Cinta Dalam Nestapa Season 4
Andara Prameswari Haryawan.
Gadis cantik berniqob harus mengalami pahitnya hidup dalam berumah tangga. Ia dikhianati oleh suaminya ketika usia pernikahan baru seumur jagung.
Andara tidak percaya jika suaminya selingkuh jika belum di lihat dengan mata kepalanya sendiri. Ia berusaha menyelidiki sendiri dengan caranya hingga bukti menunjukkan apa yang ia cari.
Saat ia ingin mengadukan hal itu kepada semua keluarga, nahas dirinya sudah terlebih dahulu di bunuh oleh suami dan selingkuhannya.
Andara antara hidup dan mati saat meregang nyawa ia berdoa,
"Ya Robb, jika memang cukup disini takdirku. Maka aku ikhlas. Tapi aku meminta satu hal. Aku ingin bangkit kembali dengan wujud yang baru agar bisa menghukum orang yang telah tega membunuhku dan juga janinku! Aku akan menuntut balas atas apa yang ia lakukan padaku dan janinku! Aku akan menjadi maut untuknya!"
Yuk, ikuti kisah Andara
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Melisa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pembalasan Andara part 3
Hal yang tidak mereka tahu karena Andara begitu pandai menutupinya. Rama dan Tuan Arthajaya mendekati Andara sembari berjalan perlahan menuju Andara yang kini sedang di peluk erat oleh semua keluarganya.
Akan tetapi, tangan tuan Arthajaya di cekal begitu kuat oleh dua orang yang kini menatap nanar dan memelas padanya. Tuan Arthajaya menoleh, ia tersenyum sinis.
"Kenapa? Ingin minta maaf? Tidak di sini! Semua masalah ini kita selesaikan di rumah saja!" tegasnya melepaakan tangan kedua orang yang kini berlutut di hadapannya.
"Mas!"
"Ayah!" panggil ibu dan anak itu bersamaan.
Semua orang kini sedang melihat pada mereka bertiga. Semuanya berbisik-bisik mengumpati dua orang yang sangat kurang ajar itu.
"Kita bicarakan ini di rumah! Untuk kamu, Marissa! Saya akan ambil sikap setelah ini! Pergi dari rumah saya beserta putra kamu ini! Saya tidak sudi jika serumah dengan pengkhianat seperti kalian berdua! Pantas saja putriku terluka yang di akibatkan ulah kelakuan putramu, Marissa! Benar kata orang, buah jatuh tidak jauh dari pohonnya! Anak dan Ibu sama saja! Sama-sama pengkhianat!"
Dduuaarr!
keduanya terhenyak mendengar ucapan Tuan Arthajaya yang begitu pelan menohok hati keduanya. Ibu Marissa semakin tersedu. Sedangkan Faris, semakin erat memegang kaki sang ayah guna mendapatkan maaf darinya.
"Maafkan saya, Yah. Maafkan, saya! Saya salah, saya khilaf! Saya akui, kalau saya yang sengaja ingin melenyapkan Andara," lirihnya begitu pelan sambil memeluk kaki tuan Arthajaya yang kini tertawa hambar mendengar ucapan anak tirinya itu.
Tuan Arthajaya berdecih. "Baru sekarang kamu mengakuinya? Kemana kamu saat Andara di kuburkan? Kemana kamu saat kami butuh kepastian siapa pembunuh Andara? Kenapa baru sekarang? Apakah karena semua rahasia kamu sudah terbongkar, baru kamu mengakuinya, begitu?" Faris tergugu. Ia terus terisak dan memeluk kaki ayah tirinya itu.
Andara meihat semua yang terjadi pada Faris dan Ibu Marissa saat ini. Tuan Arthajaya menyentak kakinya hingga membuat pelukan Faris terlepas dari kaki tuan Arthajaya.
Faris jatuh terjengkang ke belakang. Ibu Marissa melepaskan tangannya di kaki tuan Arthajaya dan mendekati Faris serta memeluk putranya itu. Tuan Arthajaya menoleh sebentar kemudian beralih pada Andara yang kini melihatnya.
Beliau tersenyum sambil terus mendekati Andara. Pada saat Tuan Arthajaya ingin memeluk Andara, Anita berlari dengan cepat dan mendorong tuan Arthajya hingga terhempas ke samping dengan kepala lebih dulu mendarat ke lantai.
Beliau pingsan seketika.
"Ayah!" teriak Andara, Faris dan Rama bersamaan.
Kedua lelaki itu berlari mengejar sang ayah yang kini sudah memejamkan matanya. Andara yang ingin menyentuh sang ayah malah mendapat gamparan dari Anita hingga dirinya limbung dan jatuh dengan kepala juga yang mendarat lebih dulu ke lantai.
Kejadian itu begitu cepat hingga tak ada seorang pun yang bisa menolong keduanya. Andara memejamkan kedua matanya menahan rasa sakit yang terus menghantam sisi kepalanya bagian kiri.
Andara membuka kedua matanya bertepatan dengan Anita yang kini sudah datang menghampiri Andara dan kembali memukuli wajah Andara hingga memba bi buta. Andara yang tidak siap, hanya bisa pasrah menerima perbuatan Anita.
"Sialan!! Ternyata kau masih hidup, heh? Tahunya dulu begini, aku langsung membunuhmu! Ja lang sialan!!" pekik Anita sembari memukuli Andara yang kini sedang terbaring di lantai dengan Andara duduk di atasnya.
Ummi Ira mendekati Anita untuk mencegahnya agar tidak memukuli Andara, Anita malah mendorong wanita paruh baya itu hingga jatuh terjengkang ke belakang.
"Tidak! Ummi! Akkhhtt.." teriak Andara begitu merasakan sakit yang tiada tara di seluruh wajah dan rambutnya yang kini sedang di tarik oleh Anita.
Istri Faris itu begitu menggila saat ini. Ia tidak peduli jika sampai membunuh Andara karena memang itulah tujuannya.
"Mati kau! Lebih baik kau mati dari pada hidup hanya untuk balas dendam pada keluargaku!! Sialan!! Dasar ja lang!!!" teriak Anita begitu bergaung di dalam ruangan Hotel itu yang membuat semua orang terkejut bukan main dengan aksi istri Faris yang seperti orang kesetanan dan kalap memukuli wajah Andara yang tertutup niqob itu.
Seseorang berjalan dengan cepat serta menarik Anita dari tubuh Andara dan segera melayangkan tamparan hingga tiga kali ke pipi mulusnya hingga dirinya jatuh tersungkur dan pelipis mengenai kaki meja bundar yang tersedia di sana.
"Arrgghhtt.. Sialan!! Siapa yang berani mengganggu kesenanganku! Huh!!" teriaknya sembari meringis menahan sakit di pelipisnya.
Andara bangkit di bantu Abi Ragata yang kini menatap nyalang pada Anita karena sudah berani memukuli Andara di hadapannya. Sementara di hadapan Anita saat ini sedang berdiri seorang lelaki tampan yang sangat mirip dengan tuan Arthajaya.
Semuanya terkejut melihat pemuda itu. "Berhenti Anda mengatakan jika calon istri saya seorang ja lang! Anda yang ja lang Nyonya Faris! Maling teriak maling Anda di sini! Anda yang berlaku ja lang malah menuduhnya begitu? Tidakkah Anda punya urat malu sedikit pun? Huh? Saya rasa Anda memang tidak memiliki urat malu hingga berani memamerkan tubuh ja lang Anda itu pada suami orang dan juga ayah mertua Anda sendiri? Cih! Munafik! Maling teriak maling Anda di sini! Masih untung saya yang menampar Anda! Jika itu Tuan Arga, maka Anda akan mati saat ini juga!"
Ddduuaarr!
Tersentak semua mendengar ucapan pelan dan tegas seorang pemuda tampan mirip sekali dengan tuan Arthajaya. Tuan Arthajya menganga melihat pemuda tampan yang ternyata adalah Rama, putra bungsunya. Komandan Farhan pun terhenyak melihat adik bungsunya ada di sana.
Belum lagi Anita dan Faris. Keduanya terkesiap melihat wajah Rama yang begitu mirip dengan tuan Arthajaya yang kini berusaha bangkit dan menuju pada Rama.
"Jaga ucapan Anda Nyonya Faris! Kejadian hari ini, saya sudah merekam semuanya! Saya akan menuntut Anda karena telah berani memukuli calon istri saya!"
Deg.
Deg.
Deg.
Jantung Andara berdetak tidak karuan melihat Rama mengatakan jia dirinya merupakan calon istrinya.
...****************...
Dukungan kalian sangat othor harapkan. Like, komen, poin, koin pun boleh kalau punya.
Serta rate bintang lima ye? Biar karya othor ini semakin banyak pembacanya🙏