air. Datuk Klewang terus menatap putaran kedua potong jeruk itu.

"Apo sakik Yuni, Mak Datuak?". (Apa sakit Yuni Om Datuk?). Tanya mama Yuni, sebenar nya dari tadi dia tidak sabar ingin bertanya.

"Buatan kaum setan jo ibilih. Kito tunggu salamo ampek puluh hari ko, tapi jiko ndak yo sadar setan jo ibilih tu tantang perbuatan nyo, kito pulang kan sajo sakik ko ka nan mambuek sakik". (Buatan kaum setan dengan iblis, kita tunggu selama empat puluh hari ini, tapi jika tidak sadar juga setan dan iblis itu tentang perbuatan nya, kita pulang kan saja sakit ini ke pemilik yang membuat sakit). Ucap Datuak Klewang Pandore sambil mengusap leher Yuni dengan perlahan.

Sejak tangan Datuk Klewang Pandore menyentuh leher Yuni, Yuni kelihatan tenang, mungkin sakit nya telah mulai reda, sebab sejak jam tujuh senja tadi dia kelihatan menahan sakit yang teramat sangat, dan sekarang sudah hampir jam setengah sepuluh malam wajah letih dan lelah nya terukir jelas di setiap garis wajah nya yang cantik.

"Apa salah Yuni... Nak! sehingga kamu di sakiti orang?". Ucap mama Yuni sambil mengelus rambut Yuni.

"Mak... Datuak, kanapo tunggu ampek puluah hari bagai, baliak an yo kini-kini juo". (Mak... Datuk, kenapa tunggu empat puluh hari, pulang kan saja sekarang juga). Ucap Mama Yuni.

"Inyo baitu ma Ya... Jikok di pulang kan kini juo, paliang tidak pamikian Yuni kanai dek e, bodoh pai nyo Yuni bisuak. kok indak, pakak talingo nyo kaduo nyo bisuak, tapaso tawa sakik nyo kini nan Amak buek an kini, tapi ndak yo sadar urang tu lalape ampek puluah hari ko, Yuni akan baliak sehaiak sarupo nan daulu, ndak kan ado cacek lumpuah nyo bisuak do". ( Kini begitu Ya... Jika di pulang kan sekarang juga, paling tidak pikiran Yuni yang akan kena, nanti bodoh dia jadi nya, jika tidak, tuli telinga dia kedua nya, terpaksa tawar sakit saja yang Om buat kan sekarang, tapi jika tidak sadar juga orang itu selepas empat puluh hari ini, Yuni akan kembali sehat serupa yang dahulu, tiada cacat dan lumpuh nya dia besok) Ucap Datuk Klewang Pandore pada Mama Yuni.

"Oh... Baitu Mak Datuak, tapi salamo ampek puluah hari ko, tu Yuni manangguang sakik tu Mak Datuak?". (Oh... Begitu Om Datuk, tapi selama empat puluh hari ini, Yuni menanggung sakit Om Datuk?) Tanya Mama Yuni.

"Tawa sakik nyo tu sajo nan ka mamak buek an, supayo bangkak di lihia NYO Indak malatui, kok malatui, buruak lihia Yuni pai nyo". (Tawar sakit nya saja yang Om buatin, agar bengkak di leher nya tidak meletus, jika

1
choowie
masih nyimak ya kka...sAlam kenal🙏
choowie
wooowww
choowie
serem amat ya
Andau(Anria Dautisna Mahleili): terimakasih.
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!