Chen Miao Miao, gadis kaya yang hilang sejak kecil, ditemukan kembali oleh keluarganya di usia 17 tahun. Namun, kebahagiaannya hancur karena kelicikan Chen Xiao Wan, anak angkat yang merebut kepercayaan keluarga.
Dalam kecelakaan tragis, orang tua Miao Miao memilih menolong Xiao Wan terlebih dahulu, karena kelicikannya. ketika kedua orang tuanya kembali untuk menolong Miao Maio, mobil tersebut tiba-tiba meledak.
Mama dan Papa nya meninggal karena kesedihan nya, ketiga kakak nya tewas dengan tragis dan Xiao Wan menikmati harta keluarga mereka.
Takdir membawa Miao Maio kesempatan kedua ketika Papa dan Mama nya menjemputnya dari panti asuhan, membawa ingatan masa depan kematian keluarga nya.
Tanpa sepengetahuan Miao Miao, keluarga dan jodohnya kini dapat mendengar kata hatinya. Dengan kesempatan ini, bisakah ia melindungi keluarganya dan membalas dendam pada Xiao Wan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lily Dekranasda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hari Libur
Sinar matahari pagi menembus tirai kamar Miao Miao, membuat ruangan yang luas dan tertata rapi itu terasa hangat. Di depan cermin besar yang menghiasi sudut kamar, Miao Miao berdiri, menatap refleksinya dengan penuh percaya diri.
Hari ini adalah hari libur sekolah, dan dia berencana untuk menikmati waktunya sepenuhnya. Dengan rapi, dia mengenakan baju kasual berwarna pastel yang memancarkan kesan lembut namun elegan. baju itu dipadukan dengan sepatu hak rendah yang nyaman dan tas selempang kecil yang melengkapi tampilannya. Rambutnya yang panjang digerai.
Miao Miao melangkah ke meja rias dan mengambil parfum favoritnya. Setelah menyemprotkan sedikit aroma floral yang segar, ia tersenyum kecil, puas dengan penampilannya. "Hari ini adalah hariku," gumamnya pada diri sendiri, memandang cermin.
Sebelum keluar dari kamar, ia memastikan semua barang penting ada di tasnya: ponsel, dompet, dan kunci mobil. Dengan langkah ringan, Miao Miao membuka pintu dan berjalan menuju ruang makan, siap menyapa keluarganya.
Pagi itu, suasana di ruang makan terasa sedikit berbeda. Meja sudah tertata rapi dengan berbagai hidangan sederhana, dan keluarga Chen sudah berkumpul.
Miao Miao, dengan senyuman manis dan penampilannya yang anggun, melangkah masuk. "Selamat pagi semuanya!" sapanya ceria, seraya menarik kursi dan duduk di tempatnya.
Mama Fang membalas dengan senyuman hangat. "Selamat pagi, Sayang. Sudah siap menikmati liburanmu hari ini?"
Papa Chen ikut tersenyum sambil meletakkan koran di meja. "Ada rencana apa hari ini, Putriku?"
"Miao Miao ingin pergi jalan-jalan, Papa, mungkin sekalian shopping," jawab Miao Miao santai sambil menuangkan teh hangat ke cangkirnya.
Xiang Yan, yang duduk di sebelah Mama Fang, tersenyum tipis. "Itu ide yang bagus. Kak Xiang bisa menemanimu kalau perlu."
Namun, suasana sedikit berubah ketika Zhin Hao, kakak pertama, menatap Miao Miao dengan ekspresi dingin. "Bukannya Xiao Yan dihukum karena kamu? Kenapa sekarang kamu bisa santai-santai seperti ini?"
Li Ming, kakak kedua, ikut mengangguk, meskipun suaranya terdengar lebih tenang. "Betul. Aku juga merasa hukuman itu terlalu berlebihan."
Mama Fang dengan cepat menyela sebelum suasana menjadi panas. "Kita sudah membahas ini semalam. Hukuman itu sudah diputuskan. Jadi, tidak ada lagi yang perlu diperdebatkan."
Papa Chen menatap kedua putranya dengan tajam. "Kalian berdua lebih baik belajar menghormati keputusan orang tua. Xiao Yan memang perlu introspeksi diri."
Miao Miao hanya duduk diam, menyendokkan sarapan ke piringnya. Ia tidak ingin memperkeruh suasana, jadi ia hanya tersenyum kecil.
"Baiklah," kata Li Ming akhirnya, meskipun wajahnya masih menunjukkan ketidaksetujuan. Zhin Hao hanya mendesah keras sebelum kembali memakan makanannya.
Setelah sarapan selesai, Miao Miao berpamitan. "Papa, Mama, saya pergi dulu. Jangan khawatir."
Mama Fang tersenyum dan mengangguk. "Hati-hati di jalan, Sayang."
Miao Miao melangkah keluar rumah dengan hati yang lebih ringan.
Miao Miao melajukan mobil mewahnya dengan santai, menikmati perjalanan pagi yang masih segar. Musik klasik mengalun lembut dari speaker mobil, menambah suasana tenang di tengah hiruk-pikuk jalanan kota. Setelah beberapa menit, ia sampai di kafe favoritnya yang terletak di pusat kota, sebuah tempat dengan desain modern namun tetap nyaman.
Ia memarkir mobilnya dengan rapi, lalu melangkah masuk ke dalam kafe. Aroma kopi segar segera menyambutnya, memberikan rasa nyaman yang sulit dijelaskan. Miao Miao memilih tempat duduk dekat jendela besar, yang memberikan pemandangan langsung ke jalanan sibuk di luar. Ia menyukai tempat itu, terlihat ramai, namun memberikan ruang privasi yang cukup untuknya menikmati waktu sendiri.
Setelah memesan secangkir cappuccino hangat dan croissant, ia membuka buku ringan yang dibawanya. Jari-jarinya membalik halaman dengan santai sambil sesekali menyeruput kopi. Pandangannya kadang beralih ke jendela, memperhatikan orang-orang yang berlalu lalang. Ada pasangan muda yang terlihat bahagia, dan anak kecil yang tertawa riang bersama orang tuanya. Semua itu, meski sederhana, memberikan semacam hiburan kecil baginya.
Miao Miao tersenyum kecil. Ia menyukai momen seperti ini, duduk santai, menikmati suasana, dan membiarkan pikirannya mengembara.
Setelah merasa cukup menikmati waktu di kafe, Miao Miao bersiap melanjutkan harinya. Dengan perasaan yang lebih ringan, ia melangkah keluar, siap untuk menjelajahi tempat lain yang menanti.
Setelah menikmati pagi di kafe, Miao Miao melanjutkan perjalanannya menuju salah satu mal terbesar di kota. Ia memarkir mobilnya di tempat khusus VIP, lalu melangkah masuk dengan anggun. Suasana mal yang ramai tidak membuatnya terganggu, malah memberikan semangat baru untuk menikmati hari liburnya.
Tujuan pertama adalah lantai butik mewah. Ia memasuki butik favoritnya, di mana para staf langsung menyambutnya dengan ramah. Miao Miao mencoba beberapa gaun elegan, blus satin, dan celana kasual berkelas. Ia memilih beberapa pakaian yang cocok untuk berbagai kesempatan, dari acara formal hingga pakaian santai.
Setelah itu, ia menuju area aksesori, mencari anting-anting berdesain minimalis, gelang, dan sebuah kalung mutiara yang menarik perhatiannya. "Ini akan sempurna untuk acara mendatang," pikirnya sambil meminta staf membungkus barang-barang pilihannya.
Selesai dengan pakaian, Miao Miao mampir ke toko buku besar di mal itu. Ia berjalan di antara rak-rak buku, menikmati aroma khas buku baru. Setelah beberapa menit mencari, ia menemukan novel terbaru dari penulis favoritnya. Tak lupa, ia juga mengambil sebuah jurnal dengan sampul kulit elegan untuk mencatat pemikiran dan ide-idenya.
Saat berdiri di kasir, ia tersenyum pada buku-buku pilihannya. "Malam ini akan sempurna dengan membaca novel ini sambil minum teh," gumamnya dalam hati.
Setelah puas memilih pakaian baru, Miao Miao melangkah ke toko skincare dan kosmetik mahal di lantai dua mall tersebut. Ia dengan santai memilih produk-produk mewah yang biasa ia gunakan sebagai CEO CM2, mulai dari serum anti-aging hingga pelembap eksklusif yang hanya tersedia untuk pelanggan tertentu.
Saat Miao Miao asyik berbelanja, sekumpulan gadis muda yang tampak mencolok dengan dandanan berlebihan masuk ke toko. Salah satu dari mereka, seorang gadis yang terlihat sebagai pemimpin kelompok itu, memperhatikan Miao Miao. Mereka mulai berbisik sambil menertawakannya.
"Eh, lihat deh, gadis itu gayanya biasa banget. Ngapain dia belanja di sini? Pasti cuma numpang lihat, gak bakal sanggup beli," kata gadis itu sambil menahan tawa yang dibuat-buat.
Miao Miao mendengar ejekan itu, tetapi tetap tenang. Dengan gerakan anggun, ia melangkah ke kasir dan memberikan kartu kredit hitam eksklusifnya untuk membayar belanjaan yang jumlahnya fantastis. Kemudian, ia menoleh ke arah mereka dengan senyuman tajam.
"Ada yang lucu? Kalau kalian ingin belajar bagaimana cara belanja di sini, aku bisa mengajari. Tapi pastikan dulu rekening kalian cukup, ya," katanya dengan nada dingin.
Gadis yang tadi mengejek Miao Miao terlihat terkejut melihat Miao Miao memberikan kartu hitam itu, tetapi mencoba tetap sombong. "Huh, sok kaya! Aku ini anak dari perusahaan Zhenhua Innovations. Kalau aku mau, aku bisa beli toko ini."
Miao Miao tidak bisa menahan tawanya. Ia tertawa keras, membuat perhatian beberapa pelanggan lain tertuju pada mereka. Dengan nada penuh sindiran, ia berkata, "Anak perusahaan Zhenhua Innovations? Jangan bercanda, ya. CEO Zhenhua itu hanya punya anak laki-laki. Kalau kamu anak siapa, tolong pastikan dulu sebelum menyombongkan diri."
Wajah gadis itu langsung memerah, dan ia terlihat kebingungan. Teman-temannya pun mulai saling pandang dengan cemas, merasa malu. Mereka tidak berani membalas ucapan Miao Miao dan dengan cepat keluar dari toko.
Miao Miao tersenyum puas, lalu mengambil barang belanjaannya yang sudah dibungkus dengan rapi. "Seharusnya mereka tahu lebih baik daripada mencoba mempermalukan orang lain," gumamnya sebelum melangkah keluar dari toko dengan penuh percaya diri.
Di seberang toko skincare dan kosmetik, terdapat toko pakaian pria yang menjual koleksi pakaian mewah. Di sana, dua pemuda tampan tengah memilih pakaian dengan gaya yang sangat berkelas. Mereka tampak menikmati waktu berbelanja sambil berbincang ringan.
Salah satu dari mereka, seorang pemuda dengan penampilan rapi dan percaya diri, melihat ke arah toko kosmetik dan menyaksikan seluruh kejadian. Dia menyaksikan bagaimana Miao Miao, yang dengan tenang berbalas kata dengan gadis yang meremehkannya, memberikan respon tajam dan penuh sindiran.
Senyum muncul di wajah pemuda itu. "Gadis itu keren juga," ucapnya pelan, sambil melirik temannya. "Ternyata bukan hanya cantik, tapi juga pintar menanggapi orang-orang bodoh yang suka menilai orang dari penampilan."
Temannya menoleh ke arah Miao Miao yang kini berjalan keluar dari toko dengan langkah percaya diri. "Yah, sepertinya dia nggak cuma cantik, tapi juga punya karakter. Jarang-jarang ada wanita seperti itu yang bisa menghadapinya tanpa terbawa emosi," jawabnya sambil tersenyum.
Pemuda itu mengangguk, tetap memperhatikan Miao Miao yang kini sedang berjalan dengan anggun menuju area lain di mal. "Aku suka dengan sikapnya. Sepertinya dia punya dunia sendiri dan nggak terlalu peduli dengan omongan orang."
Keduanya melanjutkan percakapan mereka, namun perhatian mereka tetap teralihkan pada Miao Miao, yang semakin menarik perhatian dengan kepercayaan dirinya.