Nancy tak menyukai kala sang papa menjalin hubungan dengan Dania yang dikenalkan sebagai calon istrinya. Nancy mencari tahu latar belakang Dania hingga akhirnya ia mengetahui kalau Dania masih berstatus sebagai istri orang! Ketika kebusukannya terbongkar Dania berkilah akan segera bercerai dengan suaminya yang sekarang, Putra Wardhana namun Nancy tak memercayai itu hingga akhirnya Dania dan Putra benar-benar bercerai. Selepas bercerai, Nancy mulai mendekati Putra untuk misi membuat Dania cemburu karena sang mantan suami kini dekat dengannya. Akankah misi Nancy akan berhasil?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Serena Muna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dia Calon Suamiku
Untuk sesaat Nancy agak terkejut dan tak menyangka kalau dalam waktu yang singkat Putra akan langsung memberikan jawaban seperti yang ia minta kemarin. Nancy pikir pria ini akan minta waktu lebih lama lagi dan sengaja mencari alasan untuk tak menjawab pertanyaannya kemarin namun rupanya Putra memang bisa ia pegang ucapannya.
"Kamu yakin dan sadar dengan apa yang barusan kamu katakan pada saya?"
"Saya sadar dengan apa yang barusan saya katakan."
"Jadi katakan alasan kenapa kamu mau menerima tawaran saya."
"Saya mau balas dendam pada Dania. Kalau dia menghianati saya karena saya hanya staf biasa maka saya bisa mendapatkan yang lebih dari dia."
Nancy nampak tersenyum mendapatkan jawaban dari Putra barusan. Sepertinya semua bukti yang ia tampakan pada Putra kemarin sudah berhasil membuat pria ini jadi tergiur dengan penawaran yang sudah ia buat.
"Baiklah kalau begitu, saya rasa kita hanya tinggal membicarakan kapan waktu yang tepat untuk acara lamaran karena saya mau sesegera mungkin kita menikah."
"Tapi saya nggak bisa memberikan barang mewah untuk melamar anda."
"Dan apakah saya mengharapkan sesuatu dari kamu sebagai barang seserahan? Saya juga tahu berapa gaji kamu, kamu gak perlu mikir soal itu karena saya yang akan lakukan semua itu. Kamu hanya perlu siapkan keluarga kamu untuk datang di acara lamaran."
Putra terdiam mendengar apa yang Nancy katakan dan Nancy nampak memicingkan matanya dan membentak Putra.
"Kamu dengar saya nggak?!"
"Saya dengar."
"Kalau kamu dengar, kenapa hanya diam?"
"Anu saya jujur agak minder ketika anda mengatakan akan mengurus barang seserahan. Dulu waktu sama Dania kan dia minta ini itu sama saya sebagai barang seserahan ketika lamaran."
"Barang apa saja yang dia minta?"
Putra mulai menyebutkan barang yang seingatnya menjadi permintaan dari Dania ketika dulu ia hendak melamarnya dan sontak ha tersebut membuat gelak tawa Nancy tak bisa ditahan.
"Maaf kalau saya ketawa tapi wanita itu pintar juga mengelabui kamu."
****
Nancy pulang ke rumah dan tujuannya langsung menemui sang papa. Hanggono sedang ada di ruangan kerjanya dan ketika Nancy masuk ke dalam ruangan itu tanpa permisi atau ketuk pintu maka Hanggono sudah terbiasa karena hanya Nancy yang berani melakukan itu.
"Ada apa sayang? Kamu lelah seharian bekerja?"
"Ada hal yang mau aku bicarakan dengan Papa."
"Sepertinya serius."
"Memang serius karena ini menyangkut soal pernikahan."
"Pernikahan siapa yang kamu maksud?"
"Apakah Papa nggak mau kalau ada pria yang datang melamarku?"
"Jadi kamu udah punya calon? Kenapa gak cerita sama Papa?"
"Aku memang sudah punya calon hanya saja Papa harus tahu kalau calon suamiku adalah pria biasa dan bukan datang dari keluarga kaya raya seperti kita. Apakah Papa akan memberikan izin padanya menikahiku? Kalau Papa tidak memberi izin maka aku akan kawin lari saja sama dia."
"Bicara apa kamu ini? Siapa yang bilang tidak akan memberikan izin kamu menikah? Walau dengan pria yang bukan dari kalangan seperti kita maka Papa akan memberikan izin."
"Papa nggak akan menarik kata-kata Papa kan?"
"Tentu saja Papa nggak akan melakukan itu, sayang."
"Baguslah, aku nggak mau kalau Papa sampai menarik kembali kata-kata Papa barusan karena aku yakin Papa akan suka dengan calon suamiku."
****
Dania pikir Putra masih akan berusaha mediasi dengannya dan berusaha mengulur waktu mereka bercerai namun rupanya ia salah besar karena sekarang jalan Dania mulus sekali dalam persidangan cerai itu dan majelis hakim sudah memutuskan bahwa ia dan Putra sudah resmi bercerai secara negara.
"Apa yang terjadi padanya? Bukannya dia nggak mau kalau kita bercerai?"
Namun Dania menggelengkan kepalanya, ia tak mau fokus pada Putra karena baginya itu hanya masa lalu dan ia akan menatap masa depan yang indah bersama Hanggono yang bisa membuatnya bahagia dengan semua uang yang dimiliki pria tua itu.
"Kamu dan Putra sudah resmi bercerai?" tanya Marita.
"Iya Ma, aku dan dia sudah selesai, kini aku bebas!"
Marita dan Dania berpelukan bahagia, Marita adalah mama kandung Dania dan ia sudah mati-matian melarang Dania untuk menikah dengan Putra dulu hanya saja Dania ini keras kepala sekali hingga tak mau mendengarkan apa yang ia katakan.
"Dulu kan Mama sudah pernah menjodohkan kamu dengan pengusaha kaya raya tapi kamu malah milih si Putra yang gak ada apa-apanya."
"Aduh Ma, udah deh nggak usah bahas masa lalu. Sekarang kita akan hidup bahagia dan mewah karena nggak lama lagi aku dan Hanggono akan segera menikah."
"Pokoknya jangan sampai pernikahan kamu dengan pria tua bangka itu gagal!"
****
Nancy sudah mendapatkan kabar bahwa Putra dan Dania sudah resmi bercerai dan ini adalah saatnya menunjukan Putra pada sang papa anggaplah ini adalah awal pertemuan Putra dengan papanya sebelum acara lamaran resmi digelar.
"Jangan tegang begitu," ujar Nancy.
"Saya takut salah bicara," jawab Putra jujur.
"Jangan kaku bicaranya kalau di depan papa. Kita harus menunjukan bahwa kita ini pasangan yang saling mencintai satu sama lain."
Tak lama kemudian Hanggono tiba di restoran tempat di mana Nancy dan Putra menunggu. Nancy langsung memeluk papanya dan Putra canggung ketika bersalaman dengan Hanggono.
"Papa kenal sama calon suamiku?" tanya Nancy.
"Papa kenal, dia kan mantan suaminya Dania," jawab Hanggono.
"Oh jadi Papa rupanya kenal sama Putra dan Papa juga tahu kalau dia ini mantan suaminya Dania? Hebat juga Papa."
"Apakah yang kamu maksudkan dia yang akan menjadi calon suamimu?"
"Ada apa, Pa? Bukankah Papa bilang gak akan menentang siapa pun calon suamiku."
"Iya tentu saja tapi Papa nggak menyangka kalau dia adalah mantan suaminya Dania."
"Namanya juga jodoh. Aku mau menikah sama Putra karena dia ini pria yang baik dan bertanggung jawab, aku nggak peduli dia udah pernah menikah sama siapa."
"Putra, kenapa hanya diam saja? Katakan kenapa kamu mau menikah sama anak saya? Apakah kamu hanya mengincar harta keluarga saya?" tuding Hanggono.
Nancy hendak buka suara namun Putra menahan tangan Nancy.
"Maaf Pak Hanggono, saya memang tidak sekaya anda namun bukan berarti anda bisa menilai saya ini hanya mengincar harta keluarga anda. Bukankah seharusnya anda yang harus waspada karena saya dengar anda akan menikah dengan Dania? Asal anda tahu, sewaktu dia meminta mahar pernikahan sama saya dia meminta barang yang macam-macam tapi ternyata apa yang sudah saya korbankan untuk dia sama sekali gak berguna dan rumah tangga kami hancur karena dia memilih berpaling pada pria lain."
****
Dania mendatangi rumah Hanggono hari ini, ia sama sekali tak mengatakan apa pun pada pria tua itu karena ingin membuat kejutan.
"Kamu datang?"
"Kenapa kayaknya nggak suka kalau aku datang?"
"Bukan, saya suka kamu datang hanya saja biasanya kamu bilang dulu."
"Buat apa bilang? Kalau aku bilang nanti jatuhnya kan bukan kejutan lagi."
Hanggono nampak tersenyum sekilas menanggapi apa yang dikatakan oleh Dania barusan.
"Kamu ada apa, sih? Sepertinya ada sesuatu yang kamu pikirkan, ya?"
"Oh, ini soal Nancy. Dia akan segera menikah dengan pria pujaan hatinya. Minggu depan akan dilakukan lamaran, saya harap kamu bisa datang."
"Tentu saja aku akan datang."