Cantik dan kaya, dua hal yang tidak dimiliki oleh Anjani. Hal ini membuatnya diperlakukan secara tidak adil oleh suami dan keluarganya. Dihina, diselingkuhi dan diperlakukan dengan kasar, membuat Anjani akhirnya menyerah.
Keputusan bercerai pun di ambil. Sayangnya, sesuatu hal buruk terjadi pada wanita itu dan membawanya bertemu dengan seorang Kelvin Stewart yang merubah hidupnya.
Keinginannya saat ini hanya satu, yaitu membalaskan dendamnya pada Andrew Johanson Sanjaya, mantan suaminya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Naya_handa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jharna Mikayla
Melangkah, adalah pilihan yang kemudian di ambil Anjani dan Kelvin. Mulai hari ini, Anjani harus kembali bercengkrama akrab dengan jarum suntik, pisau bedah dan peralatan medis lainnya. Sebuah pengalaman traumatis yang kemudian menjadi hal biasa bagi seorang Anjani.
"Untuk sembuh itu perlu merasakan luka, Jani." Anjani menyemangati dirinya sendiri yang tidak ingin lagi terpuruk.
Hal yang sama dialami oleh Kelvin. Sudah satu tahun berlalu sampai kemudian Kelvin memberanikan dirinya untuk menggunakan kembali alat-alat bedah miliknya. Memakai pakaian tindakan operasi, penutup kepala dan bermain-main dengan alat medis yang berjejer rapi di atas baki alat yang telah di sterilkan. Suasana dingin di kamar operasi kembali menelusuk lekuk tubuhnya, meremangkan bulu kuduk yang bernostalgia dengan suasana yang tak asing ini. Seorang perfectionist ini tidak pernah mau ada satu hal pun yang terlewat. Karena ia tidak suka pekerjaannyaa terjeda oleh hal yang tidak penting.
Sebelum melakukan tindakan, ia selalu melakukan pemanasan pada kedua tangannya yang menjadi harta berharga yang selama satu tahun ini hanya ia gunakan untuk mengsketsa wajah. Pergelangan tangannya terasa pegal dan jemari tangannya terasa kaku. Ia memutar sendi pergelangan tangannya, melakukan relaksasi beberapa saat dan mengcengkramkan jemarinya, menekuknya satu per satu hingga berbunyi, hah rasanya sangat nikmat.
Kali ini ia mendapat kesempatan baru untuk memulai, suatu tahap yang tidak mudah untuk dilakukan. Penuh ketakutan dan kecemasan jika apa yang ia lakukan hari ini akan berakhir buruk bagi seorang wanita yang terbaring di hadapannya. Kesadarannya sudah hilang, terbang bebas di atas nirwana. Tanpa ada mimpi yang berarti, tanpa ada rasa takut, cemas ataupun khawatir. Ia sangat percaya kalau seorang Kelvin bisa melakukan pekerjaannya dengan baik.
Suara monitor berbunyi konstans. Menjadi teman setia yang menemani Kelvin melakukan tindakan. Bobby yang saat ini membantunya. Mereka tidak banyak bicara karena Kelvin lebih suka suasana tenang yang hanya di temani suara monitor jantung. Telinganya sangat peka saat ada sedikit saja perubahan suara pada mesin itu. Sesekali ia memperhatikan wajah Anjani yang sudah ia kelupaskan sebagian kulitnya.
Percayalah, operasi semacam ini tidak cukup dengan satu kali tindakan saja. Paling tidak, harus ada enam atau tujuh tindakan untuk mengubah beberapa bagian wajah Anjani agar sedikit berbeda.
Enam jam berlalu, operasi pertama telah selesai dilakukan. Wajah Anjani dibalut dengan kasa khusus dan wanita itu belum bisa melihat hasilnya. Periode istirahat untuk pemulihannya sekitar satu bulan antar tindakan tergantung pada kondisi luka operasinya. Setelah itu dilanjutkan dengan operasi kedua, ketiga dan seterusnya hingga akhirnya Kelvin merasa kalau serangkaian tindakan yang harus ia lakukan telah selesai.
Waktu berbulan-bulan ia habiskan untuk mengoperasi seorang Anjani. Memonitor penyembuhan lukanya wanita, menjaga makanan yang boleh dan tidak boleh di konsumsi hingga membersamai wanita ini melakukan olah raga ringan agar tubuhnya tetap bugar. Kelvin dan Anjani sama-sama menikmati masa itu. Proses mereka memperbaiki semuanya. Anjani memperbaiki kondisi tubuhnya sementara Kelvin memperbaiki rasa percaya dirinya.
“Kita gak boleh gagal untuk kedua kalinya.” Ini kesepakatan awal yang dibuat Anjani dan Kelvin hingga akhirnya hari ini, Anjani akan melepas perbannya.
“Kamu udah siap?” tanya Kelvin saat ia duduk di hadapan Anjani. Selama beberapa bulan ini Anjani tidak pernah melihat cermin. Beberapa bagian wajahnya sering tertutup perban. Meski terkadang perban itu tipis, tetap saja ia tidak pernah tahu bentuk wajahnya yang sekarang. Hanya Kelvin yang tahu seperti apa wajahnya sekarang. Ia sabar menunggu sampai Kelvin memberikan cermin untuk melihat wajahnya sendiri.
“Ya, aku siap,” sahut Anjani dengan semangat. Ia berusaha menenangkan dirinya menunggu saat-saat Kelvin melepas beberapa perban di wajahnya. Beberapa bagian kulit yang terbuka dan tidak di perban adalah bagian kulit yang jaringannya sudah tumbuh dengan baik dan mulai mulus tanpa sisa luka. Ini bagian terbesar yang akan ia lihat, rasanya jantungya berdebar sangat kencang. Tubuhnya berkeringat dingin. Ia tidak berekspektasi wajahnya akan terlihat seperti boneka barbie, ia hanya berharap kalau luka-luka di wajahnya bisa sembuh.
Semua sisa perban sudah terlepas. “Buka matamu,” ucap Kelvin seraya memandangi wajah Anjani yang telah pulih secara utuh. Hanya lukaan di ujung hidungnya yang masih tertutupi perban kecil karena bekas jahitan akibat tulang hidungnya yang patah.
Mata bulat milik Anjani kemudian terbuka. Ia melihat sekeliling ruangan yang bercahaya sedikit kekuningan karena refleksi cahaya matahari yang masuk melalui jendela. Semuanya tidak asing tetapi entah mengapa perasaannya sedikit berbeda. Tidak lagi sesak seperti saat beberapa perban masih menutupi wajahnya.
“Kamu mau melihat wajahmu?” tanya Kelvin.
“Ya,” Anjani menyahuti dengan semangat.
Kelvin mendorong sebuah cermin tinggi dengan roda yang ada di bawahnya. Menaruhnya di hadapan Anjani yang masih tertunduk ragu. Lantas laki-laki itu duduk di belakang Anjani. “Lihatlah wajahmu yang baru, Jani,” ucap Kelvin.
Tiba-tiba darah Anjani terasa seperti berdesiran. Di antara rasa penasaran dan takut ia memutuskan mengangkat kepalanya. Menatap cermin yang merefleksikan dirinya. Matanya mengerjap beberapa kali menatap wajah asing yang belum pernah ia lihat. Mata bulat itu masih milik Anjani. Bibir tipis dan lebar itu juga masih milik Anjani. Bibir yang saat tersenyum membuatnya terlihat lepas dan tulus. Saat berbicara pun terlihat menarik karena bibirnya yang lebar membuat wajahnya seolah selalu tersenyum. Yang berbeda adalah, pipinya lebih terlihat berisi, tulang rahangnya tegas membingkai wajahnya yang ayu. Hidungnya lebih tinggi dan lancip juga bentuk cuping hidungnya yang sempurna.
“Apa ini aku?” tanya Anjani seraya menyentuh wajahnya dengan takut-takut. Ia khawatir sekali kalau usapan wajahnya akan melukai kulit mulus dan sehat miliknya.
“Ya, itu dirimu yang baru. Cerminan seorang Anjani yang kuat.”
“Cantiknya wajah ciptaan dokter Kelvin,” ucap Anjani mengagumi wajah yang saat ini ia miliki.
Kelvin hanya tersenyum kecil, lantas menatap lekat wajah itu. “Aku tidak melakukan banyak perubahan, karena sejak awal kamu sudah cantik, Jani.” Entah sengaja atau tidak Kelvin memuji wanita di hadapannya yang jelas membuat Anjani tersipu. Wanita itupun tidak tahu persis apa alasan rona merah di pipinya harus terlihat begitu jelas.
“Kamu sangat hebat, Vin.” Wanita itu menatap wajah Kelvin yang ada di cermin. Bersebelahan dengan wajahnya.
“Aku tidak sehebat itu.” Tanpa sadar Kelvin berujar sambil mengacak rambut Anjani. “Oh, sorry,” ujarnya saat ia sadar kalau ia melakukan hal yang tidak perlu ia lakukan. Ia mengusap tengkuknya yang tiba-tiba pegal.
Anjani hanya tersenyum kecil, senyum yang sangat menarik untuk Kelvin. “Kira-kira, nama seperti apa yang cocok aku sandang dengan wajah secantik ini?” tanya Anjani penasaran.
“Kamu mengubah namamu?” Kelvin tampak terkejut.
“Ya, aku ingin mengubahnya. Biarkan saja mereka menyangka kalau seorang Anjani telah berhasil mereka bunuh. Aku ingin hidup dengan identitas yang baru.” Mulai terlihat percikan kemarahan di mata Anjani pada orang-orang yang telah berusaha menghilangkan nyawanya.
“Kamu tahu kan batasan sebuah balas dendam?” Kelvin lebih dulu bertanya hal itu pada Anjani.
“Aku tau. Aku tidak berniat untuk membunuh mereka. Aku hanya ingin membuat mereka sadar, kalau hidup yang sulit itu bukan hanya tuhan yang menciptakan, tapi mereka yang membuatnya.” Anjani berujar dengan sungguh.
Kelvin tersenyum kecil mendengar jawaban Anjani. Meski wanita ini sangat marah, nyatanya ia masih bisa mengontrol emosinya.
“Jharna Mikayla, nama yang aku sarankan untukmu,” ucap Kelvin kemudian. Arti nama itu benar-benar dimiliki seorang Anjani yang baru. Bukan hanya sosoknya, tetapi juga kepribadiannya.
“Nama yang cantik, aku setuju. Itu namaku sekarang. Jharna Mikayla,” Anjani mengucap ulang nama yang diberikan Kelvin seraya menatap lekat dirinya yang baru.
Apa yang akan kamu lakukan kemudian, Jharna?
****
ingat di ujung cambuk kehidupan ada emas berlian intan menanti mu✌️