Hanum Salsabiela terpaksa menerima sebuah perjodohan yang di lakukan oleh ayahnya dengan anak dari seorang kyai pemilik pondok pesantren tersohor di kota itu. Tidak ada dalam kamus Hanum menikahi seorang Gus. Namun, siapa sangka, Hanum jatuh cinta pada pandangan pertama saat melihat sosok Gus yang menjadi suaminya itu. Gus Fauzan, pria yang selalu muncul di dalam mimpinya, dan kini telah resmi menikahinya. Namun siapa sangka, jika Gus Fauzan malah telah mencintai sosok gadis lain, hingga Gus Fauzan sama sekali belum bisa menerima pernikahan mereka. “Saya yakin, suatu saat Gus pasti mencintai saya“ Gus Fauzan menarik satu sudut bibirnya ke atas. “Saya tidak berharap lebih, karena nyatanya yang ada di dalam hati saya sampai sekarang ini, hanya Arfira..” Deg Hati siapa yang tidak sakit, bahkan di setiap malamnya suaminya terus mengigau menyebut nama gadis lain. Namun, Hanun bertekad dirinya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Julia And'Marian, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 6
"Mas,"
Gus Fauzan mengangkat sebelah tangannya ke atas, "saya tidak bisa, saya tidak bisa memberikan malam pertama untukmu, maafkan saya sekali lagi,"
Hanum meremas sprai yang ada di sana, air matanya bahkan sudah berlinang, dirinya benar-benar sakit hati. "Kenapa kamu tidak mengakhiri saja pernikahan ini? Kamu bisa menikah dengan gadis itu." Sentak Hanum, nada bicaranya yang biasanya lembut itu berubah. Hanum benar-benar kecewa.
Gus Fauzan menghela nafasnya kasar, dirinya pikir gadis yang di nikahi olehnya bisa menerima dengan besar hati apa yang di ucapkan olehnya, namun Hanum sepertinya berbeda dengan gadis yang lainnya.
"Saya bena-bena minta maaf engan kamu. Saya tidak bisa memberikan nafkah batin itu. Masalah saya mengakhiri pernikahan ini, itu tidak semudah yang kamu ucapkan, kedua orang tua saya akan kecewa jika saya langsung mengambil keputusan seperti itu." Gus Fauzan menghembuskan kembali nafasnya, asanya tak tega melihat gadis yang telah resmi menjadi istrinya itu menangis seperti itu, namun bagaimana lagi dirinya tidak mau membuat harapan pada gadis itu, yang akan berujung sakit hatinya nanti ya walaupun sama saja, tapi setidaknya, Gus Fauzan sudah mengatakannya sebelumnya.
"Saya pasti akan mengakhiri hubungan ini, tapi tidak sekarang, saya akan menikahi gadis yang saya cintai itu lima tahun lagi."
"Allah itu tidak tidur, mas. Allah maha membolak-balikan hati manusia, tidak ada yang tau jika nantinya kamu akan jatuh hati pada istrimu sendiri"
Gus Fauzan terkekeh mendengar perkataan istrinya itu, menurutnya Hanum terlalu pede mengatakan hal itu. "Jangan pernah berharap lebih, karena sampai kapanpun saya tidak akan pernah jatuh cinta sama kamu. Hati dan cinta saya sudah saya habiskan hanya untuk Arfira." Kata Gus Fauzan membuat dada Hanum semakin berdenyut nyeri.
"Sekarang terserah dengan kamu, selama lima tahun ini kamu mau bebuat apa saja terserah, saya tidak peduli, tapi tetap jangan pernah sentuh saya..." Kata Gus Fauzan lagi.
"Kita menikah saling menguntungkan bukan? Ayah kamu sakit, dan saya yang harus terpaksa menikah denganmu karena paksaan keluarga saya"
"Pernikahan itu bukan mainan, mas. Kamu tidak boleh berbicara seperti itu!" Pekik Hanum marah. Hanum lalu menghapus air mata yang menetes di kedua pipinya dengan kasar. "Oke, saya akan terima apa yang kamu inginkan. Tidak perlu sampai lima tahun, cukup satu tahun saja! Setelah setahun kamu tidak ada perasaan apapun dengan saya, ceraikan saya! Saya tidak akan pernah menuntut apapun dari kamu, dan masalah Abi dan ummi, biar saya yang bicara, jika mereka bertanya. Saya tidak peduli setelah setahun nanti saya menjadi penyebab perceraian itu." Kata Hanum, lalu bangkit dari ranjang dan meminta Gus Fauzan mengambil kertas dan pulpen.
Gus Fauzan bingung, untuk apa kertas dan pulpen, namun dirinya tak banyak tanya, dan tetap mengambilnya,
Meletakkan semuanya yang di minta oleh Hanum di atas ranjang sana.
Hanum menulis beberapa kata di kertas itu, tidak banyak, dan setelahnya Hanum menyodorkan kertas tersebut pada Gus Fauzan.
"Ini?" Tanya Gus Fauzan sambil melihat kertas itu.
"Surat perjanjian, sesuai yang anda mau, Gus. Saya akan terima semua yang anda inginkan. Dan saya akan ikutin semuanya. Sampai setahun itu. Jika memang anda tidak ada perasaan apapun pada saya, ceraikan saya setahun itu." Ucap Hanum dengan nada datarnya.
Gus Fauzan sampai di buat terkejut dengan nada dari bicara Hanum, tadi Hanum tak berbicara seperti itu. Tapi, karena Gus Fauzan tak ingin pusing, dirinya langsung membubuhkan tanda tangan dirinya di atas sana.
Hanum menggigit bibirnya dengan kencang, hatinya harus kuat, dirinya tak boleh lemah.
Dirinya yakin dirinya bisa menaklukkan hati suaminya. Tak peduli seberapa besar cinta suaminya pada perempuan lain. Dirinya berhak, dirinya yang halal untuk di cintai oleh suaminya.
Hanum tak akan lemah, dirinya akan terus berjuang untuk cinta suaminya. Dirinya tak sendirian, karena Allah ada bersamanya. Dirinya yakin Allah akan mempermudah jalannya, dan membuat suaminya jatuh cinta pada dirinya.
"Sudah," Gus Fauzan meletakkan kertas itu di atas ranjang lagi, lalu mengambil bantal dan selimut. "Selama itu, kita tidur terpisah, saya akan tidur di sofa, dan kamu tidur di atas ranjang sana." Ucap Gus Fauzan lagi.
Namun, belum sempat Gus Fauzan berjalan ke sofa, suara Hanum membuat langkah Gus Fauzan berhenti.
"Tidak perlu mengorbankan diri sendiri, Gus. Saya yang tamu di sini, jadi biarkan saya yang tidur di sofa."
"Tapi–"
Gus Fauzan mengatupkan bibirnya saat Hanum mengambil bantal dan selimut lain yang ada di atas nakas sana.
Tanpa kata Hanum berjalan menuju sofa yang ada di dalam kamar itu.
Tak masalah, dirinya akan tidur di sana,
Gus Fauzan menghela nafasnya kasar melihat itu. Tak tega, namun dirinya tak bisa berkata-kata lagi, semuanya memang harus seperti ini.
*
*
"Cey pengantin baru, auranya beda ya," celetuk Ramiah saat melihat Hanum dan Gus Fauzan yang baru saja tiba di meja makan.
Hanum menundukkan kepalanya, sungguh dirinya tak tau harus menanggapi apa perkataan adik iparnya itu. Yang jelas saat mengingat malam tadi, hati Hanum seperti di iris oleh sebilah pisau, rasanya Hanum sungguh tidak tahan. Kenyataan pahit yang di ucapkan dengan gamblang oleh suaminya sungguh masih terekam sangat jelas di kepala Hanum.
"Huus, kamu ini. Jangan terus menggoda kakak kamu. Biarkan kak Hanum duduk dan makan." Tegur ummi Sekar.
Ramiah terkekeh.
Sedangkan Gus Fauzan masih tetap berekspresi datar, dirinya sama sekali tidak tertarik dengan hal itu, lagian semalam tidak terjadi sesuatu di antara mereka berdua.
"Maafkan Hanum, ummi. Hanum terlambat dan tidak membantu ummi memasak." Kata Hanum sambil duduk.
Ummi Sekar menggelengkan kepalanya. "Tidak apa-apa nak, ummi ada mbok Darmi. Kamu duduk saja, ummi tau pengantin baru seperti apa." Kata ummi Sekar.
Hanum hanya tersenyum kecut, andai ummi Sekar tau, kalau dirinya tak dapat tidur karena menangis semalaman, bukan karena apa yang di lakukan oleh pengantin baru.
"Ayo makan, nak. Ummi masak banyak. Semoga kamu suka ya."
"Hanum suka semuanya." Hanum lalu mengambil piring suaminya dan mengambil nasi dan beberapa lauk untuk suaminya itu.
Gus Fauzan tersentak melihat tingkah Hanum, tapi dirinya tak dapat protes karena takut ada ummi dan Abi.
Abi dan ummi tersenyum melihat itu, mereka saling berpandangan, seolah berbicara lewat pandangan itu.
Sedangkan Ramiah sudah menggodai keduanya. Tapi keduanya sama sekali tidak peduli.
"Maaf mas, Hanum tidak tau apa kesukaan mas, jadi Hanum ambilkan semuanya saja." Ucap Hanum.
Gus Fauzan berdekhem. "Iya, saya suka semuanya." Sahut Gus Fauzan.
"Aduhh pengantin baru memang beda ya." Ledek Ramiah lagi.
"Ramiah,... Makan, jangan menggoda kakak kamu terus" tegur ummi Sekar.
Ramiah terkekeh, lalu kembali makan lagi.
Hanum tersenyum tipis. "Insyaallah, aku yakin mas, kamu akan mencintaiku pada akhirnya." Batin Hanum sambil melirik suaminya yang sibuk dengan makanannya.
....
ada yah Gus macam itu
🤦🤦🤦🤦
bikin Emosi dan Kesel soal Gus Abal-abal yg sok Suci dan Bener itu 😡😤
biar ucapannya dilihat sendiri... siapa yg demikian hina nya melakukan apa yg dituduh kan nya itu 😡😡😡😤
itulah akibat nya, bergaul dengan lawan jenis walau disebut Klien..
intinya Barangsiapa telah melanggar aturan Alloh, pasti ada Akibat yg di Tanggung nya !!!