NovelToon NovelToon
Di Ratukan Oleh Selingkuhan

Di Ratukan Oleh Selingkuhan

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh / Cerai / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Wanita Karir
Popularitas:4.3k
Nilai: 5
Nama Author: NinLugas

Nandana Panesthi, seorang istri yang sempurna di mata orang-orang, terjebak dalam pernikahan tanpa cinta dengan Dimas Larung Mahdiva, pria ambisius yang lebih mencintai kekuasaan daripada dirinya. Kehidupan rumah tangga mereka yang tampak harmonis hanyalah topeng dari kebekuan yang semakin menusuk hati Nanda.
Hingga suatu hari, Sanjana Binar Rimbawa hadir seperti badai di tengah gurun kehidupan Nanda. Seorang pria dengan tatapan yang dalam dan kata-kata yang mampu menghidupkan kembali jiwa yang hampir mati. Sanjana bukan sekadar selingkuhan dia adalah pria yang menempatkan Nanda di singgasana yang seharusnya, memperlakukannya bak ratu yang selama ini diabaikan oleh suaminya.
Namun, cinta terlarang ini tak semudah kelihatannya. Di balik kelembutan Sanjana, tersimpan rahasia yang mengancam segalanya. Sementara Dimas mulai mencurigai perubahan sikap Nanda dan bertekad untuk mengungkap siapa pria yang berani merebut perhatian istrinya.
Akankah Nanda menemukan kebahagiaan sejati.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NinLugas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pertaruhan Kehormatan

Rudianto Larung tidak tahu lagi harus bagaimana. Anak bungsunya, Dimas, sudah membuat kekacauan besar. Saham perusahaan mereka anjlok drastis, dan kini Nanda, mantan menantunya, adalah satu-satunya yang memegang kendali atas keadaan. Setiap detik yang berlalu, Rudianto merasakan semakin berat beban di pundaknya. Sebagai seorang pebisnis yang sudah berpengalaman, dia tahu betul bagaimana sebuah skandal bisa mengguncang reputasi dan meruntuhkan kekuatan ekonomi yang telah dibangun dengan susah payah.

Rudianto memutuskan untuk menemui Nanda. Ia tahu bahwa di luar kemarahan dan kekesalannya, Nanda adalah kunci untuk memulihkan semuanya. Jika dia bisa membujuknya untuk menghapus video kekerasan itu, mungkin ada harapan untuk menyelamatkan perusahaan dan keluarga mereka. Namun, ia tidak yakin betul apakah Nanda akan mendengarkan kata-katanya setelah semua yang terjadi.

Di sisi lain, Nanda sedang duduk di ruang rawat inap rumah sakit, merenung dengan air mata yang sudah lama tidak ia keluarkan. Ia merasa bahwa hidupnya kini berada di ujung tanduk. Tidak hanya karena perlakuan Dimas yang brutal, tetapi juga karena ia harus menghadapinya seorang diri. Namun, satu hal yang Nanda yakini, ia tidak akan mundur. Video yang telah ia sebar adalah simbol dari kebebasan, bukti bahwa ia telah melawan, dan ia tidak akan lagi dipermainkan.

Ketika Rudianto akhirnya tiba di rumah sakit, dia menemukan Nanda sedang duduk di dekat jendela kamar, menatap langit malam yang gelap. Ada aura keteguhan di wajahnya yang membuat hati Rudianto bergetar. Namun, ia tahu bahwa tidak ada yang bisa dilakukan kecuali berbicara dengan baik-baik. Ia mendekati Nanda, mencoba menekan rasa cemasnya.

"Nanda," suara Rudianto terdengar agak berat, "aku tahu ini semua sangat sulit bagimu. Tapi kau harus mengerti, ini bukan hanya tentang Dimas, ini juga tentang keluarga kita, tentang perusahaan kita. Aku datang untuk meminta maaf atas apa yang terjadi, dan berharap kau bisa menghapus video itu. Ini untuk kebaikan semua orang."

Nanda menoleh ke arah suara itu. Matanya kosong, tapi ada api kecil yang membara di dalamnya. "Kebaikan semua orang?" katanya pelan, "Apakah itu berarti aku harus mengorbankan diriku sekali lagi untuk keluarga ini? Tidak, Pak Rudianto. Saya sudah cukup menderita."

Rudianto terdiam sejenak, mencoba meresapi kata-kata Nanda. Ia tahu bahwa ia tidak bisa memaksa, namun ia berharap ada jalan tengah yang bisa mereka temukan.

Nanda menatap Rudianto dengan tatapan tajam, seolah-olah mencari sesuatu dalam diri pria itu. Ia tidak segera menjawab, membiarkan hening sejenak menggantung di udara. Suasana di ruang rumah sakit itu terasa semakin berat, dengan suara detak jam dinding yang semakin jelas terdengar di telinga mereka.

"Yang saya inginkan, Pak Rudianto, bukanlah uang atau balas dendam," ujar Nanda akhirnya, suara nya datar namun tegas. "Yang saya inginkan hanyalah keadilan. Selama ini saya terjebak dalam pernikahan yang bukan pilihan saya, dihancurkan oleh kekerasan yang terus-menerus, dan dipaksa menanggung penderitaan yang tak pernah berakhir. Saya ingin semua orang tahu kebenarannya. Saya ingin Dimas bertanggung jawab atas apa yang dia lakukan. Dan saya ingin hidup saya kembali, bebas dari belenggu yang selama ini mengekang saya."

Rudianto terdiam, menyesap setiap kata yang keluar dari mulut Nanda. Ia merasa seperti ada sesuatu yang pecah dalam dirinya, seperti ada dinding yang runtuh setelah sekian lama menutupi kenyataan. Ia tidak bisa membantah bahwa apa yang dilakukan Dimas benar-benar salah, namun ego dan kehormatan keluarga membuatnya ingin menutupinya. Namun kini, melihat Nanda yang begitu tegar dan berani, ia mulai meragukan pandangannya.

"Apa yang kamu inginkan dari kami, Nanda?" tanya Rudianto lagi, suara nya mulai lebih lembut.

Nanda menghela napas panjang, matanya menatap ke luar jendela. "Saya ingin perceraian saya diselesaikan dengan adil, tanpa ada yang menghalangi saya. Saya ingin agar Dimas dihukum atas kekerasannya. Saya juga ingin agar keluarga ini berhenti menutup mata atas apa yang telah terjadi. Saya tidak bisa terus hidup dalam kebohongan."

Rudianto merasa sebuah perasaan bersalah yang mendalam mulai merayap masuk ke dalam hatinya. Ia tahu bahwa Nanda berhak mendapatkan keadilan dan kebahagiaannya. "Aku... aku akan melakukan yang terbaik, Nanda. Aku akan bantu kamu mendapatkan perceraian yang kamu inginkan. Kami akan memastikan Dimas bertanggung jawab."

Nanda menatapnya dengan mata yang penuh harapan, meskipun ia tahu bahwa perjuangannya masih panjang. Namun untuk pertama kalinya, ia merasa sedikit lega. Setidaknya, ada seseorang yang mendengarkan dan mungkin, sedikit demi sedikit, ia bisa menemukan jalan keluar dari kegelapan yang telah menjerat hidupnya.

Pak Rudianto menatap Nanda dengan tatapan lembut, matanya menyiratkan penyesalan yang mendalam. Ia tidak pernah membayangkan bahwa kehidupannya akan sampai pada titik ini, di mana anak bungsu yang dia banggakan, Dimas, ternyata adalah sumber penderitaan bagi orang lain, terutama Nanda. Meskipun dia selalu berusaha mempertahankan citra keluarganya, sekarang ia merasa bahwa sudah saatnya untuk mengubah haluan.

"Jangan menangis, Nanda," ujar Pak Rudianto dengan suara pelan, berusaha menenangkan Nanda. "Saya menyesal bahwa kamu harus melalui semua ini. Kamu tidak sendirian. Kami akan mencari jalan keluar untukmu, dan saya berjanji akan membantu semampu saya."

Air mata Nanda terus mengalir, tetapi untuk pertama kalinya dalam waktu yang lama, ia merasakan sedikit kelegaan. Mungkin, hanya mungkin, ada sedikit cahaya di ujung terowongan panjang yang ia jalani. Meskipun segala sesuatu terasa begitu berat dan penuh dengan luka, setidaknya kini ia tidak merasa begitu terjebak dan sendirian. Ada seseorang yang mau mendengarkan dan berusaha untuk membantu.

"Terima kasih, Pak Rudianto," Nanda mengucapkannya dengan suara yang tercekat, rasa terima kasih bercampur dengan kesedihan yang mendalam. "Saya tahu saya tidak mudah, tapi saya hanya ingin hidup saya kembali. Saya tidak ingin lagi merasa terjebak dalam pernikahan yang menghancurkan saya."

Pak Rudianto mengangguk, meskipun dalam hatinya ia merasa cemas akan apa yang akan terjadi setelah ini. Namun, ia tahu bahwa langkah pertama untuk memperbaiki keadaan adalah dengan mendukung keputusan Nanda. Ia tidak bisa mengubah masa lalu, tetapi setidaknya ia bisa memberikan Nanda kesempatan untuk melangkah ke masa depan yang lebih baik.

"Sudah cukup," ujar Pak Rudianto, menghapus rasa khawatir yang mendalam. "Mulai sekarang, kita akan berusaha menyelesaikan semua ini. Kamu layak mendapatkan kebahagiaanmu, Nanda. Saya akan pastikan itu."

Nanda mengangguk, meskipun hatinya masih penuh dengan beban yang tak terucapkan. Tapi untuk pertama kalinya dalam waktu yang lama, ia merasa sedikit lebih kuat. Karena setidaknya kini, ada harapan yang hadir dalam hidupnya, harapan yang bisa membantunya melangkah keluar dari kegelapan yang telah lama membelenggunya.

***

Sesampainya di rumah, Pak Rudianto langsung memasuki ruang tamu, di mana Dimas sedang duduk dengan kepala tertunduk, tampak sangat menyesal dan malu. Dimas, yang biasanya penuh percaya diri, kali ini tidak mampu menatap ayahnya. Semua yang terjadi telah membuktikan bahwa tidak ada lagi tempat baginya untuk menyembunyikan kesalahannya.

Pak Rudianto hanya berdiri beberapa detik di depan Dimas, menatapnya dengan tatapan tajam penuh amarah. Suasana di dalam ruangan itu terasa begitu tegang, seolah-olah udara di sekelilingnya dipenuhi oleh kemarahan yang sulit ditahan. Setelah beberapa saat diam, Pak Rudianto tidak bisa menahan emosinya lagi. Tanpa memberi peringatan lebih lanjut, dia melemparkan asbak kaca yang ada di meja, membuat suara keras yang menggelegar di ruangan itu. Asbak tersebut menghantam dinding dengan keras, pecah berkeping-keping, seakan mewakili semua rasa frustrasi yang telah lama terpendam di hati Pak Rudianto.

"Kenapa kamu harus menghancurkan hidup orang lain, Dimas? Kenapa?" teriak Pak Rudianto, suaranya bergetar penuh amarah. "Kamu sudah membuat keluarga ini dipermalukan! Kamu sudah merusak nama baik kita dan menghancurkan hidup orang lain tanpa berpikir panjang!"

Dimas terdiam, wajahnya memucat. Tidak ada yang bisa dia katakan untuk membela dirinya. Kata-kata ayahnya begitu menusuk, dan untuk pertama kalinya, Dimas merasa benar-benar jatuh. Tidak hanya karena pengkhianatan yang telah dilakukannya kepada Nanda, tetapi juga karena penghianatan terhadap kepercayaan yang diberikan oleh orang tuanya. Dia merasa benar-benar terpojok, tanpa bisa menemukan jalan keluar.

Pak Rudianto melangkah maju, semakin mendekat ke Dimas, namun kali ini dengan nada yang lebih rendah, penuh dengan kekecewaan. "Aku tidak akan membiarkan kamu begitu saja terus menginjak orang yang lebih lemah darimu. Nanda mungkin telah memilih untuk pergi, tetapi ini bukan akhir dari semuanya, Dimas. Kamu harus mempertanggungjawabkan semua perbuatanmu."

Dimas menundukkan kepalanya lebih dalam, merasa seolah-olah tidak ada lagi tempat baginya untuk melarikan diri. Kata-kata ayahnya begitu menusuk hati, dan ia sadar bahwa selama ini dirinya telah berada dalam dunia yang penuh dengan kebohongan dan kesombongan. Kini, setelah semua yang terjadi, Dimas harus menghadapi kenyataan pahit yang tidak bisa ia elakkan lagi.

"Ceraikan Nanda." Pak Rudianto yang membenarkan rambutnya yang sedikit berantakan.

1
Dian
Semangat Thor, ayo saling dukung❤️
merry jen
jg mau nan balik sm dims tu buknny kdrt tp dh selingkhh jgg
merry jen
Bu Bu Nanda dan ankmu dh ceraii gk perlu imt cmpurr lgg x ,,klo san pyn niat jhtt terhdp Nanda biarinn itu urssn Nanda dan san ,,ursin ajj hdpmu dan ankmu yg kacau balau ituu Bu ,,cari selingkuh Dimas kmn pergi yaa
merry jen
San bukn org y kaya perushnn mntn suami Nanda ajj udd di tangan sann,,apa dan pura pura spy bs dptin Nanda atau ada niat terselubung gt sm nanda
Yuni Susanti
Kecewa
Yuni Susanti
Buruk
merry jen
jgn smpai Dimas bundir lgg biar kn Dimas nikmatin penyesalan hdpyy
merry jen
Bu Bu cb ank cwe mu di perlakukan sm laki y gmn cbb kmu sbgaii ibu pstii minta keadilan buat ank kmuu
𝐌𝐚𝐮𝐫𝐚.
Menarik ceritanya/Smile/Saya suka story' perselingkuhan/Slight/.
NinLugas: terimakasih kka
total 1 replies
merry jen
mau sekaya apa pun klo tindkkn yg Dimas lakukan bklnn menghancurkan hdpp yaa Dimas
NinLugas: betul kk terimakasih sdh mampir
total 1 replies
merry jen
mata mmu buta dayuu jdii bgtu lahh gk pdlii anky mati di tangan mantu yaa sndrii
NinLugas: krna 10m kk 😭
total 1 replies
angel
Nextt!
NinLugas: siap kk
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!